Patofisiologi
1.
Metabolisme
Zat Besi
Besi merupakan
zat gizi mikro yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin,
mioglobin dan beberapa enzim. Sumber zat besi di alam sangat melimpah. Dilihat
dari segi evolusinya alat penyerapan besi dalam usus, maka sejak awal manusia
dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi
kemudian pola makanan berubah dimana sebagian besar berasal dari sumber nabati,
tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak
menimbulkan defisiensi besi.
2.
Komposisi
Zat Besi Dalam Tubuh
a.
Senyawa
fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam tubuh.
b.
Besi
cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang.
c.
Besi transport, yaitu besi yang berikatan
dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk mengangkut besi dari satu
kompartemen ke kompartemen lainnya.
Besi dalam tubuh
tidak pernah dalam bentuk logam bebas (free
iron), tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan
merusak jaringan, mempunyai sifat seperti radikal bebas. Jumlah besi pada
perempuan pada umumnya lebih kecil oleh karena massa tubuh yang juga lebih
kecil.
3.
Absorpsi
Zat Besi
Tubuh
mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus. Untuk memasukkan
besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi besi paling
banyak terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal, disebabkan oleh struktur
epitel usus yang memungkinkan untuk itu. Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase :
a.
Fase
Luminal
Zat besi yang bersumber dari makanan dan diolah oleh
lambung untuk diserap duodenum. Sumber zat besi pada makanan dibedakan menjadi
2 yaitu:
1)
Fe
Heme
Memberikan
absorbsi tinggi (15% ), berasal dari
sumber makanan hewani (daging dan ikan), tidak dihambat oleh bahan penghambat
sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi.
2)
Fe
Non Heme
Absorbsi
rendah (3-8%), berasal pada sumber makanan nabati, dipengaruhi oleh bahan
pemacu dan penghambat sehingga bioavailabilitasnya rendah.
Yang tergolong
sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah “meat
factors” dan vitamin C, sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat
ialah tanat, fitat, dan serat (fibre). Dalam lambung karena pengaruh asam
lambung maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian
terjadi reduksi dari besi bentuk feri ke fero yang siap untuk diserap.
b.
Fase
Mukosal
Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa
duodenum dan jejenum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses
yang sangat kompleks. Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat
mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus.
c.
Fase
Korporeal
Besi setelah diserap oleh eritrosit (epitel usus),
melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah
diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi
pada sel RES melalui proses pinositosis. Banyaknya absorpsi besi tergantung
pada:
1.
Jumlah
kandungan besi dari makanan.
2.
Jenis besi dalam makanan : besi heme atau besi
non-heme.
3.
Adanya
bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan.
4.
Kecepatan
eritropoesis.
Pradiyayadnya,
I. 2017. Anemia Defisiensi Besi [Online] (https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ce7919b071ee191d4d7d71822dcc3098.pdf) diakses pada 28
Februari 2019.
Wongsohardjono, Sri. 2012. Kandidias Oral Pada Penderita Anemia Zat Gizi Besi
(Fe) Dan Penatalaksanaanya
[Online] (https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/viewFile/15690/10456) diakses pada 28 Januari 2019.