FAKTOR
RISIKO MANUAL HANDLING DENGAN KELUHAN
NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEMBUAT
BATU-BATA
DI DUSUN
ASRI, SRIMULYO, GONDANG, SRAGEN
Dr. Heru
Subaris Kasjono, Yamtana, Dian Intan Pandini,
* Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,
Jl Tatabumi No 3, Banyuraden,
Gamping, Sleman, Yogyakarta, Telp/Fax (0274) 617601
Email: dian.intann14@gmail.com
Abstract During done manual work handling for objects work hard , it will can cause risk of injury or cause musculosketal systems. Risk assessment manual work handling with the methods indicators key-Leitmerkmalmethode (LMM) intended to know the relationship between time, burden, attitudes of the body, and working conditions manual handling with complaints of the lower back pain at all stages making bricks perceived maker bricks. The kind of research used is survey such data is cross sectional. The data taken by lower back pain questionnaire assisted examination physically by nurses and checklist kunci-lmm .Analysis relations use the spearman. The results of research acquired at variable time manual handling based frequency raised or operation the transfer of on stage excavation raw materials , the formation and drying bricks there are relations with complaints of low back pain with p value each are 0,039, 0,047, 0,038 while on the variables of working conditions manual handling in stage excavation raw materials obtained p value of 0,028 with so it can be said there was a correlation between working conditions manual handling with complaints low back pain. A variable load manual handling and attitudes of the body manual handling not relate in significant to lower back pain all stages making bricks. Conclusion researchers that the variable time manual handling relate in significant with complaints lower back pain in stage excavation raw materials, the formation and drying bricks, while the phase processing raw materials that there was no correlation, in a variable load manual handling and attitudes of the body manual handling all these stage there was no correlation with complaints lower back pain, while variable working conditions manual handling only in stage excavation the raw materials there are relations with complaints lower back pain in the third stage other there was no correlation. Keywords
: Manual
Handling, Low Back Pain, Bricks Intisari Pekerjaan manual handling untuk obyek
kerja yang berat, dapat menyebabkan risiko cedera atau menyebabkan keluhan
sistim musculosketal. Penilaian risiko pekerjaan manual handling dengan
metode Indikator Kunci-LeitmerkMalMethode (LMM) dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara waktu, beban, sikap tubuh,dan
kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada
semua tahapan pembuatan batu-bata yang dirasakan pembuat batu-bata. Jenis
penelitian yang digunakan adalah survei, dengan pengambilan data secara cross
sectional. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner nyeri punggung bawah
dibantu pemeriksaan fisik oleh perawat, dan checklist Kunci-LMM. Analisis
hubungan antar variabel menggunakan Spearman. Hasil penelitian yang didapat
pada variabel waktu manual handling didasarkan frekuensi mengangkat atau operasi
pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan
batu-bata terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai
p value masing yaitu 0,039, 0,047, 0,038 sedangkan pada variabel kondisi
kerja manual handling di tahapan penggalian bahan mentah didapat nilai p
value sebesar 0,028 dengan begitu dapat dikatakan ada hubungan anatar kondisi
kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah. Variabel beban
kerja manual handling dan sikap tubuh manual handling tidak berhubungan
secara signifikan terhadap nyeri punggung bawah di semua tahapan pembuatan
batu-bata. Kesimpulan peneliti bahwa variabel waktu manual handling
berhubungan secara signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah di tahapan
penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata, sedangkan
dalam tahapan pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan, pada variabel
beban manual handling dan sikap tubuh manual handling disemua tahapan tidak
terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah, sedangkan variabel
kondisi kerja manual handling hanya di tahapan penggalian bahan mentah yang
terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah diketiga tahapan lain
tidak terdapat hubungan. Kata Kucii : Manual Handling, Nyeri Punggung Bawah, Batu-Bata |
Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan
menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan
penggunaan mesin dengan berbasis teknologi tinggi. Disisi lain, ternyata
diberbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara
manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang benar (Simanjuntak, 2011). Manual handling didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang
berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, mambawa
atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan
perngerahan seluruh badan (Tarwaka, 2015)
Lebih
seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Meskipun kecelakaan
kerja yang bersifat fatal akibat pekerjaan manual
handling jarang terjadi, tetapi banyak sekali cedera yang terjadi berupa
terkilir/kesleo atau ketegangan otot, terutama pada bagian otot pinggang dan
punggung. Selama dilakukan pekerjaan manual handling untuk
obyek kerja yang berat, maka akan dapat menyebabkan risiko cedera atau
menyebabkan gangguan sistem muskuloskeletal, khususnya pada pinggang. Untuk
menilai risiko tersebut, di Jerman telah dikembangkan “Metode Indikator
Kunci-LMM”. Metode ini memperhitungkan empat faktor atau parameter stres fisik
yang terjadi selama pekerjaan manual
handling, yaitu : waktu (time),
beban atau massa (load/mass), sikap
tubuh (body posture), kondisi selama
kerja (condition of performing work) (Tarwaka, 2015)
Nyeri Punggung Bawah (NPB)
adalah nyeri yang dirasakan pada
daerah punggung bawah,
dapat berupa nyeri lokal
maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah
sampai lipat bokong
bawah yaitu didaerah lumbal atau
lumbosakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan efek umum dari Manual Material Handling (MMH). Pekerja berusaha untuk mempertahankan kecepatan
dan beban yang diangkat,
sehingga tubuh semakin lama semakin lelah.
Penelitian lain juga
mengatakan bahwa dalam mengangkat
beban yang tidak terlalu berat
tapi terjadi dalam waktu yang lama tanpa
istirahat akan cepat
menurunkan kemampuan pekerja dalam
mengangkat beban dan cenderung
mudah lelah (Rinaldi, 2015).
Menurut Luopajarvi (1990) dalam
(Astuti, 2007) beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan perulangan gerakan
yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh merupakan keadaan
yang memperburuk penyakit NPB. Faktor-faktor risiko lain yang turut
mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh
(IMT), jenis pekerjaan, dan masa kerja (Samara, 2005).
