Sunday, October 24, 2021

 

FAKTOR RISIKO MANUAL HANDLING DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH  PADA PEMBUAT BATU-BATA

DI DUSUN ASRI, SRIMULYO, GONDANG, SRAGEN

 

Dr. Heru Subaris Kasjono, Yamtana, Dian Intan Pandini,

* Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Tatabumi No 3, Banyuraden,

Gamping, Sleman, Yogyakarta, Telp/Fax (0274) 617601

Email: dian.intann14@gmail.com

 

Abstract

 

During done manual work handling for objects work hard , it will can cause risk of injury or cause musculosketal systems.  Risk assessment manual work handling with the methods indicators key-Leitmerkmalmethode (LMM) intended to know the relationship between time, burden, attitudes of the body, and  working conditions manual handling with complaints of the lower back pain at all stages making bricks perceived maker bricks. The kind of research used is survey such data is cross sectional. The data  taken by  lower back pain questionnaire assisted examination physically by nurses and checklist kunci-lmm .Analysis relations use the spearman. The results of research acquired at variable time manual handling based frequency raised or operation the transfer of on stage excavation raw materials , the formation and drying bricks there are relations with complaints of  low back pain with p value each are 0,039, 0,047, 0,038 while on the variables of working conditions manual handling in stage excavation raw materials obtained p value of 0,028 with so it can be said there was a correlation between working conditions manual handling with complaints low back pain. A variable load manual handling and attitudes of the body manual handling not relate in significant to lower back pain  all stages making bricks. Conclusion researchers that the variable time manual handling relate in significant with complaints lower back pain in stage excavation raw materials, the formation and drying bricks, while the phase processing raw materials that there was no correlation, in a variable load manual handling and attitudes of the body manual handling all these stage there was no correlation with complaints lower back pain, while variable working conditions manual handling only in stage excavation the raw materials there are relations with complaints lower back pain in the third stage other there was no correlation.

Keywords : Manual Handling, Low Back Pain, Bricks

 

Intisari

Pekerjaan manual handling untuk obyek kerja yang berat, dapat menyebabkan risiko cedera atau menyebabkan keluhan sistim musculosketal. Penilaian risiko pekerjaan manual handling dengan metode Indikator Kunci-LeitmerkMalMethode (LMM) dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara waktu, beban, sikap tubuh,dan  kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada semua tahapan pembuatan batu-bata yang dirasakan pembuat batu-bata. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei, dengan pengambilan data secara cross sectional. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner nyeri punggung bawah dibantu pemeriksaan fisik oleh perawat, dan checklist Kunci-LMM. Analisis hubungan antar variabel menggunakan Spearman. Hasil penelitian yang didapat pada variabel waktu manual handling didasarkan frekuensi mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai p value masing yaitu 0,039, 0,047, 0,038 sedangkan pada variabel kondisi kerja manual handling di tahapan penggalian bahan mentah didapat nilai p value sebesar 0,028 dengan begitu dapat dikatakan ada hubungan anatar kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah. Variabel beban kerja manual handling dan sikap tubuh manual handling tidak berhubungan secara signifikan terhadap nyeri punggung bawah di semua tahapan pembuatan batu-bata. Kesimpulan peneliti bahwa variabel waktu manual handling berhubungan secara signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah di tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata, sedangkan dalam tahapan pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan, pada variabel beban manual handling dan sikap tubuh manual handling disemua tahapan tidak terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah, sedangkan variabel kondisi kerja manual handling hanya di tahapan penggalian bahan mentah yang terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah diketiga tahapan lain tidak terdapat hubungan.

 

Kata Kucii : Manual Handling, Nyeri Punggung Bawah, Batu-Bata


 

Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis teknologi tinggi. Disisi lain, ternyata diberbagai industri juga masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang benar (Simanjuntak, 2011). Manual handling didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, mambawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan perngerahan seluruh badan (Tarwaka, 2015)

Lebih seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Meskipun kecelakaan kerja yang bersifat fatal akibat pekerjaan manual handling jarang terjadi, tetapi banyak sekali cedera yang terjadi berupa terkilir/kesleo atau ketegangan otot, terutama pada bagian otot pinggang dan punggung. Selama dilakukan pekerjaan manual handling untuk obyek kerja yang berat, maka akan dapat menyebabkan risiko cedera atau menyebabkan gangguan sistem muskuloskeletal, khususnya pada pinggang. Untuk menilai risiko tersebut, di Jerman telah dikembangkan “Metode Indikator Kunci-LMM”. Metode ini memperhitungkan empat faktor atau parameter stres fisik yang terjadi selama pekerjaan manual handling, yaitu : waktu (time), beban atau massa (load/mass), sikap tubuh (body posture), kondisi selama kerja (condition of performing work) (Tarwaka, 2015)

Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah  nyeri  yang dirasakan  pada  daerah  punggung  bawah,  dapat berupa  nyeri  lokal  maupun  nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri  ini  terasa  diantara  sudut  iga terbawah  sampai  lipat  bokong  bawah  yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan  sering disertai  dengan  penjalaran  nyeri  kearah  tungkai dan kaki. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan efek umum dari Manual Material  Handling (MMH). Pekerja  berusaha untuk  mempertahankan  kecepatan  dan  beban yang  diangkat,  sehingga  tubuh  semakin lama semakin  lelah.  Penelitian  lain  juga  mengatakan bahwa  dalam  mengangkat  beban yang  tidak terlalu berat tapi terjadi dalam waktu yang lama tanpa  istirahat  akan  cepat  menurunkan kemampuan  pekerja  dalam  mengangkat  beban dan  cenderung  mudah  lelah (Rinaldi, 2015).

