Monday, February 15, 2021

PATOFISIOLOGI IDA (Iron Deficiency Anemia)

 

Patofisiologi

1.      Metabolisme Zat Besi

Besi merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan tubuh dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin dan beberapa enzim. Sumber zat besi di alam sangat melimpah. Dilihat dari segi evolusinya alat penyerapan besi dalam usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah dimana sebagian besar berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.

2.      Komposisi Zat Besi Dalam Tubuh

a.       Senyawa fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam tubuh.

b.      Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang.

c.        Besi transport, yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya.

Besi dalam tubuh tidak pernah dalam bentuk logam bebas (free iron), tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak jaringan, mempunyai sifat seperti radikal bebas. Jumlah besi pada perempuan pada umumnya lebih kecil oleh karena massa tubuh yang juga lebih kecil.

3.      Absorpsi Zat Besi

Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus. Untuk memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi besi paling banyak terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal, disebabkan oleh struktur epitel usus yang memungkinkan untuk itu. Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase :

a.       Fase Luminal

Zat besi yang bersumber dari makanan dan diolah oleh lambung untuk diserap duodenum. Sumber zat besi pada makanan dibedakan menjadi 2 yaitu:

1)      Fe Heme

Memberikan absorbsi  tinggi (15% ), berasal dari sumber makanan hewani (daging dan ikan), tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi.

2)      Fe Non Heme

Absorbsi rendah (3-8%), berasal pada sumber makanan nabati, dipengaruhi oleh bahan pemacu dan penghambat sehingga bioavailabilitasnya rendah.

Yang tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah “meat factors” dan vitamin C, sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat ialah tanat, fitat, dan serat (fibre). Dalam lambung karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk feri ke fero yang siap untuk diserap.

b.      Fase Mukosal

Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejenum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks. Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus.

c.       Fase Korporeal

Besi setelah diserap oleh eritrosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui proses pinositosis. Banyaknya absorpsi besi tergantung pada:

1.      Jumlah kandungan besi dari makanan.

2.       Jenis besi dalam makanan : besi heme atau besi non-heme.

3.      Adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan.

4.      Kecepatan eritropoesis.

Pradiyayadnya, I. 2017. Anemia Defisiensi Besi [Online] (https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ce7919b071ee191d4d7d71822dcc3098.pdf) diakses pada 28 Februari 2019.

Wongsohardjono, Sri. 2012. Kandidias Oral Pada Penderita Anemia Zat Gizi Besi (Fe) Dan Penatalaksanaanya [Online] (https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/viewFile/15690/10456) diakses pada 28 Januari 2019.

No comments:

Post a Comment

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...