Berdasarkan pengamatan peneliti
aktifitas pekerja industri batu-bata yang dilakukan secara manual dapat menjadi
faktor risiko terjadinya Nyeri Punggung Bawah (NPB). Hal ini
dikarenakan beberapa tahapan proses
pekerjaan terdiri dari mencangkul tanah, memasukkan tanah ke dalam gerobak sorong, mencetak batu bata dengan
alat cetak, mengangkat batu
bata dengan gerobak sorong serta menyusun batu-bata yang
akan dibakar serta mengangkat kedalam
mobil pengangkut. Kegiatan yang
dilakukan dengan berulang-ulang,
membungkuk dan memutar serta beban
yang diangkat berlebihan tersebut membuat para pekerja
berisiko mengalami Nyeri Punggung Bawah (NPB). Namun, pada tahapan pembakaran
tidak dilakukan penelitian mengingat tahapan pembakaran hanya dilakukan oleh
pembuat batu-bata sebulan sekali.
Berdasarkan observasi awal pada
tanggal 26 Januari 2017 di home industry batu-bata di Dusun Asri Desa Srimulyo
Gondang Sragen, dengan jumlah responden 10 orang menggunakan kuesioner gejala
nyeri punggung bawah, sebanyak 30% pekerja mengeluh nyeri punggung bawah.
Kebanyakan responden merasakan panas, kaku, nyeri tertusuk-tusuk pada bagian
punggung bawah. Jika nyeri punggung bawah ini diabaikan maka akan berdampak
pada menurunnya produktivitas para pembuat batu-bata.
METODA
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei
dengan rancanagan penelitian Cross
Sectional yaitu suatu penelitian
yang menekankan pada pengukuran data variabel sebab dan akibat yang terjadi pada
subjek penelitian. Data diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dengan metode pengisian kuesioner dan check list. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Januari – Juni 2017 pada 39 pembuat batu-bata di Dusun Asri,
Srimulyo, Gondang, Sragen yang diambil dengan menggunakan Sampilng Acak Sederhana (Simple Random Sampling.
Variabel bebas yang diteliti adalah waktu manual handling, beban manual handling, sikap tubuh manual handling dan kondisi kerja manual handling. Adapun sebagai variabel
terikat yaitu nyeri punggung bawah.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
meliputi: Alat tulis, Kuesioner, dan Check
List. Setiap responden diberikan kuesioner nyeri punggung bawah,
selanjutnya responden menjawab setiap pertanyaan yang terdapat didalam
kuesioner dengan kuesioner diisi sendiri oleh responden yang didampingi oleh
peneliti, namun apabila terdapat responden yang tidak dapat mengisi maka akan
dibantu peneliti. Untuk mengetahui waktu manual
handling, beban manual handling, sikap
tubuh manual handling dan kondisi
kerja manual handling. dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan Check List.
HASIL
Karakteristik
Responden
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan
pada tanggal 12-20 Mei 2017 terhadap 39 responden. Karakteristik responden
diperoleh hasil sebagai berikut :
a.
Jenis Kelamin
Jumlah pembuat batu-bata berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut
Tabel 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pembuat
Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017
No |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Persentase (%) |
1 |
Laki-laki |
19 |
48,7 |
2 |
Perempuan |
20 |
51,3 |
Jumlah total |
39 |
100 |
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa
responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki, dengan jumlah
perempuan sebanyak 20 orang dan laki-laki sebanyak 19 orang.
b. Usia
Jumlah
pembuat batu-bata berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut
Tabel 2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pembuat
Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017
No |
Usia (tahun) |
Jumlah |
Persentase (%) |
1 |
Dewasa
(21-40) |
15 |
38,4 |
2 |
Tua
(41- >60) |
24 |
61,6 |
Jumlah total |
39 |
100 |
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat
dijelaskan bahwa responden usia tua (41- >60) memiliki proporsi yang
terbanyak yaitu sebanyak 61,6%.
c. Masa Kerja
Tabel 3.
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Pembuat
Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017
No |
Masa Kerja (tahun) |
Jumlah |
Persentase (%) |
1 |
<
15 |
15 |
38,4 |
2 |
≥
15 |
24 |
61,6 |
Jumlah total |
39 |
100 |
Berdasarkan
Tabel 3
diatas dapat dijelaskan bahwa responden dengan masa kerja ≥ 15 tahun memiliki
proporsi yang terbanyak yaitu sebanyak 61,6%.
Hasil
Penelitian Berdasarkan Waktu Manual
Handling Pembuat Batu-Bata Pertahapan Pembuatan
Tabel 4.