Menurut Luopajarvi (1990) dalam (Astuti, 2007) beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan perulangan gerakan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh merupakan keadaan yang memperburuk penyakit NPB. Faktor-faktor risiko lain yang turut mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), jenis pekerjaan, dan masa kerja (Samara, 2005).

Berdasarkan pengamatan peneliti aktifitas pekerja industri batu-bata yang dilakukan secara manual dapat menjadi faktor risiko terjadinya Nyeri Punggung Bawah (NPB). Hal  ini  dikarenakan beberapa  tahapan  proses  pekerjaan terdiri dari mencangkul tanah, memasukkan tanah ke dalam  gerobak sorong, mencetak batu bata dengan alat cetak,  mengangkat  batu  bata  dengan  gerobak sorong serta menyusun batu-bata yang akan dibakar serta  mengangkat  kedalam  mobil pengangkut.  Kegiatan  yang  dilakukan  dengan berulang-ulang, membungkuk dan memutar serta beban  yang  diangkat  berlebihan tersebut membuat para pekerja berisiko mengalami Nyeri Punggung Bawah (NPB). Namun, pada tahapan pembakaran tidak dilakukan penelitian mengingat tahapan pembakaran hanya dilakukan oleh pembuat batu-bata sebulan sekali.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 26 Januari 2017 di home industry batu-bata di Dusun Asri Desa Srimulyo Gondang Sragen, dengan jumlah responden 10 orang menggunakan kuesioner gejala nyeri punggung bawah, sebanyak 30% pekerja mengeluh nyeri punggung bawah. Kebanyakan responden merasakan panas, kaku, nyeri tertusuk-tusuk pada bagian punggung bawah. Jika nyeri punggung bawah ini diabaikan maka akan berdampak pada menurunnya produktivitas para pembuat batu-bata.

 

METODA

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan rancanagan penelitian Cross Sectional  yaitu suatu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel sebab dan akibat yang terjadi pada subjek penelitian. Data diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dengan metode pengisian kuesioner dan check list. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2017 pada 39 pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen yang diambil dengan menggunakan Sampilng Acak Sederhana (Simple Random Sampling.

Variabel bebas yang diteliti adalah waktu manual handling, beban manual handling, sikap tubuh manual handling dan kondisi kerja manual handling. Adapun sebagai variabel terikat yaitu nyeri punggung bawah.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi: Alat tulis, Kuesioner, dan Check List. Setiap responden diberikan kuesioner nyeri punggung bawah, selanjutnya responden menjawab setiap pertanyaan yang terdapat didalam kuesioner dengan kuesioner diisi sendiri oleh responden yang didampingi oleh peneliti, namun apabila terdapat responden yang tidak dapat mengisi maka akan dibantu peneliti. Untuk mengetahui waktu manual handling, beban manual handling, sikap tubuh manual handling dan kondisi kerja manual handling.  dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan Check List.

 

 

 

 

HASIL

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 12-20 Mei 2017 terhadap 39 responden. Karakteristik responden diperoleh hasil sebagai berikut :

a.    Jenis Kelamin

Jumlah pembuat batu-bata berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut

Tabel 1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pembuat Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017

No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase (%)

1

Laki-laki

19

48,7

2

Perempuan

20

51,3

Jumlah total

39

100

Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki, dengan jumlah perempuan sebanyak 20 orang dan laki-laki sebanyak 19 orang.

 

b.    Usia

Jumlah pembuat batu-bata berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut

Tabel 2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pembuat Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017

No

Usia (tahun)

Jumlah

Persentase (%)

1

Dewasa (21-40)

15

38,4

2

Tua (41- >60)

24

61,6

Jumlah total

39

100

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa responden usia tua (41- >60) memiliki proporsi yang terbanyak yaitu sebanyak 61,6%.

 

c.    Masa Kerja

Tabel 3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Pembuat Batu-Bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen Tahun 2017

No

Masa Kerja (tahun)

Jumlah

Persentase (%)

1

< 15

15

38,4

2

≥ 15

24

61,6

Jumlah total

39

100

Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dijelaskan bahwa responden dengan masa kerja ≥ 15 tahun memiliki proporsi yang terbanyak yaitu sebanyak 61,6%.

Hasil Penelitian Berdasarkan Waktu Manual Handling Pembuat Batu-Bata Pertahapan Pembuatan

 

Tabel 4.

Mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik)

Tahapan Pembentukan Batu-Bata

Median &

Modus

Mean

Tahapan Pengeringan Batu-Bata

Median &

Modus

Mean

Kategori

Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja)

F

%

F

%

1

(<10)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(10- <40)

6

15,4

 

 

-

-

 

 

4

(40- <200)

27

69,2

4

 

10

25,6

 

 

6

(200- <500)

3

7,7

 

142

28

71,8

6

374

8

(500- <1000)

2

5,1

 

 

1

2,6

 

 

10

(1000)

1

2,6

 

 

-

-

 

 

 

Jumlah

39

100

 

 

39

100

 

 

Distribusi Frekuensi Waktu Manual Handling Berdasarkan Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja) Mengangkat atau Operasi Pemindahan (<5 detik)  Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

 

Mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik)

Tahapan Penggalian Bahan Mentah

Median &

Modus

Mean

Tahapan Pengolahan Bahan Mentah

Median &

Modus

Mean

Kategori

Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja)

F

%

F

%

1

(<10)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(10- <40)

5

12,9

 

 

1

2,6

 

 

4

(40- <200)

9

23

 

 

18

46,1

Mod = 4

 

