Nama
: Kania Sekar Kinasih
Kelas
: XII IPS 2
Presensi : 23
Mengonstruksi artikel opini :
a.
Topik : Sumber Daya Alam di Indonesia
b.
Judul : Ketergantungan
Indonesia Terhadap PLTU Berbahan Bakar Batu Bara
c.
Pernyataan
tesis :
Menjadi Negara kepulauan terbesar di dunia
tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Dengan setiap
daerahnya yang terpisahkan oleh laut, membuat Indonesia mau tidak mau harus
melakukan pemerataan di segala aspek khususnya pada bidang listrik. Segala
upaya dilakukan Indonesia agar pasokan listrik pada setiap daerah terpenuhi
termasuk juga penggunaan energi batu bara sebagai pembangkit listrik tenaga uap
atau yang sering disebut sebagai PLTU.
d.
Argumentasi :
·
Berdasarkan
data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
(EBTKE)Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa
kontribusi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara masih
mendominasi yakni mencapai 50,4% atau sebesar 31.827 mega watt (MW). Apalagi
saat ini Indonesia menempati posisi sebagai produsen batu bara terbesar ke-4 di
dunia yang seolah membuat Negara ini cenderung mengarah kepada ketergantungan
khususnya sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap/PLTU.
·
Masih
bergantungnya listrik Indonesia pada PLTU berbahan bakar batu bara ini
sangatlah kurang baik karena akan diperburuk saat harga dan ekspor batu bara
melambung sangat tinggi. Imbasnya, banyak pengusaha lebih memilih menjual batu
bara mereka ke pasar luar negeri ketimbang kepada PT PLN (Persero) sehingga
membuat ketidakstabilan pasokan batu bara untuk PLTU. Maka dari itu, Ketua
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Faisol Riza mengungkapkan bahwa
kemungkinan akan ada pemadaman listrik secara bergilir hingga Maret 2021
mendatang ini dikarenakan ketidakstabilan ini.
·
Penambahan
jumlah PLTU berbahan bakar batu bara juga dirasa gagal untuk melihat bagaimana
semakin murahnya dan menurunnya harga energi terbarukan, yang juga diikuti oleh
perkembangan teknologi pada saat ini. Kondisi tersebut, seharusnya dapat
dimanfaatkan untuk melakukan intervensi yang maksimal tanpa harus menambah
penggunaan energi tak terbarukan khususnya batu bara yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Sebagian besar kalangan mengangggap
pembangunan ini malah membuat keuangan negara terus terbebani karena kapasitas
infrastruktur ketenagalistrikan yang telah terpasang sebesar 64.924,80 MW,
sebanyak 45,68% diantaranya adalah pembangkit berjenis PLTU, dimana 58,15% PLTU
dimiliki oleh PT PLN (Persero) yang mana perusahaan tersebut pastinya didukung
oleh pemerintah karena BUMN. Sinergi antara pemerintah dengan para pihak
terkait sangat diperlukan untuk segera melakukan penambahan jumlah pembangkit
listrik dengan energi alternatif seperti tenaga bayu, air, surya, dan lain
sebagainya. Selain itu, dukungan dan kesadaran dari setiap manusia diperlukan
untuk selalu melakukan penghematan listrik agar pasokannya dapat terpenuhi
secara baik.
e.
Penegasan
ulang :
Negara harus hadir dan memiliki tanggung jawab besar terhadap
ketenagalistrikan di Indonesia agar tidak selalu bergantung terhadap batu bara
melainkan menggantinya dengan energi alternatif lain. Dengan hal tersebut
diharapkan tidak akan ada lagi kekurangan pasokan listrik bahkan pemadaman
bergilir serta pemerataan listrik juga dapat terealisasi.
KETERGANTUNGAN
INDONESIA TERHADAP PLTU BERBAHAN BAKAR BATU BARA
Menjadi
Negara kepulauan terbesar di dunia tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi
bangsa Indonesia. Dengan setiap daerahnya yang terpisahkan oleh laut, membuat
Indonesia mau tidak mau harus melakukan pemerataan di segala aspek khususnya
pada bidang listrik. Segala upaya dilakukan Indonesia agar pasokan listrik pada
setiap daerah terpenuhi termasuk juga penggunaan energi batu bara sebagai
pembangkit listrik tenaga uap atau yang sering disebut sebagai PLTU.
Berdasarkan
data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan KonservasiEnergi (EBTKE)Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa kontribusi pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara masih mendominasi yakni
mencapai 50,4% atau sebesar 31.827 mega watt (MW). Apalagi saat ini Indonesia
menempati posisi sebagai produsen batu bara terbesar ke-4 di dunia yang seolah
membuat Negara ini cenderung mengarah kepada ketergantungan khususnya sebagai
bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap/PLTU.
Masih
bergantungnya listrik Indonesia pada PLTU berbahan bakar batu bara ini
sangatlah kurang baik karena akan diperburuk saat harga dan ekspor batu bara
melambung sangat tinggi. Imbasnya, banyak pengusaha lebih memilih menjual batu
bara mereka ke pasar luar negeri
Oleh :
Kania Sekar Kinasih
ketimbang
kepada PT PLN (Persero) sehingga membuat ketidakstabilan pasokan batu bara
untuk PLTU. Maka dari itu, Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Faisol
Riza mengungkapkan bahwa kemungkinan akan ada pemadaman listrik secara bergilir
hingga Maret 2021 mendatang ini dikarenakan ketidakstabilan ini.
Penambahan jumlah
PLTU berbahan bakar batu bara juga dirasa gagal untuk melihat bagaimana semakin
murahnya dan menurunnya harga energi terbarukan, yang juga diikuti oleh
perkembangan teknologi pada saat ini. Kondisi tersebut, seharusnya dapat
dimanfaatkan untuk melakukan intervensi yang maksimal tanpa harus menambah
penggunaan energi tak terbarukan khususnya batu bara yang dapat menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Sebagian besar kalangan mengangggap
pembangunan ini malah membuat keuangan negara terus terbebani karena kapasitas
infrastruktur ketenagalistrikan yang telah terpasang sebesar 64.924,80 MW,
sebanyak 45,68% diantaranya adalah pembangkit berjenis PLTU, dimana 58,15% PLTU
dimiliki oleh PT PLN (Persero) yang mana perusahaan tersebut pastinya didukung
oleh pemerintah karena BUMN. Sinergi antara pemerintah dengan para pihak
terkait sangat diperlukan untuk segera melakukan penambahan jumlah pembangkit
listrik dengan energi alternatif seperti tenaga bayu, air, surya, dan lain
sebagainya. Selain itu, dukungan dan kesadaran dari setiap manusia diperlukan
untuk selalu melakukan penghematan listrik agar pasokannya dapat terpenuhi
secara baik.
Negara harus hadir
dan memiliki tanggung jawab besar terhadap ketenagalistrikan di Indonesia agar
tidak selalu bergantung terhadap batu bara melainkan menggantinya dengan energi
alternatif lain. Dengan hal tersebut diharapkan tidak akan ada lagi kekurangan
pasokan listrik bahkan pemadaman bergilir serta pemerataan listrik juga dapat
terealisasi.