Mengangkat
atau operasi pemindahan (<5 detik) |
Tahapan
Pembentukan Batu-Bata |
Median
& Modus |
Mean |
Tahapan
Pengeringan Batu-Bata |
Median
& Modus |
Mean |
|||
Kategori |
Frekuensi
(Jumlah/ 1 hari kerja) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(10- <40) |
6 |
15,4 |
|
|
- |
- |
|
|
4 |
(40- <200) |
27 |
69,2 |
4 |
|
10 |
25,6 |
|
|
6 |
(200- <500) |
3 |
7,7 |
|
142 |
28 |
71,8 |
6 |
374 |
8 |
(500- <1000) |
2 |
5,1 |
|
|
1 |
2,6 |
|
|
10 |
(≥1000) |
1 |
2,6 |
|
|
- |
- |
|
|
|
Jumlah |
39 |
100 |
|
|
39 |
100 |
|
|
Distribusi Frekuensi Waktu
Manual Handling Berdasarkan Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja) Mengangkat atau
Operasi Pemindahan (<5 detik) Pembuat
Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri,
Srimulyo, Gondang, Sragen
Mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik) |
Tahapan Penggalian Bahan Mentah |
Median & Modus |
Mean |
Tahapan Pengolahan Bahan Mentah |
Median & Modus |
Mean |
|||
Kategori |
Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(10- <40) |
5 |
12,9 |
|
|
1 |
2,6 |
|
|
4 |
(40- <200) |
9 |
23 |
|
|
18 |
46,1 |
Mod = 4 |
|
6 |
(200- <500) |
21 |
53,8 |
6 |
275 |
15 |
38,5 |
Med = 6 |
325 |
8 |
(500- <1000) |
4 |
10,3 |
|
|
5 |
12,8 |
|
|
10 |
(≥1000) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
|
Jumlah |
39 |
100 |
|
|
39 |
100 |
|
|
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 39
responden, untuk kategori waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah yang
paling banyak adalah dengan frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja sebanyak 21
responden (53,8%). Untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak
adalah dengan frekuensi 40- <200 / 1 hari kerja sebanyak 18 responden
(46,1%). Nilai median dari kategori waktu manual handling mengangkat atau
operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah yaitu 6 dan nilai modus
yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja, sedangkan rata-rata atau
nilai mean waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan pada
tahapan penggalian bahan mentah adalah 275/ 1 hari kerja. Pada tahapan
pengolahan bahan mentah nilai median yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1
hari kerja dan nilai modus yaitu 4 atau rekuensi 40- <200 / 1 hari kerja,
sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling mengangkat atau
operasi pemindahan pada tahapan pengolahan bahan mentah adalah 325/ 1 hari
kerja.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Waktu
Manual Handling Berdasarkan Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja) Mengangkat atau
Operasi Pemindahan (<5 detik) Pembuat
Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo,
Gondang, Sragen
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 39
responden, untuk kategori waktu manual handling pada tahapan pembentukan
batu-bata yang paling banyak adalah dengan frekuensi 40- <200 / 1 hari kerja
sebanyak 27 responden (69,2%), serta pada tahapan pengeringan batu-bata yang
paling banyak adalah dengan frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja sebanyak 28
responden (71,8%). Nilai median dan modus dari kategori waktu manual handling
pada tahapan pembentukan batu-bata yaitu 4 atau frekuensi 40- <200 / 1 hari
kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling pada tahapan
pembentukan batu-bata adalah 142/ 1 hari kerja. Pada tahapan pengeringan
batu-bata nilai median dan modusnya yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1
hari kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling pada
tahapan pengeringan batu-bata adalah 374/ 1 hari kerja.
Hasil Penelitian Berdasarkan Beban
Manual Handling Untuk Laki-Laki Dan Wanita Pembuat Batu-Bata Pertahapan
a.
Untuk Laki-laki
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan
Beban Efektif Untuk Laki-Laki Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan
Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
Beban
Kerja |
Tahapan
Penggalian Bahan Mentah |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
Tahapan
Pengolahan Bahan Mentah |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
|||
Kategori |
Beban
Kerja Untuk Laki-Laki (Kg) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(10-
<20) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
4 |
(20-
<30) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
7 |
(30-
<40) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
25 |
(≥40) |
19 |
100 |
Me=832 Mo=512 |
1.024,84 |
19 |
100 |
Me=800 Mo=736 |
884,21 |
|
Jumlah
|
19 |
100 |
|
|
39 |
100 |
|
|
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa untuk
kategori beban kerja untuk laki-laki pada tahapan penggalian dan pengolahan
bahan mentah dari semua responden laki-laki (100%), beban efektif yang dibawa
≥40 kg. Nilai median yang didapat yaitu 832 kg pada tahapan penggalian dan 800
kg pada tahapan pengolahan, nilai modus yang didapatkan yaitu 512 kg pada
tahapan penggalian dan 736 pada tahapan pengolahan sehingga masuk dalam
kategori 25 atau beban efektif yang dibawa ≥40 kg, sedangkan rata-rata atau
nilai mean beban manual handling pada laki-laki pada tahapan penggalian bahan
mentah adalah 1.024,84 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengolahan bahan
mentah nilai meannya adalah 884,21 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh
responden laki-laki pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah
memiliki beban yang melebihi batas yaitu ≥40 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi
mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada
responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko
terjadinya nyeri punggung bawah. Akibat dari beban yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja, misalnya nyeri punggung
bawah.
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan Beban
Efektif Untuk Laki-Laki Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan
Pengeringan
di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
Beban
Kerja |
Tahapan
Pembentukan Batu-Bata |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
Tahapan
Pengeringan Batu-Bata |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
|||
Kategori |
Beban
Kerja Untuk Laki-Laki (Kg) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(10-
<20) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
4 |
(20-
<30) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
7 |
(30-
<40) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
25 |
(≥40) |
19 |
100 |
Me=1.500
Mo=1.000 |
1.518,42 |
19 |
100 |
Me=400 Mo=500 |
410,53 |
|
Jumlah |
19 |
100 |
|
|
39 |
100 |
|
|
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa untuk
kategori beban kerja untuk laki-laki pada tahapan pembentukan dan pengeringan
dari semua responden laki-laki (100%), beban efektif yang dibawa ≥40 kg. Nilai
median yang didapat yaitu 1.500 kg pada tahapan pembentukan dan 400 kg pada
tahapan pengeringan, nilai modus yang didapatkan yaitu 1.000 kg pada tahapan
pembentukan dan 500 kg pada tahapan pengeringan sehingga masuk dalam kategori
25 atau beban efektif yang dibawa ≥40 kg, sedangkan rata-rata atau nilai mean
beban manual handling pada laki-laki pada tahapan pembentukan adalah 1.518,42
kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengeringan adalah 410,53 kg/ 1 hari kerja.
Hal ini berarti seluruh responden laki-laki pada tahapan pembentukan dan
pengeringan batu-bata memiliki beban yang melebihi batas yaitu ≥40 kg/ 1 hari
kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan
yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi
faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.
b.
Untuk Wanita
Tabel 8.