6

(200- <500)

21

53,8

6

275

15

38,5

Med = 6

325

8

(500- <1000)

4

10,3

 

 

5

12,8

 

 

10

(1000)

-

-

 

 

-

-

 

 

 

Jumlah

39

100

 

 

39

100

 

 

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 39 responden, untuk kategori waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan  pada tahapan penggalian bahan mentah yang paling banyak adalah dengan frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja sebanyak 21 responden (53,8%). Untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak adalah dengan frekuensi 40- <200 / 1 hari kerja sebanyak 18 responden (46,1%). Nilai median dari kategori waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah yaitu 6 dan nilai modus yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah adalah 275/ 1 hari kerja. Pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai median yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja dan nilai modus yaitu 4 atau rekuensi 40- <200 / 1 hari kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan pengolahan bahan mentah adalah 325/ 1 hari kerja.

Tabel 5.

Distribusi Frekuensi Waktu Manual Handling Berdasarkan Frekuensi (Jumlah/ 1 hari kerja) Mengangkat atau Operasi Pemindahan (<5 detik)  Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 39 responden, untuk kategori waktu manual handling pada tahapan pembentukan batu-bata yang paling banyak adalah dengan frekuensi 40- <200 / 1 hari kerja sebanyak 27 responden (69,2%), serta pada tahapan pengeringan batu-bata yang paling banyak adalah dengan frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja sebanyak 28 responden (71,8%). Nilai median dan modus dari kategori waktu manual handling pada tahapan pembentukan batu-bata yaitu 4 atau frekuensi 40- <200 / 1 hari kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling pada tahapan pembentukan batu-bata adalah 142/ 1 hari kerja. Pada tahapan pengeringan batu-bata nilai median dan modusnya yaitu 6 atau frekuensi 200- <500 / 1 hari kerja, sedangkan rata-rata atau nilai mean waktu manual handling pada tahapan pengeringan batu-bata adalah 374/ 1 hari kerja.

Hasil Penelitian Berdasarkan Beban Manual Handling Untuk Laki-Laki Dan Wanita Pembuat Batu-Bata Pertahapan

a. Untuk Laki-laki

Tabel 6.

Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan Beban Efektif Untuk Laki-Laki Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Beban Kerja

Tahapan Penggalian Bahan Mentah

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Tahapan Pengolahan Bahan Mentah

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Kategori

Beban Kerja Untuk Laki-Laki (Kg)

F

%

F

%

1

(<10)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(10- <20)

-

-

 

 

-

-

 

 

4

(20- <30)

-

-

 

 

-

-

 

 

7

(30- <40)

-

-

 

 

-

-

 

 

25

(≥40)

19

100

Me=832

Mo=512

1.024,84

19

100

Me=800

Mo=736

884,21

 

Jumlah

19

100

 

 

39

100

 

 

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa untuk kategori beban kerja untuk laki-laki pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah dari semua responden laki-laki (100%), beban efektif yang dibawa ≥40 kg. Nilai median yang didapat yaitu 832 kg pada tahapan penggalian dan 800 kg pada tahapan pengolahan, nilai modus yang didapatkan yaitu 512 kg pada tahapan penggalian dan 736 pada tahapan pengolahan sehingga masuk dalam kategori 25 atau beban efektif yang dibawa ≥40 kg, sedangkan rata-rata atau nilai mean beban manual handling pada laki-laki pada tahapan penggalian bahan mentah adalah 1.024,84 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai meannya adalah 884,21 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden laki-laki pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah memiliki beban yang melebihi batas yaitu ≥40 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah. Akibat dari beban yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat  mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat  kerja, misalnya nyeri punggung bawah.

Tabel 7.

Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan Beban Efektif Untuk Laki-Laki Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan

Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Beban Kerja

Tahapan Pembentukan Batu-Bata

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Tahapan Pengeringan Batu-Bata

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Kategori

Beban Kerja Untuk Laki-Laki (Kg)

F

%

F

%

1

(<10)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(10- <20)

-

-

 

 

-

-

 

 

4

(20- <30)

-

-

 

 

-

-

 

 

7

(30- <40)

-

-

 

 

-

-

 

 

25

(≥40)

19

100

Me=1.500 Mo=1.000

1.518,42

19

100

Me=400

Mo=500

410,53

 

Jumlah

19

100

 

 

39

100

 

 

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa untuk kategori beban kerja untuk laki-laki pada tahapan pembentukan dan pengeringan dari semua responden laki-laki (100%), beban efektif yang dibawa ≥40 kg. Nilai median yang didapat yaitu 1.500 kg pada tahapan pembentukan dan 400 kg pada tahapan pengeringan, nilai modus yang didapatkan yaitu 1.000 kg pada tahapan pembentukan dan 500 kg pada tahapan pengeringan sehingga masuk dalam kategori 25 atau beban efektif yang dibawa ≥40 kg, sedangkan rata-rata atau nilai mean beban manual handling pada laki-laki pada tahapan pembentukan adalah 1.518,42 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengeringan adalah 410,53 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden laki-laki pada tahapan pembentukan dan pengeringan batu-bata memiliki beban yang melebihi batas yaitu ≥40 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.

 

b. Untuk Wanita

Tabel 8.

