BAB
V
INDONESIA
MERDEKA
TUGAS
SEJARAH
Disusun Oleh :
1. Ari
Ifan Prasetyo (02)
2. Ashrory
Aulia Buana Negara (03)
3. Caroline
Fernanda (06)
4. Khairina
Dinda (14)
5. Nadia
Rahayu Lestari (25)
6. Nindya
Tresna Wiwitan (26)
7. Radhiyah
Nur Ilma (28)
8. Radita
Gita Bagiada (29)
9. Shafira
Dzata Shabrina (35)
Dinas Pendidikan Kabupaten
Lumajang – Sekolah Unggulan Terpadu (SUT)
SMA NEGERI 2 LUMAJANG
Jalan HOS Cokroaminoto 159
Lumajang (67311)
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia
Pada
tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus tahun 1945 kota Hiroshima dan Nagasaki di
Jepang dibom oleh sekutu. Hal ini jelas memukul mundur Jepang secara tidak
langsung.Akhirnya pada tanggal 14 agustus 1945
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.Berita kekalahan Jepang ini
masih dirahasiakan oleh jepang sendiri.Namun berita ini sampai kepada ketua
pergerakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri pada tanggal 15
agustus 1945.Setelah mengetahui hal tersebut, para pemuda segera menemui Ir.
Soekarno dan Muhammad Hatta agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari
jajahan Jepang.
B. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang
mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia.Kejadian ini juga
menunjukkan konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama golongan tua
dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi.Para pemuda berpendapat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa
sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).Menurut
mereka, PPKI adalah buatan Jepang setelah mendengar Jepang menyerah kepada
sekutu, Sutan Syahrir yang
merupakan tokoh pemuda segera menemui Moh.Hatta di kediamannya.Syahrir mendesak
agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat disebut
golongan tua belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tidak
lagi tetap akan merdeka.
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar
jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang
Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri
oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar
Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo,
Wikana, dan Armansyah.
Pertemuan itu akhirnya memberikan keputusan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya berasal
dari keputusan bangsa Indonesia sendiri.Namun setelah ditujukan kepada Ir.
Sukarno, beliau tidak menyetujuinya.Akhirnya terjadilah peristiwa
rengasdengklok yakni penculikan Ir. Sukarno dan Moech.Hatta pada dinihari sekitar pukul 03.00 ke daerah Rengasdengklok
para pemuda juga membawa Fatmawati, dan Guntur (waktu itu berusia sekitar
delapan bulan) serta Moh.Hatta ikut serta.Menjelang subuh (sekitar 04.00)
tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok.Perjalanan ke
Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur,
sebab waktu itu memang bulan Puasa.Para pemuda memilih Rengasdengklok dengan
pertimbangan bahwa tempat itu dirasa paling aman dari pengaruh asing.Rombongan
Ir. Sukarno ditempatkan di Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di Rengasdengklok,
Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong.Beliau adalah seorang petani kecil
keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan
tersebut.Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa
Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Para pemuda berharap tanggal 16
Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi
Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya.Soekarno tidak memenuhi
ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16
Agustus.Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak.Mereka mengamankan
kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan
tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.Pada 16 Agustus 1945 semestinya
diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh.Hatta tidak ada di
tempat.Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian
Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh
Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad
Subarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi
akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco
Subeno mewakili para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan
kembali ke Jakarta, maka berakhirlah
Peristiwa Rengasdengklok.
C. Perumusan Teks Proklamasi
Setelah peristiwa
Rengasdengklok, rombongan
Ir. Soekarno segera kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus
1945.Di hotel yang terletak di Jalan Gajah Mada ini, pada pagi sebelumnya juga
telah direncanakan pertemuan anggota PPKI, tetapi pihak Jepang
melarangnya.Dalam keadaan demikian, Achmad Soebardjo membawa rombongan menuju
rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.Setelah tiba di Jl. Imam
Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh.Hatta lalu diantarkan Laksamana Maeda menemui
Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) Mayor Jenderal Hoichi
Yamamoto.Akan tetapi, Gunseikan menolak menerima Soekarno - Hatta pada tengah
malam. Dengan ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan
Miyoshi sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco (Direktur/ Kepala
Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor Jenderal Otoshi Nishimura.