Beban
Kerja |
Tahapan
Pembentukan Batu-Bata |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
Tahapan
Pengeringan Batu-Bata |
Median
& Modus
(Kg) |
Mean
(Kg) |
|||
Kategori |
Beban
Kerja Untuk Laki-Laki (Kg) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<5) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(5-
<10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
4 |
(10-
<15) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
7 |
(16-
≤25) |
20 |
100 |
Me=1.400 Mo=1.500 |
1.300 |
20 |
100 |
Me=300 Mo=200 |
340 |
|
Jumlah
|
20 |
100 |
|
|
20 |
100 |
|
|
Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan
Beban Efektif Untuk Wanita Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan
Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
Beban Kerja |
Tahapan Penggalian Bahan Mentah |
Median & Modus (Kg) |
Mean (Kg) |
Tahapan Pengolahan Bahan Mentah |
Median & Modus (Kg) |
Mean (Kg) |
|||
Kategori |
Beban Kerja Untuk Wanita (Kg) |
F |
% |
F |
% |
||||
1 |
(<5) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
2 |
(5- <10) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
4 |
(10- <15) |
- |
- |
|
|
- |
- |
|
|
7 |
(16- ≥25) |
20 |
100 |
Me=800 Mo=800 |
835,60 |
20 |
100 |
Me=400 Mo=400 |
479,60 |
|
Jumlah |
20 |
100 |
|
|
20 |
100 |
|
|
Berdasarkan
hasil Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari semua responden wanita (100%),
beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg pada tahapan penggalian dan pengolahan
bahan mentah. Nilai median yang didapat yaitu 800 kg pada tahapan penggalian
dan 400 kg pada tahapan pengolahan, nilai modus yang didapatkan yaitu 800 kg
pada tahapan penggalian dan 400 kg pada tahapan pengolahan sehingga masuk dalam
kategori 7 atau beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg, sedangkan rata-rata atau
nilai mean beban manual handling pada wanita pada tahapan penggalian bahan
mentah adalah 835,60 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengolahan bahan mentah
nilai meannya adalah 479,60 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden
wanita pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah memiliki beban yang
melebihi batas yaitu 16- ≥25 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban
yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada responden saat
bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung
bawah.
Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan
Beban Efektif Untuk Wanita Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan
Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
Berdasarkan
hasil Tabel 9 dapat diketahui bahwa dari semua responden wanita (100%),
beban efektif yang dibawa 16- ≤25 kg pada tahapan pembentukan dan pengeringan
batu-bata. Nilai median yang didapat yaitu 1.400 kg pada tahapan pembentukan
dan 300 kg pada tahapan pengeringan, nilai modus yang didapatkan yaitu 1.500 kg
pada tahapan pembentukan dan 200 kg pada tahapan pengolahan sehingga masuk
dalam kategori 7 atau beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg, sedangkan rata-rata
atau nilai mean beban manual handling pada wanita pada tahapan pembentukan
adalah 1.300 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengeringan nilai meannya adalah
340 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden wanita pada tahapan
pembentukan dan pengeringan memiliki beban yang melebihi batas yaitu 16- ≥25
kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan
pembebanan yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut
dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.
|
Tahapan
Pembentukan Batu-Bata |
Median & Modus |
Tahapan
Pengeringan Batu-Bata |
Median & Modus |
||
Posture Rating
(Skor) |
F |
% |
F |
% |
||
1 |
- |
- |
|
2 |
5,1 |
|
2 |
- |
- |
|
9 |
23,1 |
|
3 |
34 |
87,2 |
3 |
8 |
20,5 |
|
4 |
5 |
12,8 |
|
20 |
51,3 |
4 |
Jumlah
|
39 |
100 |
|
39 |
100 |
|
Hasil Penelitian Berdasarkan Posture
Rating Manual Handling Berdasarkan
Jenis Sikap Tubuh Dan Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata Pertahapan
Tabel 10.
Distribusi Frekuensi
Posture Rating (Skor) Manual Handling Terhadap Jenis Sikap Tubuh dan
Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah
di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
|
Tahapan Penggalian Bahan Mentah |
Median & Modus |
Tahapan Pengolahan Bahan Mentah |
Median & Modus |
||
Posture
Rating (Skor) |
F |
% |
F |
% |
||
1 |
1 |
2,6 |
|
1 |
2,6 |
|
2 |
23 |
59 |
2 |
7 |
18 |
|
3 |
15 |
38,4 |
|
31 |
79,4 |
3 |
4 |
- |
- |
|
- |
- |
|
Jumlah
|
39 |
100 |
|
39 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel 10 didapatkan bahwa dari 39
responden untuk kategori posture rating manual handling terhadap jenis sikap
tubuh dan postur tubuh pada tahapan penggalian bahan mentah yang paling banyak
adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh sedikit membungkuk ke depan atau
sedikit memutirkan badan dalam melakukan pekerjaan sebanyak 23 responden (59%),
untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak adalah dengan sikap
tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup
jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan
dalam melakukan pekerjaan sebanyak 31 responden (79,4%). Nilai median dan modus
pada tahapan penggalian bahan mentah yaitu 2 atau sikap tubuh dan postur tubuh
sedikit membungkuk ke depan atau sedikit memutirkan badan dalam melakukan
pekerjaan, sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai median dan
modusnya yaitu 3 atau sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau
membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan
badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan.
Tabel 11.
Distribusi Frekuensi Posture
Rating (Skor) Manual Handling
Terhadap Jenis Sikap Tubuh dan Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata pada Tahapan
Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
Berdasarkan Tabel 11 didapatkan bahwa pada tahapan
pembentukan batu-bata yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur
tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit
membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan
pekerjaan sebanyak 34 responden (87,2%). Serta pada tahapan pengeringan
batu-bata yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh
membungkuk jauh ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan, stabilitas
tubuh terbatas saat berdiri, jongkok dan atau berlutut dalam melakukan
pekerjaan sebanyak 20 responden (51,3%). Nilai median dan modus pada
pembentukan batu-bata yaitu 3 atau sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk
sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan
dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan, sedangkan
pada tahapan pengeringan batu-bata nilai median dan modusnya yaitu 4 atau sikap
tubuh dan postur tubuh membungkuk jauh ke depan dengan memuntirkan badan secara
simultan, stabilitas tubuh terbatas saat berdiri, jongkok dan atau berlutut
dalam melakukan pekerjaan.