Beban Kerja

Tahapan Pembentukan Batu-Bata

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Tahapan Pengeringan Batu-Bata

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Kategori

Beban Kerja Untuk Laki-Laki (Kg)

F

%

F

%

1

(<5)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(5- <10)

-

-

 

 

-

-

 

 

4

(10- <15)

-

-

 

 

-

-

 

 

7

(16- ≤25)

20

100

Me=1.400 Mo=1.500

1.300

20

100

Me=300 Mo=200

340

 

Jumlah

20

100

 

 

20

100

 

 

Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan Beban Efektif Untuk Wanita Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Beban Kerja

Tahapan Penggalian Bahan Mentah

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Tahapan Pengolahan Bahan Mentah

Median &

Modus (Kg)

Mean (Kg)

Kategori

Beban Kerja Untuk Wanita (Kg)

F

%

F

%

1

(<5)

-

-

 

 

-

-

 

 

2

(5- <10)

-

-

 

 

-

-

 

 

4

(10- <15)

-

-

 

 

-

-

 

 

7

(16- ≥25)

20

100

Me=800 Mo=800

835,60

20

100

Me=400 Mo=400

479,60

 

Jumlah

20

100

 

 

20

100

 

 

Berdasarkan  hasil Tabel 8 dapat diketahui bahwa dari semua responden wanita (100%), beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah. Nilai median yang didapat yaitu 800 kg pada tahapan penggalian dan 400 kg pada tahapan pengolahan, nilai modus yang didapatkan yaitu 800 kg pada tahapan penggalian dan 400 kg pada tahapan pengolahan sehingga masuk dalam kategori 7 atau beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg, sedangkan rata-rata atau nilai mean beban manual handling pada wanita pada tahapan penggalian bahan mentah adalah 835,60 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai meannya adalah 479,60 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden wanita pada tahapan penggalian dan pengolahan bahan mentah memiliki beban yang melebihi batas yaitu 16- ≥25 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.

 

Tabel 9.

Distribusi Frekuensi Beban Manual Handling Berdasarkan Beban Efektif Untuk Wanita Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Berdasarkan  hasil Tabel 9 dapat diketahui bahwa dari semua responden wanita (100%), beban efektif yang dibawa 16- ≤25 kg pada tahapan pembentukan dan pengeringan batu-bata. Nilai median yang didapat yaitu 1.400 kg pada tahapan pembentukan dan 300 kg pada tahapan pengeringan, nilai modus yang didapatkan yaitu 1.500 kg pada tahapan pembentukan dan 200 kg pada tahapan pengolahan sehingga masuk dalam kategori 7 atau beban efektif yang dibawa 16- ≥25 kg, sedangkan rata-rata atau nilai mean beban manual handling pada wanita pada tahapan pembentukan adalah 1.300 kg/ 1 hari kerja dan pada tahapan pengeringan nilai meannya adalah 340 kg/ 1 hari kerja. Hal ini berarti seluruh responden wanita pada tahapan pembentukan dan pengeringan memiliki beban yang melebihi batas yaitu 16- ≥25 kg/ 1 hari kerja, dan frekuensi mengangkat beban yang berulangkali memberikan pembebanan yang berlebih kepada responden saat bekerja, kedua hal tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah.

 

 

Tahapan Pembentukan Batu-Bata

Median &

Modus

Tahapan Pengeringan Batu-Bata

Median &

Modus

Posture Rating (Skor)

F

%

F

%

1

-

-

 

2

5,1

 

2

-

-

 

9

23,1

 

3

34

87,2

3

8

20,5

 

4

5

12,8

 

20

51,3

4

Jumlah

39

100

 

39

100

 

Hasil Penelitian Berdasarkan Posture Rating Manual Handling Berdasarkan Jenis Sikap Tubuh Dan Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata Pertahapan

Tabel 10.

Distribusi Frekuensi  Posture Rating (Skor) Manual Handling Terhadap Jenis Sikap Tubuh dan Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

 

Tahapan Penggalian Bahan Mentah

Median &

Modus

Tahapan Pengolahan Bahan Mentah

Median &

Modus

Posture Rating (Skor)

F

%

F

%

1

1

2,6

 

1

2,6

 

2

23

59

2

7

18

 

3

15

38,4

 

31

79,4

3

4

-

-

 

-

-

 

Jumlah

39

100

 

39

100

 

Berdasarkan Tabel 10 didapatkan bahwa dari 39 responden untuk kategori posture rating manual handling terhadap jenis sikap tubuh dan postur tubuh pada tahapan penggalian bahan mentah yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh sedikit membungkuk ke depan atau sedikit memutirkan badan dalam melakukan pekerjaan sebanyak 23 responden (59%), untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan sebanyak 31 responden (79,4%). Nilai median dan modus pada tahapan penggalian bahan mentah yaitu 2 atau sikap tubuh dan postur tubuh sedikit membungkuk ke depan atau sedikit memutirkan badan dalam melakukan pekerjaan, sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai median dan modusnya yaitu 3 atau sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan.

 

Tabel 11.

Distribusi Frekuensi  Posture Rating (Skor) Manual Handling Terhadap Jenis Sikap Tubuh dan Postur Tubuh Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

Berdasarkan Tabel 11 didapatkan bahwa pada tahapan pembentukan batu-bata yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan sebanyak 34 responden (87,2%). Serta pada tahapan pengeringan batu-bata yang paling banyak adalah dengan sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk jauh ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan, stabilitas tubuh terbatas saat berdiri, jongkok dan atau berlutut dalam melakukan pekerjaan sebanyak 20 responden (51,3%). Nilai median dan modus pada pembentukan batu-bata yaitu 3 atau sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk sampai bawah atau membungkuk ke depan cukup jauh, sedikit membungkuk ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan dalam melakukan pekerjaan, sedangkan pada tahapan pengeringan batu-bata nilai median dan modusnya yaitu 4 atau sikap tubuh dan postur tubuh membungkuk jauh ke depan dengan memuntirkan badan secara simultan, stabilitas tubuh terbatas saat berdiri, jongkok dan atau berlutut dalam melakukan pekerjaan.

