HASIL ANALISIS
TEKS BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN
Tokoh Pembaharu Islam
Oleh : Bagus Fajar A (6) dan Kania Sekar K. (21)
Hasil analisis teks biografi yang berjudul KH. Ahmad dahlan sebagai berikut :
1. Teks yang berjudul KH. Ahmad Dahlan tergolong teks biografi karena buku tersebut menceritakan kisah perjuangan dan riwayat hidup tokoh, yaitu KH. Ahmad Dahlan yang berisikan pula teladan dapat ditiru bagi para pembacanya
2. Struktur teks biografi tesebut :
a) Orientasi : Pada halaman 1 paragraf pertama
b) Kejadian penting : Pada halaman 4,6,10,16,18,20,24,26,28,36,44,51,53 yang masing-masing terdapat pada paragraf pertama
c) Reorientasi : Pada halaman 56 paragraf pertama
3. 2 Karakter unggul tokoh tersebut yaitu :
1) Sosok yang penuh semangat berjuang
2) Sosok yang sangat kokoh pendirian
4. Pola penyajian karakter tokoh tersebut : Langsung, terdapat pada halaman 1 paragraf pertama
5. Pokok informasi teks biografi tersebut : Pada halaman 1,4,10,16,18,20,26,28,36,44,51,53,56 paragraf pertama
6. Kaidah kebahasaan teks biografi tersebut : Lengkap (terdiri dari 6 kaidah kebahasaan), yaitu :
1. Menggunakan pronominal (kata ganti) orang ketiga tunggal ia atau dia atau beliau yang digunakan secara bervariasi dengan penyebutan nama atau panggilan tokoh : Pada “ia”
2. Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh
tokoh : Pada “menjalankan, mengupayakan, membangkitkan mengajarkan, mendidik”
3. Banyak menggunakan kata adjektiva untuk memberikan informasi secara rinci tentang sifat sifat tokoh didahului oleh kopulatif adalah merupakan : Pada “KH.Ahmad Dahlan merupakan sosok yang pantang menyerah, dengan gigih”
4. Banyak menggunakan kata kerja pasif untuk menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh sebagai subjek yang diceritakan : Pada “diambil dan dimanfaatkan”
5. Banyak kata kerja yang berhubungan dengan aktivitas mental dalam rangka penggambaran tokoh : Pada “merasakan, membuatnya resah, keprihatinan mendalam”
6. Banyak menggunakan kata sambung, ataupun nomina yang berkenan urutan dengan waktu. Seperti : sebelum, sesudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, sampai, hingga, pada tanggal, selama, saat itu : Pada “……mengenai umat islam pada saat itu, sehingga campur aduknya antara ajaran budaya dengan agama menyebabkan umat islam mundur.”
Bukti kalimat : Pada halaman 20 paragraf pertama dan kedua, yaitu :
KH. Ahmad Dahlan merupakan sosok yang pantang menyerah. Ia merasakan keprihatinan yang mendalam mengenai umat islam pada saat itu, sehingga campur aduknya antara ajaran budaya dengan agama menyebabkan umat islam mundur. Al-Quran dan al-Hadis tidak lagi menjadi landasan beragama dan menjalankan kehidupan sosial. Hal ini membuatnya resah dan merasa bertanggung jawab.
Atas dasar keprihatinan dan rasa tanggung jawab, Dahlan mulai mengupayakan dakwah dengan membina para pemuda, membangkitkan kesadaran mereka untuk segera maju dan bangkit dari ketertinggalan umat islam Indonesia. Langkah yang diambil untuk dimanfaatkan adalah melalui jalur pendidikan, ia mengajarkan ide dakwah Muhammadiyah yang berlandaskan Quran dan Sunnah. Dengan gigih ia mendidik para calon dalam hal agama.
7. Cerita kembali teks tersebut :
Pada tanggal 1 Agustus 1868 seorang bayi laki-laki dari keluarga keturunan salah seorang walisongo lahir ke dunia. Bayi mungil itu bernama Muhammad Darwisy. Ia adalah anak keempat dari tujuh
bersaudara, juga merupakan keturunan ke -12 pelopor penyebar islam di Jawa, yaitu Sunan Maulana Ibrahim, salah seorang tokoh Walisongo. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar dan Ibunya bernama Nyai Abu Bakar. Pada tahun 1888 Darwisy telah mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan., beliau mewujudkan cita-citanya yaitu melakukan pembaharuan dalam islam.
Sebagai tokoh pembaharu, khususnya dalam praktik ajaran Islam, Kyai Ahmad Dahlan mencoba meluruskan ajaran Islam yang sesungguhnya. Ia pun menngajarkan al-Quran bukan hanya sebatas hafalan saja, namun dengan terejemahan dan tafsir yang terkandung dalam setiap ayatnya. Dengan begitu, kitab suci umat Islam ini dapat dipahami.
Dengan mengkaji al-Quran melalui terjemahan dan tafsir, Ahmad Dahlan berharap umat Islam dapat hidup berlandaskan Quran. Hal ini sangat perlu karena pada saat itu, Islam hanya dipelajari sebatas kulitnya saja, tidak secara mendalam. Tidak heran jika banyak dari umat Islam yang tidak memahami ajaran islam. Bahkan, Dahlan tidak membutuhkan pesantren untuk memberikan pengajarannya, ia melakukannya dimana saja, kapan saja, dengan metode dialog. Dengan begitu pengajaran mudah dipahami.
No comments:
Post a Comment