Hasil Penelitian Berdasarkan
Kondisi Kerja Manual Handling Pembuat
Batu-Bata Pertahapan
Tabel 12.
Distribusi
Frekuensi Rating (Skor) Kondisi Kerja
Manual Handling Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan
Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
|
Tahapan Penggalian Bahan Mentah |
Median & Modus |
Tahapan Pengolahan Bahan Mentah |
Median & Modus |
||
Rating (Skor) Kondisi Kerja |
F |
% |
F |
% |
||
0 |
5 |
12,8 |
|
3 |
7,7 |
|
1 |
23 |
59 |
1 |
22 |
56,4 |
1 |
2 |
11 |
28,2 |
|
14 |
35,9 |
|
Jumlah |
39 |
100 |
|
39 |
100 |
|
Berdasarkan hasil Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari
39 responden untuk kategori kondisi kerja manual handling pada tahapan
penggalian bahan mentah yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di
kondisi yang ruang untuk bergerak dan keadaan lantai tidak rata sebanyak 23
responden (59%). Untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak
adalah %) melakukan pekerjaan di kondisi yang terbatas ruang untuk bergerak dan
keadaan lantai tidak rata sebanyak 22 responden (56,4%). Nilai median dan modus
dikedua tahapan yaitu 1 atau melakukan pekerjaan di kondisi yang ruang untuk
bergerak dan keadaan lantai tidak rata.
Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Rating (Skor) Kondisi Kerja Manual Handling Pembuat Batu-Bata pada
Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen
|
Tahapan Pembentukan Batu-Bata |
Median & Modus |
Tahapan Pengeringan Batu-Bata |
Median & Modus |
||
Rating (Skor) Kondisi Kerja |
F |
% |
F |
% |
||
0 |
33 |
84,6 |
0 |
30 |
76,9 |
0 |
1 |
6 |
15,4 |
|
4 |
10,2 |
|
2 |
- |
- |
|
5 |
12,8 |
|
Jumlah |
39 |
100 |
|
39 |
100 |
|
Berdasarkan hasil Tabel 13 pada tahapan pembentukan
batu-bata yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi
ergonomi yang baik, tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan
bagus sebanyak 33 responden (84,6%). Serta pada tahapan pengeringan batu-bata
yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi ergonomi
yang baik, tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan bagus
sebanyak 30 responden (76,9%). Nilai median dan modus dikedua tahapan tersebuta
yaitu 0 atau melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi ergonomi yang baik,
tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan bagus.
Hasil Penelitian Berdasarkan Keluhan
Subjektif Nyeri Punggung Bawah
Tabel 14.
Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan
Subjektif Nyeri Punggung Bawah
No |
Nyeri Punggung Bawah |
Frekuensi |
Persen (%) |
1 |
Akut (0-10) |
26 |
66,7 |
2 |
Kronis (11-20) |
13 |
33,3 |
Jumlah |
39 |
100 |
Berdasarkan hasil Tabel 23 dapat diketahui bahwa dari
39 responden yang diperoleh terdapat 26 orang (66,7%) yang mengalami keluhan
nyeri punggung bawah akut sedangkan 13 orang (33,3%) lainnya mengalami keluhan
nyeri punggung bawah kronis.
Hasil Analisis Data
Data waktu, beban, sikap tubuhdan kondisi kerja manual handling dan
keluhan nyeri punggung bawah dilakukan uji statistik dengan program SPSS
versi 16.0. Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas dan
terikat di uji dengan uji Korelasi Spearman
Rank.
1.
Hubungan antara waktu manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah
Hasil
penelitian yang didapat pada variabel waktu manual
handling didasarkan frekuensi mengangkat atau operasi pemindahan pada
tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata terdapat
hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai p value masing-masing yaitu 0,039, 0,047, 0,038, sedangkan pada tahapan
pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan dengan nilai p value 0,545.
2.
Hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban
efektif dengan keluhan nyeri punggung
bawah
Tidak ada hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban
efektif untuk laki-laki dan wanita dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua
tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.
3.
Hubungan antara sikap
tubuh manual handling dengan keluhan
nyeri punggung bawah
Tidak ada hubungan antara posture rating (skor) manual handling terhadap jenis sikap
tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua tahapan di
Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen dengan nilai p
value masing-masing pada tahapan penggalian bahan mentah 0,892 pengolohan
bahan mentah 0,952 pembentukan batu-bata 0,095 dan pengeringan batu-bata 0,656.
4.
Hubungan antara
kondisi kerja manual handling dengan
keluhan nyeri punggung bawah
Ada hubungan antara kondisi kerja
manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada tahapan penggalian bahan mentahdengan nilai
p value 0,028, sedangkan pada tahapan
pengolahan bahan mentah, pembentukan dan pengeringan, tidak ada hubungan antara
kondisi kerja manual handling dengan
keluhan nyeri punggung bawah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen dengan
nilai p value masing-masing 0,842,
1,000, 0,953.
Pembahasan
1.
Hubungan antara waktu manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada semua tahapan pembuatan batu-bata
Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui bahwa pada 3 tahapan pembuatan batu-bata yaitu tahapan
penggalian bahan mentah, pembentukan batu-bata dan pengeringan batu-bata
didapatkan adanya hubungan antara waktu manual
handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau
operasi pemindahan (<5 detik) dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo,
Gondang, Sragen karena hasil penelitian menunjukkan p value pada tahapan penggalian bahan mentah sebesar 0,039 (≤0,05). Pada tahapan
pembentukan batu-bata hasil penelitian menunjukkan p value sebesar 0,047 (≤0,05) yang berarti nilai, dan pada tahapan
pengeringan batu-bata hasil penelitian menunjukkan p value sebesar 0,038 (≤0,05).