 

Hasil Penelitian Berdasarkan Kondisi Kerja Manual Handling Pembuat Batu-Bata Pertahapan

Tabel 12.

 Distribusi Frekuensi  Rating (Skor) Kondisi Kerja Manual Handling Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Penggalian dan Pengolahan Bahan Mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

 

Tahapan Penggalian Bahan Mentah

Median &

Modus

Tahapan Pengolahan Bahan Mentah

Median &

Modus

Rating (Skor) Kondisi Kerja

F

%

F

%

0

5

12,8

 

3

7,7

 

1

23

59

1

22

56,4

1

2

11

28,2

 

14

35,9

 

Jumlah

39

100

 

39

100

 

Berdasarkan hasil Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 39 responden untuk kategori kondisi kerja manual handling pada tahapan penggalian bahan mentah yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di kondisi yang ruang untuk bergerak dan keadaan lantai tidak rata sebanyak 23 responden (59%). Untuk tahapan pengolahan bahan mentah yang paling banyak adalah %) melakukan pekerjaan di kondisi yang terbatas ruang untuk bergerak dan keadaan lantai tidak rata sebanyak 22 responden (56,4%). Nilai median dan modus dikedua tahapan yaitu 1 atau melakukan pekerjaan di kondisi yang ruang untuk bergerak dan keadaan lantai tidak rata.

 

Tabel 13.

 Distribusi Frekuensi  Rating (Skor) Kondisi Kerja Manual Handling Pembuat Batu-Bata pada Tahapan Pembentukan dan Pengeringan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen

 

Tahapan Pembentukan Batu-Bata

Median &

Modus

Tahapan Pengeringan Batu-Bata

Median &

Modus

Rating (Skor) Kondisi Kerja

F

%

F

%

0

33

84,6

0

30

76,9

0

1

6

15,4

 

4

10,2

 

2

-

-

 

5

12,8

 

Jumlah

39

100

 

39

100

 

Berdasarkan hasil Tabel 13 pada tahapan pembentukan batu-bata yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi ergonomi yang baik, tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan bagus sebanyak 33 responden (84,6%). Serta pada tahapan pengeringan batu-bata yang paling banyak adalah melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi ergonomi yang baik, tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan bagus sebanyak 30 responden (76,9%). Nilai median dan modus dikedua tahapan tersebuta yaitu 0 atau melakukan pekerjaan di kondisi yang kondisi ergonomi yang baik, tidak ada yang menghalangi beban kerja dan pencahayaan bagus.

 

Hasil Penelitian Berdasarkan Keluhan Subjektif Nyeri Punggung Bawah

 

Tabel 14.

Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Subjektif Nyeri Punggung Bawah

 

No

Nyeri Punggung Bawah

Frekuensi

Persen (%)

1

Akut (0-10)

26

66,7

2

Kronis (11-20)

13

33,3

Jumlah

39

100

Berdasarkan hasil Tabel 23 dapat diketahui bahwa dari 39 responden yang diperoleh terdapat 26 orang (66,7%) yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah akut sedangkan 13 orang (33,3%) lainnya mengalami keluhan nyeri punggung bawah kronis.

 

Hasil Analisis Data

Data waktu, beban, sikap tubuhdan kondisi kerja manual handling  dan  keluhan nyeri punggung bawah dilakukan uji statistik dengan program SPSS versi 16.0. Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas dan terikat di uji dengan uji Korelasi Spearman Rank.

 

 

1.    Hubungan antara waktu manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah

Hasil penelitian yang didapat pada variabel waktu manual handling didasarkan frekuensi mengangkat atau operasi pemindahan pada tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata terdapat hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai p value masing-masing yaitu 0,039, 0,047, 0,038, sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan dengan nilai p value 0,545.

2.    Hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif  dengan keluhan nyeri punggung bawah

Tidak ada hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif untuk laki-laki dan wanita dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.

3.    Hubungan antara sikap tubuh manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah

Tidak ada hubungan antara posture rating (skor) manual handling terhadap jenis sikap tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen dengan nilai p value masing-masing pada tahapan penggalian bahan mentah 0,892 pengolohan bahan mentah 0,952 pembentukan batu-bata 0,095 dan pengeringan batu-bata 0,656.

4.    Hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah

Ada hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tahapan penggalian bahan mentahdengan nilai p value 0,028, sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah, pembentukan dan pengeringan, tidak ada hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen dengan nilai p value masing-masing 0,842, 1,000, 0,953.

 

Pembahasan

1.    Hubungan antara waktu manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada semua tahapan pembuatan batu-bata

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada 3 tahapan pembuatan batu-bata yaitu tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan batu-bata dan pengeringan batu-bata didapatkan adanya hubungan antara waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik)  dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen karena hasil penelitian menunjukkan p value pada tahapan penggalian bahan mentah sebesar 0,039 (≤0,05). Pada tahapan pembentukan batu-bata hasil penelitian menunjukkan p value sebesar 0,047 (≤0,05) yang berarti nilai, dan pada tahapan pengeringan batu-bata hasil penelitian menunjukkan p value sebesar 0,038 (≤0,05).

Sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah hasil penelitian p value sebesar 0,545 (>0,05) sehingga tidak ada hubungan antara waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik)  dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.

