Yap kali ini Kami mau adventure ke Air Terjun Watu Lapis Desa Tawon Songo – Pasrujambe – Kabupaten Lumajang.
Aku dan kawan – kawan berangkat dari rumah masing masing
pukul 08.00 dan berkumpul di depan sekolah tercinta. tapi itupun masih ada ajaa yang telat haha XD. Saat aku dan lely
sudah sampai di depan sekolah, disana hanya ada Wisam yaitu seorang wakil ketua
kelas XMIA 01. Okelah, sambil menunggu teman teman, Aku dan Lely memutuskan
untuk membeli bensin di pom sukodono depan pondok asri, dikarenakan waktu itu
Pom depan skodsa ‘HABIS’. Setelah itu Aku dan Lely kembali ke sekolah.
Sesampai di depan sekolah, teman-teman telah menungguku
yaitu Eva,Wisam,Ardhi,Bila ,Roisyah dan Hayyu. Beberapa saat kemudian, Ardhi
pergi meninggalkan kami untuk menjemput seorang Wildan guna sebagai penunjuk
jalan nantinya. Aku melihat jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 09.15. detik demi
detik, menit demi menit Kami gunakan
untuk berbincang bincang untuk menunggu Ega yang tak kunjung datang -.-
Akhirnya Kami memutuskan apabila Ega tak datang sampai pukul 09.30 dia akan
ditinggal. Jam menunjukkan 09.20 Ega baru datang, dan Kami langsung berangkat
ke tempat tujuan.
Jalan ke Pasrujambe semakin dekat, Kami sudah sampai di desa
Karanganom. Lalu setelah belok kiri
Kami melihat hamparan sawah yang luas nan indah, jalan yang berkelok kelok,-naik turun, dan mega yang bergumpalan juga menambah keeksotisan penampakan alam itu. Ya Kami sudah berada di Kecamatan Pasrujambe. Di tengah perjalanan, Kami menemukan alam yang idahnya dan harus dinikmati. Yang awalnya Wildan memimpin perjalan, memutuskan berhenti sejenak untuk mengabadikan indahnya alam itu *ealaah:3.
Kami melihat hamparan sawah yang luas nan indah, jalan yang berkelok kelok,-naik turun, dan mega yang bergumpalan juga menambah keeksotisan penampakan alam itu. Ya Kami sudah berada di Kecamatan Pasrujambe. Di tengah perjalanan, Kami menemukan alam yang idahnya dan harus dinikmati. Yang awalnya Wildan memimpin perjalan, memutuskan berhenti sejenak untuk mengabadikan indahnya alam itu *ealaah:3.
Setelah berfotofoto, Kami melanjutkan perjalanan. Kami
menyusuri jalan yang tanjakannya sangaat tinggi :v .
Lalu, Kami melewati jalan ini
Lalu, Kami melewati jalan ini
Bibir yang selalu komatkamit memanjatkan doa,* walaupun Aku
yang digonceng Aku juga takut kaliii. Berbagai unsur tanah menyusun, dari yang
lembek sampai yang kaku. Ucapan Alhamdulillah teruntai setelah melewati jalan ini.
Wildan si pemimpin jalan selalu berhenti untuk bertanya pada warga ‘nyensewu
pak,/bu ing pundi dalane watu lapis pak?’ ‘Oh terus le’ Haha selalu terus yang
dijawab mereka -.- Alhamdulillah sih gak nyasar. Lalu, sampailah Kami di rumah
warga yang dekat dengan jalan menuju watu lapis. Ternyata kata warga
menyampaikan bahwa 1,5 km lagi Kami akan
sampai.
Menuju Tempat wisata itu, katanya tak masalah bila sepeda
dibawa keatas, lalu Kami akan menemukan
parkiran dan pintu masuk dan berjalan sepanjang >100m ucap warga. Akses jalan yang dilewati
sepeda motor ada yang aspal, tanah, bahkan sungai kecil. Di sepanjang jalan Kami bisa memandang tanaman
hijau, jembatan bambu dan Kebun kopi milik warga.
Akhirnya kami sampai,
dan siap berjalan menuju tempat tujuan dengan membayar parkir Rp 2000 dan tiket
masuk RP 3000.
Setelah dari Watu
Lapis, Kami bergegas melanjutkan perjalan untuk mencari masjid guna
melaksanakan sholat duhur. Lalu, sehabis sholat duhur……… saat itu menunjukkan
pukul 12.30.
Kami kurang puas dengan wisata kali ini.
Wildan mengusulkan untuk mengunjungi trip selanjutnya yaitu ‘AIR TERJUN JAMBE KUMBU’ kembali lagi Wildan memimpin perjalanan, jalan yang begitu menanjak dan pemukiman warga yang sepi kita telusuri.
Wildan mengusulkan untuk mengunjungi trip selanjutnya yaitu ‘AIR TERJUN JAMBE KUMBU’ kembali lagi Wildan memimpin perjalanan, jalan yang begitu menanjak dan pemukiman warga yang sepi kita telusuri.
Sepeda motor
dititipkan pada rumah warga Wildan memutuskan untuk berjelajah dengan berjalan
karena bila mengendarai sepeda motor dia tak tau arah jalan (?). Waktu itu kita
menjelajahi peternakan warga – kebun coklat – kebun pisang- jati jatian-
persawahan dengan terasering – sungai kecil hingga sedang – kebun salak.
Medan kali ini begitu menantang, karena tanahnya longsor dan licin membuat kita kesulitan. Dengan medan seperti itu, rombongan Kami tak pantang menyerah. Ngesot,ndlosor, loncat, lari, merayap, memanjat berbagai macam cara kami lakukan.
Medan kali ini begitu menantang, karena tanahnya longsor dan licin membuat kita kesulitan. Dengan medan seperti itu, rombongan Kami tak pantang menyerah. Ngesot,ndlosor, loncat, lari, merayap, memanjat berbagai macam cara kami lakukan.
Tak lama kemudian, gemercik air terjun semakin terdengar .
Semangat semakin tergugah untuk melihat keindahan alam milik Allah SWT.
Yaaa akhirnya kita sampai.
Tasbih dan tahmid terucap melihat indahnya alam ini. Air
yang masih begitu jernihnya tampak di depan mata. Disana, kita bertemu seorang ‘juru
kunci’ bisa dibilang seperti itu. Disana kami juga bertanya Tanya. Menurut
bapak tersebut, Air terjun ini jarang di kunjungi wisatawan, lalu sebenarnya
jalan yang kita telusuri tadi salah dan itu memang lebih sulit ucapnya
begitulah.
Indahnya negriku
ReplyDeletekeren jg nie
ReplyDelete