Sedangkan
pada tahapan pengolahan bahan mentah hasil penelitian p value sebesar 0,545
(>0,05) sehingga tidak ada hubungan antara waktu manual handling berdasarkan
frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau operasi pemindahan (<5
detik) dengan keluhan nyeri punggung
bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.
Hal ini
diperkuat dengan penelitian (Santiasih, 2013) yang menyatakan bahwa indek
pengangkatan berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja
tekstil. Kegiatan mengangkat atau operasi pemindahan dalam pembuatan batu-bata
termasuk kedalam gerakan berulang, dapat dikatakan seperti itu karena dalam
sekali tahapan terdapat gerakan yang dilakukan berulangkali, misal di tahapan
penggalian bahan mentah, gerakan menggali tanah dengan menggunakan cangkul
dilakukan berungkali sampai terpenuhnya kapasitas tanah yang akan dibuat untuk
pengolahan bahan mentah.
Pengulangan
gerakan kerja dengan pola yang sama
terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot
tendon. Ketegangan otot
tendon dapat dipulihkan apabila
ada jeda waktu istirahat yang
digunakan untuk peregangan otot.
Dampak gerakan berulang akan
meningkat bila gerakan tersebut dilakukan
dengan postur janggal dengan
beban yang berat dalam waktu yang
lama. Frekuensi terjadinya sikap tubuh
terkait dengan berapa
kali repetitive motion dalam
melakukan pekerjaan. Keluhan otot
terjadi karena otot menerima
tekanan akibat beban terus
menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi
(Bridger dalam Andini, 2015).
Menurut (Mayrika dalam Saputro, 2016) pekerja yang mengangkat dan
membawa beban setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami
penekanan sehingga lama kelamaan sikap tubuhnya akan berubah. Perubahan ini
terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban, cara
bekerja didalam waktu yang lama dengan sikap yang salah (tidak ergonomi), dapat
menyebabkan low back pain kronis.
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah
terkait waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari
kerja) pengangkatan atau operasi pemindahan yang dapat dilakukan pada setiap
tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat
dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan sehingga saat mengangkat beban
bahan mentah tanah liat dengan frekuensi yang banyak tidak begitu berat, serta
mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan. Pada tahapan
pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang terbuat
dari bahan yang ringan, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi
pemindahan. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan
penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang
ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat walaupun dengan frekuensi
pengangkatan atau operasi pemindahan yang banyak. Pada tahapan pengeringan
batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti angkong untuk
wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan
batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat dapat dengan tangan
kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing responden.
2.
Hubungan antara beban manual handling dengan keluhan nyeri
punggung bawah
a.
Untuk Laki-Laki
Berdasarkan hasil penelitian pada
semua tahapan pembuatan batu-bata didapatkan tidak adanya hubungan antara beban
manual handling berdasarkan beban efektif untuk laki-laki dengan keluhan nyeri
punggung bawah. Hal ini dikarenakan hasil penelitian p value disemua tahapan
pembuatan batu-bata tidak terbaca. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian (Nurzannah, 2015) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara beban kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah, namun pada
penelitian ini lebih spesifik pada beban kerja manual handling dan pada setiap
tahapan pembuatan batu-bata. Hal ini dapat disebabkan karena semua responden
laki-laki pada semua tahapan pembuatan batu-bata memiliki beban kerja yang
melebihi ≥40 kg yang mana sesuai dengan checklist menurut (Tarwaka, 2015) sehingga tidak terdapat
variasi dalam penelitian ini.
Beban kerja
merupakan ukuran suatu barang yang akan
diangkat oleh para pembuat
batu-bata disemua tahapan pembuatan batu-bata dan dinyatakan dalam
kg. Berat beban
yang diangkat harus
mampu disesuaikan dengan kondisi
fisik dan kemampuan
tubuh seseorang. Beratnya beban yang diangkat oleh tenaga
kerja yang semuanya ≥40 Kg untuk sekali angkat memberikan pembebanan
yang berlebih. Jika beban yang
diangkat tidak mampu ditopang oleh tubuh, maka dapat menyebabkan terjadinya
cedera misalnya saja pada tulang belakang
yang mengalami nyeri baik itu punggung belakang, bahu maupun punggung
bagian atas. Akibat dari beban yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja. Menurut
Peraturan Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No Per.01/MEN 1978
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa berat beban maksimal untuk tenaga
kerja pria dewasa yang sekali-kali mengangkat adalah 40 kg (Nurwahyuni, 2012).
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait beban manual handling untuk
laki-laki yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu
pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul
yang ringan, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam
kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan
penggunaan cangkul yang terbuat dari bahan yang ringan, serta diselingi istirahat
minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan
batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan
mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak
terlalu berat. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan
penggunaan alat bantu seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap
untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi
untuk menggunakan alat dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan
masing-masing responden.
b.
Untuk Wanita
Berdasarkan
hasil penelitian pada semua tahapan pembuatan batu-bata didapatkan tidak adanya
hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif untuk wanita
dengan keluhan nyeri punggung bawah. Hal ini dikarenakan hasil penelitian p value disemua tahapan pembuatan
batu-bata tidak terbaca. Hal ini dapat disebabkan karena semua responden wanita
pada semua tahapan pembuatan batu-bata memiliki beban kerja yang melibihi ≥25
kg sehingga tidak terdapat variasi dalam penelitian ini. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Mayrika, 2009) bahwa beban kerja tidak
berhubungan dengan nyeri punggung bawah.
Hasil
penelitian menunjukkan 100% pembuat batu-bata wanita mengangkat beban yang
beratnya lebih dari 25 kilogram. Semakin berat beban yang diangkat, tulang
belakang akan bekerja semakin keras untuk menahan beban tersebut. Pembebanan
berlebihan pada tulang belakang mengakibatkan tulang belakang menjadi rusak
sampai terjadi Hernia Nukleus Pulposus yang merupakan salah satu faktor
terjadinya nyeri punggung bawah. Oleh karena itu, semakin berat beban yang
diangkat, maka kemungkinan terpapar nyeri punggung bawah juga semakin besar
(Nurmianto dalam Pratiwi, 2009).