Hal ini diperkuat dengan penelitian (Santiasih, 2013) yang menyatakan bahwa indek pengangkatan berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja tekstil. Kegiatan mengangkat atau operasi pemindahan dalam pembuatan batu-bata termasuk kedalam gerakan berulang, dapat dikatakan seperti itu karena dalam sekali tahapan terdapat gerakan yang dilakukan berulangkali, misal di tahapan penggalian bahan mentah, gerakan menggali tanah dengan menggunakan cangkul dilakukan berungkali sampai terpenuhnya kapasitas tanah yang akan dibuat untuk pengolahan bahan mentah.

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang  sama terlampau  sering  akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon.  Ketegangan  otot  tendon  dapat dipulihkan  apabila  ada  jeda  waktu istirahat  yang  digunakan  untuk peregangan  otot.  Dampak  gerakan berulang  akan  meningkat  bila  gerakan tersebut  dilakukan  dengan  postur janggal  dengan  beban yang berat  dalam waktu  yang  lama.  Frekuensi  terjadinya sikap  tubuh  terkait  dengan  berapa  kali repetitive  motion  dalam  melakukan pekerjaan.  Keluhan  otot  terjadi  karena otot  menerima  tekanan  akibat  beban terus  menerus  tanpa  memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Bridger dalam Andini, 2015).

Menurut (Mayrika dalam Saputro, 2016) pekerja yang mengangkat dan membawa beban setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami penekanan sehingga lama kelamaan sikap tubuhnya akan berubah. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban, cara bekerja didalam waktu yang lama dengan sikap yang salah (tidak ergonomi), dapat menyebabkan low back pain kronis.

Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah  terkait waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) pengangkatan atau operasi pemindahan yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan sehingga saat mengangkat beban bahan mentah tanah liat dengan frekuensi yang banyak tidak begitu berat, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang terbuat dari bahan yang ringan, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat walaupun dengan frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan yang banyak. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing responden.

 

2.    Hubungan antara beban manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah

a.    Untuk Laki-Laki

Berdasarkan hasil penelitian pada semua tahapan pembuatan batu-bata didapatkan tidak adanya hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif untuk laki-laki dengan keluhan nyeri punggung bawah. Hal ini dikarenakan hasil penelitian p value disemua tahapan pembuatan batu-bata tidak terbaca. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Nurzannah, 2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah, namun pada penelitian ini lebih spesifik pada beban kerja manual handling dan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata. Hal ini dapat disebabkan karena semua responden laki-laki pada semua tahapan pembuatan batu-bata memiliki beban kerja yang melebihi ≥40 kg yang mana sesuai dengan checklist menurut (Tarwaka, 2015) sehingga tidak terdapat variasi dalam penelitian ini.

Beban kerja merupakan ukuran suatu barang yang akan  diangkat  oleh  para  pembuat batu-bata disemua tahapan pembuatan batu-bata dan dinyatakan  dalam  kg.  Berat  beban  yang  diangkat  harus  mampu  disesuaikan dengan  kondisi  fisik  dan  kemampuan  tubuh  seseorang.  Beratnya beban yang diangkat oleh tenaga kerja yang  semuanya  ≥40 Kg untuk sekali angkat memberikan  pembebanan  yang  berlebih. Jika beban yang diangkat tidak mampu ditopang oleh tubuh, maka dapat menyebabkan terjadinya cedera misalnya saja pada tulang belakang  yang mengalami nyeri baik itu punggung belakang, bahu maupun punggung bagian  atas. Akibat dari beban yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang  terlalu  lemah  dapat  mengakibatkan  seorang  pekerja  menderita  gangguan  atau  penyakit akibat  kerja.  Menurut  Peraturan  Menteri  Tenaga  Kerja,  Transmigrasi  dan  Koperasi  No Per.01/MEN 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa berat beban maksimal untuk tenaga kerja pria dewasa yang sekali-kali mengangkat adalah 40 kg (Nurwahyuni, 2012).

Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait beban manual handling untuk laki-laki yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang terbuat dari bahan yang ringan, serta diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing responden.

b.    Untuk Wanita

Berdasarkan hasil penelitian pada semua tahapan pembuatan batu-bata didapatkan tidak adanya hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif untuk wanita dengan keluhan nyeri punggung bawah. Hal ini dikarenakan hasil penelitian p value disemua tahapan pembuatan batu-bata tidak terbaca. Hal ini dapat disebabkan karena semua responden wanita pada semua tahapan pembuatan batu-bata memiliki beban kerja yang melibihi ≥25 kg sehingga tidak terdapat variasi dalam penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian (Mayrika, 2009) bahwa beban kerja tidak berhubungan dengan nyeri punggung bawah.

Hasil penelitian menunjukkan 100% pembuat batu-bata wanita mengangkat beban yang beratnya lebih dari 25 kilogram. Semakin berat beban yang diangkat, tulang belakang akan bekerja semakin keras untuk menahan beban tersebut. Pembebanan berlebihan pada tulang belakang mengakibatkan tulang belakang menjadi rusak sampai terjadi Hernia Nukleus Pulposus yang merupakan salah satu faktor terjadinya nyeri punggung bawah. Oleh karena itu, semakin berat beban yang diangkat, maka kemungkinan terpapar nyeri punggung bawah juga semakin besar (Nurmianto dalam Pratiwi, 2009).

Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait beban manual handling untuk wanita yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang terbuat dari bahan yang ringan, serta diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing responden.