Tujuannya untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara
Soekarno - Hatta di satu pihak dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta
bertekad untuk melangsungkan rapat PPKI pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945
Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena mereka dibawa ke
Rengasdengklok.Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa Jenderal Besar Terauchi
telah menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada PPKI.Di
lain pihak, Nishimura menegaskan garis kebijaksanaan Panglima Tentara ke-XVI di
Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa
tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu,
Nishimura melarang Soekarno - Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangkan
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah Soekarno - Hatta pada kesimpulan
bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan soal kemerdekaan Indonesia dengan
pihak Jepang. Mereka hanya berharap pihak Jepang supaya tidak
menghalang-halangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan
Hatta kembali ke rumah Maeda.Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI,
para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi
In yang ada di Jakarta.Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno, Moh.Hatta,
dan Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda minta diri untuk
beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin Indonesia berunding di
rumahnya.Para tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan teks
proklamasi.Kemudian di ruang makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung Maeda tidak
hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni,
Sudiro, dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo
membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno
pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi sebagai judul pada pukul
03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan
ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Soekarno menuliskan:
Jakarta, 17 – 8 – 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai penutup.
Pada pukul 04.00 WIB dini hari
Soekarno meminta persetujuan dan tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai
wakil-wakil bangsa Indonesia.Para pemuda menolak dengan alasan sebagian yang
hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang.Sukarno mengusulkan agar teks
proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni Soekarno dan Moh. Hatta,
atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima.Dengan beberapa perubahan
yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik
untuk diketik. Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
- Kata tempoh diubah mendai tempo
- Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
- Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Tahun 05 merupakan singkatan dari tahun Jepang (Sumera), yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi.
Pertemuan dini hari itu menghasilkan
naskah Proklamasi.Agar seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus
disebarluaskan. Timbullah persoalan tentang cara penyebaran naskah tersebut ke
seluruh Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di
Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta
untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi.Namun, Soekarno tidak setuju karena
lapangan Ikada merupakan tempat umum yang dapat memancing bentrokan antara
rakyat dengan militer Jepang.Ia sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Usul tersebut disetujui dan naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.
D. Detik-detik Proklamasi
Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Imam Bonjol No.1
(sekarang), telah berhasil dirumuskan naskah Proklamasi dan ditandatangani oleh
Soekarno-Hatta. Timbul masalah di mana Proklamasi akan dikumandangkan. Sukarni
mengusul-kan agar Proklamasi diumumkan di Lapangan
Ikada.Namun usul itu ditolak oleh Bung Karno dengan alasan keamanan.Akhirnya
dicapai kata sepakat untuk mengumumkan Proklamasi di rumah kediaman Bung Karno
di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Sejak pagi hari Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta telah
dijejali oleh massa yang ingin menyaksikan peristiwa paling bersejerah dalam
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Suasana menjadi tegang
tatkala para pemuda bersikeras agar segera dibacakan Proklamasi Kemerdekaan
desakkan para pemuda dr. Moerwadi memberanikan diri untuk meminta Bung Karno
untuk segera membacakan Proklamasi.
E. Kebahagiaan Rakyat Atas Kemerdekaan Indonesia
Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia
Berita Proklamasi Kemedekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai daerah. Rakyat
menyambut dengan antusias. Karena alat komunikasi terbatas, informasi ke
daerah-daerah tidak secepat di Jakarta.. Para wartawan juga menyebarkan berita
proklamasi melalui media cetak, seperti surat kabar, selembaran, dan penerbitan
lainnya.