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait beban manual handling untuk
wanita yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada
tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang
ringan, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari.
Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul
yang terbuat dari bahan yang ringan, serta diselingi istirahat minimal 1 kali
istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat
dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat
dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat. Pada
tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu
seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju
tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat
dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing
responden.
3.
Hubungan antara sikap
tubuh manual handling dengan keluhan
nyeri punggung bawah.
Berdasarkan hasil penelitian ini
dari 39 responden pembuat batu-bata pada semua tahapan pembuatan batu-bata,
didapatkan tidak adanya hubungan antara posture rating (skor) manual handling
terhadap jenis sikap tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah
dikarenakan hasil nilai p value
disemua tahapan pembuatan batu-bata melebihi atau lebih besar dari 0,05. Di
tahapan penggalian bahan mentah nilai p
value sebesar 0,892, pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai p value sebesar 0,952, pada tahapan
pembentukan batu-bata nilai p value sebesar
0,095, pada tahapan pengeringan batu-bata nilai p value sebesar 0,656. Hasil
uji statistik antar
variabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara keluhan nyeri punggung bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri,
Srimulyo, Gondang, Sragen dengan postur
tubuh dan sikap kerja. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian (Sakinah, 2012) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara sikap tubuh dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batu bata di Kelurahan
Lawawoi Kabupaten Sidrap. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sikap
kerja tenaga kerja pada saat melakukan pekerjaan manual handling disemua
tahapan pembuatan batu-bata sudah termasuk kategori yang benar. Masa kerja yang
rata-rata > 5 tahun memberikan mereka pengalaman untuk menciptakan cara
melakukan pekerjaan manual handling secara alamiah yang membuat mereka bisa
lebih nyaman dan tidak menimbulkan masalah bagi mereka.
Posisi tubuh
dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan.
Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh.
Pekerja batu-bata banyak
bekerja dengan posisi berdiri dan membungkuk sehingga dapat
memperburuk keadaan otot- otot disekitar
punggung dan kaki. Menurut (Suma’mur dalam Rinaldi, 2015) posisi kerja
yang baik adalah bergantian antara
posisi duduk dan
posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik
dalam posisi duduk.
Posisi kerja yang statis juga
merupakan penyebab nyeri punggung bawah. Sikap kerja yang statis
dalam jangka waktu
yang lama lebih
cepat menimbulkan keluhan
pada sistem musculoskeletal.
Apabila hal ini
dibiarkan terus-menerus dan
tidak memperhatikan faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah
menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Sakinah, 2012).
Nyeri punggung bawah disebabkan
adanya penekanan pada susunan saraf tepi didaerah pinggang atau
dengan kata lain
sarafnya berada pada posisi
terjepit, sehingga otot mengalami spasme.
Spasme yang terjadi karena gerakan
pinggang yang terlalu mendadak atau
berlebihan melampaui
kekuatan otot tersebut.Saat
mengangkat beban berat dan dalam frekuensi yang lama otot disekitar
lumbosakral memberikan beban yang
berat sehingga jika
sudah melampaui dari kekuatan
otot inilah yang menyebabkan nyeri
(Smeltzer & Bare dalam Rinaldi, 2015). Hal tersebut dapat terjadi
karena postur tubuh yang tidak
ergonomis. Kegiatan berulang merupakan salah satu penyebab
terjadinya keluhan musculoskeletal.
Postur dan sikap tubuh merupakan salah satu
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi
sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja (Nurhayuning & Paskarini, 2015).
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait postur dan sikap tubuh manual
handling yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada
tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap
tubuh yang benar saat menggali tanah liat, diselingi istirahat minimal 1 kali
istirahat dalam 8 jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat
dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat
mencangkul tanah, serta diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8
jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan
memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat pembentukan batu-bata
seperti saat jongkok dan mengangkat beban. Pada tahapan pengeringan batu-bata
dapat dilakukan dengan memperhatikan
postur dan sikap tubuh membungkuk, berdiri dan mengangkat beban yang benar.
4.
Hubungan antara
kondisi kerja manual handling dengan
keluhan nyeri punggung bawah
Berdasarkan penelitian dari 39
responden pembuat batu-bata pada semua tahapan pembuatan batu-bata, didapatkan
bahwa pada tahapan penggalian bahan mentah terdapat hubungan antara kondisi
kerja manual handling dengan keluhan
nyeri punggung bawah dikarenakan hasil p
value sebesar 0,028 (≤0,05), sedangkan pada tahapan pengolahan bahan
mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata semua tidak terdapat hubungan
antara kondisi kerja manual handling
dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Hasil dari
penelitian ini dapat dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti lain, seperti
yang dilakukan oleh (Enrico, 2016) faktor lingkungan
yang paling berpengaruh dan
berhubungan erat dengan pengemudi transportasi publik dan
nyeri muskuloskeletal adalah getaran, dari penelitian (Enrico, 2016) didapatkan hubungan antara
getaran dengan keluhan musculoskeletal
pada supir bus trayek Bitung-Manado di terminal Tangkoko Bitung. Sedangkan,
penelitian (Rahayu, 2012) menyatakan kondisi kerja
pemecahan batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten yaitu kondisi ergonomi
baik, terdapat cukup ruang untuk bekerja
dan kondisi pencahayaan bagus sehingga didapatkan final rating
tingkat 3 yaitu situasi beban kerja meningkat tinggi dan pembebanan
fisik berlebih mungkin dialami
oleh pekerja normal, namun dalam penelitian ini tidak sampai dengan
penilaian final rating hanya menghubungkan anatara kondisi kerja manual
handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Menurut
penelitian yang dilakukan di lapangan pada tahapan penggalian bahan mentah
responden lebih banyak berada di kondisi kerja yang ruang geraknya terbatas dan
lantai tidak rata, sehingga itu dapat menyebabkan ketidaknyaman bagi pembuat
batu-bata. Menurut (Tarwaka, 2015) ruang kerja yang terbatas akan
menyebabkan sikap tubuh yang tidak ergonomis dan lantai licin atau tidak rata
akan meningkatkan kemungkinan terpeleset, tersandung dan terjatuh karena
terjadinya gerakan tiba-tiba yang tidak dapat diperkirakan.