3.    Hubungan antara sikap tubuh manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dari 39 responden pembuat batu-bata pada semua tahapan pembuatan batu-bata, didapatkan tidak adanya hubungan antara posture rating (skor) manual handling terhadap jenis sikap tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah dikarenakan hasil nilai p value disemua tahapan pembuatan batu-bata melebihi atau lebih besar dari 0,05. Di tahapan penggalian bahan mentah nilai p value sebesar 0,892, pada tahapan pengolahan bahan mentah nilai p value sebesar 0,952, pada tahapan pembentukan batu-bata nilai p value sebesar 0,095, pada tahapan pengeringan batu-bata nilai p value sebesar 0,656. Hasil  uji  statistik  antar  variabel  di  atas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keluhan nyeri punggung bawah pada pembuat batu-bata di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen  dengan postur tubuh dan sikap  kerja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Sakinah, 2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap tubuh dengan  keluhan nyeri  punggung  bawah pada pekerja batu bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap. Hal  tersebut  menunjukkan bahwa sikap kerja tenaga kerja pada saat melakukan pekerjaan manual handling disemua tahapan pembuatan batu-bata sudah termasuk kategori yang benar. Masa kerja yang rata-rata > 5 tahun memberikan mereka pengalaman untuk menciptakan cara melakukan pekerjaan manual handling secara alamiah yang membuat mereka bisa lebih nyaman dan tidak menimbulkan masalah bagi mereka.

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Pekerja  batu-bata  banyak  bekerja dengan  posisi  berdiri dan membungkuk sehingga dapat memperburuk keadaan otot-  otot disekitar punggung dan kaki. Menurut (Suma’mur dalam Rinaldi, 2015) posisi  kerja  yang  baik  adalah bergantian  antara  posisi  duduk  dan  posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk.

Posisi kerja yang statis juga merupakan penyebab nyeri punggung bawah. Sikap kerja yang  statis  dalam  jangka  waktu  yang  lama  lebih  cepat  menimbulkan  keluhan  pada  sistem musculoskeletal.  Apabila  hal  ini  dibiarkan  terus-menerus  dan  tidak  memperhatikan  faktor-faktor ergonomi akan lebih mudah menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Sakinah, 2012).

Nyeri punggung bawah disebabkan adanya penekanan pada susunan saraf tepi didaerah pinggang  atau  dengan  kata  lain  sarafnya berada  pada  posisi  terjepit,  sehingga  otot mengalami  spasme.  Spasme  yang  terjadi karena  gerakan  pinggang  yang  terlalu mendadak  atau  berlebihan  melampaui kekuatan  otot  tersebut.Saat  mengangkat beban berat dan dalam frekuensi yang lama otot  disekitar  lumbosakral  memberikan beban  yang  berat  sehingga  jika  sudah melampaui  dari  kekuatan  otot  inilah  yang menyebabkan  nyeri  (Smeltzer  &  Bare dalam Rinaldi, 2015). Hal tersebut dapat terjadi karena postur tubuh yang tidak  ergonomis. Kegiatan berulang merupakan salah satu penyebab terjadinya  keluhan musculoskeletal. Postur dan sikap tubuh merupakan salah satu  faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja (Nurhayuning & Paskarini, 2015).

Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait postur dan sikap tubuh manual handling yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap tubuh yang benar saat menggali tanah liat, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat mencangkul tanah, serta diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat pembentukan batu-bata seperti saat jongkok dan mengangkat beban. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan  memperhatikan postur dan sikap tubuh membungkuk, berdiri dan mengangkat beban yang benar.

4.    Hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah

Berdasarkan penelitian dari 39 responden pembuat batu-bata pada semua tahapan pembuatan batu-bata, didapatkan bahwa pada tahapan penggalian bahan mentah terdapat hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah dikarenakan hasil p value sebesar 0,028 (≤0,05), sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah, pembentukan dan pengeringan batu-bata semua tidak terdapat hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.

Hasil  dari  penelitian  ini  dapat dibandingkan  dengan  penelitian  yang dilakukan  oleh  peneliti  lain,  seperti  yang dilakukan oleh (Enrico, 2016) faktor  lingkungan  yang  paling berpengaruh  dan  berhubungan  erat  dengan pengemudi transportasi publik dan nyeri muskuloskeletal adalah getaran, dari penelitian (Enrico, 2016) didapatkan hubungan antara getaran dengan keluhan musculoskeletal pada supir bus trayek Bitung-Manado di terminal Tangkoko Bitung. Sedangkan, penelitian (Rahayu, 2012) menyatakan kondisi kerja pemecahan batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten yaitu kondisi  ergonomi  baik,  terdapat cukup ruang untuk  bekerja  dan  kondisi pencahayaan  bagus sehingga didapatkan final rating tingkat 3 yaitu situasi beban kerja meningkat tinggi dan  pembebanan  fisik berlebih  mungkin  dialami  oleh pekerja normal, namun dalam penelitian ini tidak sampai dengan penilaian final rating hanya menghubungkan anatara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.

Menurut penelitian yang dilakukan di lapangan pada tahapan penggalian bahan mentah responden lebih banyak berada di kondisi kerja yang ruang geraknya terbatas dan lantai tidak rata, sehingga itu dapat menyebabkan ketidaknyaman bagi pembuat batu-bata. Menurut (Tarwaka, 2015) ruang kerja yang terbatas akan menyebabkan sikap tubuh yang tidak ergonomis dan lantai licin atau tidak rata akan meningkatkan kemungkinan terpeleset, tersandung dan terjatuh karena terjadinya gerakan tiba-tiba yang tidak dapat diperkirakan.

Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait kondisi kerja manual handling yang dapat dilakukan pada setiap tahapan pembuatan batu-bata yaitu pada tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena lantai tidak rata, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak terpeleset maupun jatuh, diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari. Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena lantai licin, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak terpeleset maupun jatuh, serta diselingi istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/ hari. Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat pembentukan batu-bata seperti saat jongkok dan mengangkat beban agar tidak jatuh. Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan  memperhatikan postur dan sikap tubuh membungkuk, berdiri dan mengangkat beban yang benar.

