Friday, December 18, 2020

TEKS DRAMA BAHASA JAWA

 

            Teks Drama

            Isuk iki atine Nadia keroso cenat-cenut ora karuan amerga arep melu lomba Medspin ing Probolinggo. Bocahe ngerasa minder dening kemampuane. Akhire dheweke nyoba ngilangake rasa ndredege kanthi mbisiki kancane menyang Icang.

Nadia : “ Cang kenaopo iki atiku kok dag dig dug. Aku wedi yeen aku ora bisa ngerjakno”

Icang : “ wes ta ojo mundur sak during perang. Berjuang dhisek ora oleh patah semangat!!”

Nadia : “ tapi ngunu deloken wae lawane kaya ngunu kae. Yen dibandingno aku yo ora ana apa-apane aku”

Icang : “ kowe loh mesti bisa. Ora mungkin yen orabisa. Wes saiki yakino wae yen kowe mesti iso”

Nadia : “ aku yen nyawang liyane koyo wis podho pinter kabeh ngunu”

Icang: “ iyo podo pinter kabeh pancen, yen ora pinter ora bakalan wani melu ngene iki. Tapi aku yakin pasti isih luweh pinter Nadia kok”

Nadia : “ amiiinnn.. ya mugo mugo ae aku iso pinter temenan”

Icang : “wes ta saiki ora usah wedi lan kuatir, sing penting kudu berjuang”

            Saliyane kuwi Amalia uga sambatan menyang Nadia. Dheweke uga wedi lan ndredek.

Amalia : “ Nad aku ndredek, aku urung sinau koyo kakak kelas liyane”

Nadia   : “ wes Mal, ora usah dipikir nemen di gawe santai wae. Aku asline yo wedi pisan.”

Amalia : “ wes pokok aku wes berusaha”

Nadia   : “ Iyo bener kuwi. Pancene ngunu kudune iku”

            Wektu ngerjakno soal wis dimulai, Nadia, Icang, lan Amalia mulai serius ngerjakno soal. Sawise ngerjakno soal dilanjut pengumuman sopo wae sing lolos.

Nadia   : “ Mal aku ndredek. Aku wedi ngecewakno”

Amalia : “ wis saiki ndungo wae Nad sing kudu dilakoni”

Nadia   : “ Cang kowe kok nyantai se? lawong aku kalian Amal yowes gak karuan ngene?”

Icang    : “ Urip iku kudu nyantai. Ora oleh bingung karepe dewe kuwi”

Amalia : “ Yo bener pisan se Icang asline.. gawe opo dipiki rnemen-nemen??”

            Pengumuman wis dimulai lan hasile Nadia, Icang, lan Amalia bisalolos. Akhire Nadia lan Amalia podo pelukan. Lewat kuwi akhire Nadia bis mbangun ras percaya dirine lan akhire Nadia berhasil melu OSN ing sekolahe.

TERJEMAHAN TEMBANG KINANTHI

 

Kinanthi

Padha gulangen ing kalbu (8/u)

Ing sasmita amrih lantip (8/i)

Aja pijer mangan néndra (8/a)

Kaprawiran dèn kaèsthi (8/i)

Pesunen sariranira (8/a)

Sudanen dhahar lan guling (8/i)

 

Tembang Kinanti

Padha gulangen ing kalbu
ing sasmitha amrih lantip
aja pijer mangan nendra 
kaprawiran den kaesthi 
pesunen sariranira
sudanen dahar lan guling

Dadiya lakunireku
cegah dhahar lan guling 
lawan aja sukan-sukan 
anganggowa sawatawis 
ala watake wong suka 
anyuda prayitnaning bathin 

Terjemah bebas:


Mari latih dan fahami hati
agar batin bisa lebih tajam
jangan cuma makan dan tidur
watak ksatria haruslah di pelajari
latihlah tubuh (fisik)kamu
kurangi makan dan tidur (tdk brlebihan)

Jadikanlah kebiasaan(amaliyah) kamu
mencegah (tdk sllu menuruti)makan dan tidur
dan janganlah selalu bersenang-senang
lakukanlah seperlunya saja (tdk berlebihan)
jeleklah wataknya orang yg hanya bersenang-senang
sebab hal itu akan mengurangi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  kewaspadaan batin

WAYANG GOLEK (TEKS EKSPOSISI)

Wayang Golek (Jawa Barat)

1. Asal-usul

Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

2. Jenis-jenis Wayang Golek

Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

3. Pembuatan

Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

4. Nilai Budaya

Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.b

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...