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait kondisi kerja manual handling
yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan
penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena
lantai tidak rata, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak
terpeleset maupun jatuh, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8
jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan
memperhatikan lantai karena lantai licin, memperhatikan sikap tubuh yang benar
dan nyaman agar tidak terpeleset maupun jatuh, serta diselingi istirahat
minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan
batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang
benar saat pembentukan batu-bata seperti saat jongkok dan mengangkat beban agar
tidak jatuh. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh
membungkuk, berdiri dan mengangkat beban yang benar.
Kesimpulan
1.
Ada
hubungan antara waktu manual handling
berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau operasi pemindahan
(<5 detik) dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan
pengeringan. Sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan.
2.
Tidak
ada hubungan antara beban manual handling
berdasarkan beban efektif untuk laki-laki dan wanita dengan keluhan nyeri
punggung bawah disemua tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.
3.
Tidak
ada hubungan antara posture rating
(skor) manual handling terhadap jenis
sikap tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua
tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.
4.
Ada
hubungan antara kondisi kerja manual
handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tahapan penggalian bahan
mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen, sedangkan pada tahapan
pengolahan bahan mentah, pembentukan dan pengeringan, tidak ada hubungan antara
kondisi kerja manual handling dengan
keluhan nyeri punggung bawah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.
Saran
1.
Bagi Pembuat Batu-Bata
a.
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah
terkait waktu manual handling
berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) pengangkatan atau operasi
pemindahan yang dapat dilakukan :
1)
Tahapan
penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan
sehingga saat mengangkat beban bahan mentah tanah liat dengan frekuensi yang
banyak tidak begitu berat, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi
pemindahan.
2)
Pada
tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang
terbuat dari bahan yang ringan, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau
operasi pemindahan.
3)
Pada
tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk
wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban
yang dibawa tidak terlalu berat walaupun dengan frekuensi pengangkatan atau
operasi pemindahan yang banyak.
4)
Pada
tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu
seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju
tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat
dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing
responden, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan
b.
Untuk
beban kerja manual handling di semua tahapan pembuatan batu-bata bagi pembuat
batu-bata baik laki-laki maupun wanita disarankan untuk menggunakan tenaga
seefisien mungkin dalam bekerja, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, dan bila perlu gunakan alat bantu dalam bekerja dengan beban
berat.
c.
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait postur dan sikap tubuh manual handling yang dapat dilakukan :
1)
Tahapan
penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap
tubuh yang benar saat menggali tanah liat dengan menggunakan cangkul
2)
Tahapan
pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap
tubuh yang benar saat mencangkul tanah
3)
Tahapan
pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap
tubuh yang benar saat pembentukan batu-bata seperti saat jongkok dan mengangkat
beban.
4)
Tahapan
pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan
memperhatikan postur dan sikap tubuh membungkuk, berdiri dan mengangkat
beban yang benar.
d.
Upaya
pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait kondisi kerja manual handling yang dapat dilakukan :
1)
Tahapan
penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena
lantai tidak rata, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak
terpeleset maupun jatuh.
2)
Tahapan
pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena
lantai licin, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak
terpeleset maupun jatuh
e.
Pembuat
batu-bata lebih memperhatikan waktu istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8
jam kerja/hari
f.
Bila
merasakan nyeri punggung bawah yang sudah tidak tertahan lagi segera datang ke
pelayanan kesehatan terdekat sehingga dapat ditangani lebih lanjut
2.
Bagi
Peneliti Lain
Perlunya dilakukan penelitian yang sejenis dengan
meneliti variabel yang lain seperti status gizi, kebiasaan merokok, aktivitas
fisik dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F.
(2015). Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J Majority, 4,
12–19.
Astuti, R. D. (2007). Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan
Beban Angkat Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik.
Enrico, M.
(2016). Hubungan Antar Umur, Lama Kerja, dan Getaran dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Supir Bus Trayek Bitung-Manado di Terminal Tangkoko Bitung
Tahun 2016, 5(1), 297–302.
Mayrika.
(2009). Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah
pada Penjual Jamu Gendong, 4(1), 61–67.
Nurhayuning,
R., & Paskarini, I. (2015). Hubungan Posisi Kerja dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Unit Pengelasan PT . X BekasI. The Indonesian Journal
of Occupational Safety and Health, 4(1), 33–42.
Nurwahyuni.
(2012). Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Bongkar Muat Barang Pelabuahan Nusantara Kota Pare-Pare Tahun 2012.
Nurzannah. (2015).
Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015.
Rahayu, W.
A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada
Pekerja Angkat-Angkut Industri Pemecahan Batu di Kecamatan Karangnongko
Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2).
Rinaldi, E.
(2015). Hubungan Posisi Kerja Pada Pekerja Industri Batu Bata dengan Kejadian Low Back Pain. JOM, 2(2),
1–10. http://doi.org/10.1002/bies.201400125
Sakinah.
(2012). Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Batu Bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap, 1–10.
Samara, D.
(2005). Duduk Statis Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Perempuan. Universa Medicina, 24(2), 73–79.
Santiasih,
I. (2013). Kajian Manual Material
Handling Terhadap Kejadian Low Back Pain pada Pekerja Tekstil, VIII(1),
21–26.
Saputro, A.
W. (2016). Hubungan Risiko Pekerjaan Manual Handling dengan Keluhan Low Back
Pain pada Pekerja Bagian Penuangan Cor Logam di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper
Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Simanjuntak,
R. A. (2011). Penilaian Resiko Manual
Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban
Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load, 81–87.
Tarwaka.
(2015). Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja.
Solo: Harapan Press Solo.