Euforia
revolusi negara mulai melanda negeri ini. Para pasukan Jepang sering kali
meninggalkan wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukannya ke daerah pinggir
guna menghindari konfrontasi.Antara tanggal 3-11 September 1945, para pemuda di
Jakarta mengambil alih kekuasaan atas stasiun-stasiun kereta api, sistem
listrik, dan stasiun pemancar radio tanpa mendapat perlawanan dari pihak
Jepang. Pada akhir bulan September, instalansi penting di daerah Jawa juga
sudah berada di tangan para pemuda Indonesia. Surat-surat kabar dan majalah
Republik bermunculan di berbagai daerah. Aktivitas kelompok sastrawan bernama
“Angkatan 45” mengalami masa puncaknya pada zaman revolusi. Banyak pemuda yang
bergabung dalam badan perjuangan. Para mantan prajurit PETA dan Heiho membentuk
kelompok yang paling disiplin. Laskar Masyumi dan Barisan Hizbullah menerima
banyak pejuang baru dan bergabung dalam kelompok bersenjata Islam lainnya yang
disebut Barisan Sabilillah yang kebanyakan dipimpin para Kiai. Tanggal 3
September, pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel di
Manggarai.Tanggal 5 September, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasi.Tanggal 11
September, seluruh radio berhasil dikuasi Republik, sehingga tanggal itu
dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
Para
pemuda memprakarsai diadakannya rapat raksasa di Lapangan Ikada (sekarang
Monas). Presiden Soekarno sudah dihubungi dan bersedia menyampaikan pidato
dalam rapat raksasa yang diadakan tanggal 19 September 1945 untuk memperingati
sebulan kemerdekaan Indonesia. Bermula dari ketidakpuasan rakyat terhadap sikap
Jepang yang belum mengakui Negara Republik Indonesia. Kondisi itu mendorong
rakyat untuk membentuk pemerintahan baru dan mengambil langkah nyata.
Ketidakpuasan rakyat bertambah ketika pasukan sekutu mendarat di Kemayoran
tanggal 8 September 1945. Rakyat dengan tertib berdatangan ke Lapangan Ikada
membawa poster dan bendera Merah Putih, bertekad untuk mengisi kemerdekaan, dan
menunjukan kepada dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia bukan atas bantuan
Jepang, tapi merupakan tekad seluruh rakyat Indonesia. Melihat tekad rakyat
yang menggelora, pemerintah mengadakan sidang kabinet. Setelah itu diputuskan
Presiden Soekarno dan Moh. Hatta dan para menteri untuk datang ke Lapangan
Ikada. Tanggal 19 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku
AlamVIII mengirim ucapan selamat kepada Presiden Soekarno danWakil Presiden
Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua
tokoh tersebut.
Ucapan
selamat yang diterima Soekarno dan Hatta menyiratkan bahwa Sultan
Hamengkubuwono IX dan Paku AlamVIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu.
Untuk mempertegas sikapnya, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku AlamVIII, pada 5
September 1945, mengeluarkan amanat sebagai berikut : 1. Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara
Indonesia. 2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat. 3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku
Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden. Amanat Sri Paku
AlamVIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hanya kata “Sri
Sultan Hamengkubuwono IX” diganti dengan “Sri Paku AlamVIII” dan “Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat” diganti dengan “Negeri Paku Alaman”.
Di
Surabaya, memasuki bulan September 1945, terjadi perebutan senjata di gudang
Don Bosco. Rakyat Surabaya juga merebut Markas Pertahanan Jepang di JawaTimur,
serta Pangkalan Angatan Laut di Ujung sekaligus merebut pabrik- pabrik di sana.
Orang Inggris dan Belanda yang datang langsung berhubungan dengan Jepang.
Mereka menginap di HotelYamamoto (Hotel Oranye). Pada 19 September 1945,
seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya mengibarkan bendera Merah Putih
Biru di atas HotelYamamoto. Residen Sudirman segera memperingatkan Ploegman
untuk menurunkan bendera tersebut. Peringatan itu tidak ditanggapi, sehingga
rakyat Surabaya menyerbu HotelYamamoto. Mereka memanjat atap hotel, menurunkan
bendera Merah Putih Biru, merobek bagian warna birunya, kemudian mengibarkannya
kembali sebagai bendera Merah Putih. Dengan berkibarnya bendera Merah Putih di
atas HotelYamamoto, para pemuda itu satu per satu meninggalkan HotelYamamoto
dengan penuh semangat dan tetap menjaga kewaspadaan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1.
http
://social-belajar.blogspot.co.id/2015/03/peristiwa-rengasdengklok-lengkap-dan.html?m=1
2.
http
://jagosejarah.blogspot.co.id/2014/09/peristiwa-rengasdengklok.html?m=1
3.
hhtp
://www.ilmusiana.com/2015/07/peristiwa-rengasdengklok-latarbelakang.html?m=1
No comments:
Post a Comment