 

Kesimpulan

1.    Ada hubungan antara waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) mengangkat atau operasi pemindahan (<5 detik)  dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tahapan penggalian bahan mentah, pembentukan dan pengeringan. Sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah tidak terdapat hubungan.

2.    Tidak ada hubungan antara beban manual handling berdasarkan beban efektif untuk laki-laki dan wanita dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.

3.    Tidak ada hubungan antara posture rating (skor) manual handling terhadap jenis sikap tubuh dan postur tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah disemua tahapan di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.

4.    Ada hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tahapan penggalian bahan mentah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen, sedangkan pada tahapan pengolahan bahan mentah, pembentukan dan pengeringan, tidak ada hubungan antara kondisi kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah di Dusun Asri, Srimulyo, Gondang, Sragen.

 

Saran

1.    Bagi Pembuat Batu-Bata

a.    Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah  terkait waktu manual handling berdasarkan frekuensi (jumlah/ 1 hari kerja) pengangkatan atau operasi pemindahan yang dapat dilakukan :

1)   Tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yang ringan sehingga saat mengangkat beban bahan mentah tanah liat dengan frekuensi yang banyak tidak begitu berat, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan.

2)   Pada tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan penggunaan cangkul yang terbuat dari bahan yang ringan, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan.

3)   Pada tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan ember untuk wadah adonan bahan mentah yang terbuat dari bahan yang ringan sehingga beban yang dibawa tidak terlalu berat walaupun dengan frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan yang banyak.

4)   Pada tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti angkong untuk wadah batu-bata kering yang siap untuk dikeringkan menuju tempat pengeringan batu-bata, apabila tidak memenuhi untuk menggunakan alat dapat dengan tangan kosong namun sesuai dengan kemampuan masing-masing responden, serta mengurangi frekuensi pengangkatan atau operasi pemindahan

b.    Untuk beban kerja manual handling di semua tahapan pembuatan batu-bata bagi pembuat batu-bata baik laki-laki maupun wanita disarankan untuk menggunakan tenaga seefisien mungkin dalam bekerja, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan, dan bila perlu gunakan alat bantu dalam bekerja dengan beban berat.

c.    Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait postur dan sikap tubuh manual handling yang dapat dilakukan :

1)   Tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat menggali tanah liat dengan menggunakan cangkul

2)   Tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat mencangkul tanah

3)   Tahapan pembentukan batu-bata dapat dilakukan dengan memperhatikan postur dan sikap tubuh yang benar saat pembentukan batu-bata seperti saat jongkok dan mengangkat beban.

4)   Tahapan pengeringan batu-bata dapat dilakukan dengan  memperhatikan postur dan sikap tubuh membungkuk, berdiri dan mengangkat beban yang benar.

d.    Upaya pengendalian keluhan nyeri punggung bawah terkait kondisi kerja manual handling yang dapat dilakukan :

1)   Tahapan penggalian bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena lantai tidak rata, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak terpeleset maupun jatuh.

2)   Tahapan pengolahan bahan mentah dapat dilakukan dengan memperhatikan lantai karena lantai licin, memperhatikan sikap tubuh yang benar dan nyaman agar tidak terpeleset maupun jatuh

e.    Pembuat batu-bata lebih memperhatikan waktu istirahat minimal 1 kali istirahat dalam 8 jam kerja/hari

f.     Bila merasakan nyeri punggung bawah yang sudah tidak tertahan lagi segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat sehingga dapat ditangani lebih lanjut

2.    Bagi Peneliti Lain

Perlunya dilakukan penelitian yang sejenis dengan meneliti variabel yang lain seperti status gizi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik  dan lain-lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

Andini, F. (2015). Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J Majority, 4, 12–19.

Astuti, R. D. (2007). Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan Beban Angkat Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik.

Enrico, M. (2016). Hubungan Antar Umur, Lama Kerja, dan Getaran dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Supir Bus Trayek Bitung-Manado di Terminal Tangkoko Bitung Tahun 2016, 5(1), 297–302.

Mayrika. (2009). Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjual Jamu Gendong, 4(1), 61–67.

Nurhayuning, R., & Paskarini, I. (2015). Hubungan Posisi Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Unit Pengelasan PT . X BekasI. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 4(1), 33–42.

Nurwahyuni. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bongkar Muat Barang Pelabuahan Nusantara Kota Pare-Pare Tahun 2012.

Nurzannah. (2015). Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2015.

Rahayu, W. A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja Angkat-Angkut Industri Pemecahan Batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2).

Rinaldi, E. (2015). Hubungan Posisi Kerja Pada Pekerja Industri Batu Bata dengan Kejadian Low Back Pain. JOM, 2(2), 1–10. http://doi.org/10.1002/bies.201400125

Sakinah. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Batu Bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap, 1–10.

Samara, D. (2005). Duduk Statis Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Perempuan. Universa Medicina, 24(2), 73–79.

Santiasih, I. (2013). Kajian Manual Material Handling Terhadap Kejadian Low Back Pain pada Pekerja Tekstil, VIII(1), 21–26.

Saputro, A. W. (2016). Hubungan Risiko Pekerjaan Manual Handling dengan Keluhan Low Back Pain pada Pekerja Bagian Penuangan Cor Logam di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Simanjuntak, R. A. (2011). Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load, 81–87.

Tarwaka. (2015). Dasar – Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo.

 

 


 

 

No comments:

Post a Comment

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...