Wednesday, February 24, 2021

 

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Memiliki tubuh yang sehat tentu sudah menjadi kebutuhan dasar setiap individu. Berbagai faktor sangatlah mempengaruhi seorang individu tersebut dikatakan sehat atau sakit. Salah satu faktor penting adalah lingkungan. Lingkungan adalah tempat di mana setiap individu tinggal dan melakukan segala aktivitasnya, bisa juga diartikan sebagai jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang ditempati yang memengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan memang bisa menjadi salah satu tolak ukur tingkat kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat terjamin jika kesehatan lingkungan terjadi. Kesehatan lingkungan bisa terjadi jika adanya keseimbangan ekologi antara manusia dengan lingkungan agar tercipta status kesehatan yang opimum pula. Sudah bisa dipastikan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi keadaan masyarakat itu sendiri, baik sehat atau sakit. Gaya hidup juga timbul dan saling berkesinambungan dengan tingkat kesehatan masyarakat itu sendiri. Dengan gaya hidup sehat, lingkungan yang bersih, tentu tingkat kesehatan masyarakat juga meningkat, begitu sebaliknya.

Menerapkan gaya hidup sehat agar tercipta kesehatan lingkungan bisa dimulai dengan tindakan-tindakan kecil terlebih dahulu, seperti mencuci tangan dengan benar sebelum makan. Meskipun terlihat sepele, akibat yang ditimbulkan salah satunya dapat menjadi penyebab penyakit 'disentri'. Menurut WHO, lima belas persen penderita  disentri adalah anak-anak usia dibawah lima tahun. Terlihat juga dalam berbagai survei menyatakan bahwa 0,2-50% penyebab penyakit disentri berkaitan dengan sanitasi lingkungan. Berdasarkan hasil pemeriksaan rutin spesimen tinja pasien yang berkunjung ke rumah sakit dengan gejala diare, menunjukkan bahwa 39,6% adalah disentri amuba (salah satu jenis disentri). Di Medan, penyakit disentri cenderung endemik, dan menunjukkan angka 500 kasus per tahunnya atau 3,2% menderita disentri amuba (RS. Pimgadi Medan). Angka kematian akibat disentri yang umum terjadi adalah akibat dehidrasi berat, sebanyak 10 penderita (45,5%) meninggal dari 22 penderita. Dengan angka yang tergolong tinggi, artinya disentri bukanlah masalah penyakit biasa. Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan penyakit disentri ini, slah satunya faktor lingkungan. Sudah seharusnya masyarakat mamahami bagaimana melakukan cara pencegahan serta pengendalian dari penyakit disentri ini. "Lebih baik mencegah, daripada mengobati,"

1.2  Rumusan masalah

1.2.1                  Apa itu penyakit disentri? (identifikasi masalah kesehatan

kaitannya dengan lingkungan)

1.2.2                  Apa saja faktor-faktor penyebab timbulnya disentri? (dengan

memperhatikan simpul simpul paradigma kesehatan lingkungan)

1.2.3                  Bagaimana cara pencegahan, pengendalian dan dampak luas yang

akan terjadi bila disentri tidak tertangani.

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1         Untuk mengetahui jenis penyakit disentri beserta kaitannya dengan

kesehatan lingkungan.

1.3.2          Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari penyakit disentri dengan mengaitkan kepada simpul-simpul paradigma kesehatan lingkungan.

     1.3.3           Untuk mengetahui bagaimana melakukan upaya pencegahan dan

pengendalian dari penyakit disentri dan dapat mengetahui dampak luas yang akan terjadi bila penyakit disentri tidak tertangani.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Disentri

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.

Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya.

Disentri merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis disentri basiler. Penyakit ini bisa muncul sepanjang tahun di Indonesia. Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain penyakit ini belum tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang buruk dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi pada makanan dan minuman.

Disentri disebarkan saat seseorang menelan bakteri dari kotoran atau jari yang kotor. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kondisi ini. Disentri sering ditemukan di pusat penitipan anak, panti jompo, tempat pengungsian, dan tempat-tempat lain di mana banyak orang dan sanitasi buruk.

Disentri dapat memiliki beberapa penyebab. Infeksi bakteri adalah penyebab utama dari disentri. Infeksi tersebut meliputi spesies bakteri Shigella, Campylobacter, E. coli, dan Salmonella.

2.1.1 Disentri Akibat Bakteri

Bakteri shigella memiliki 4 jenis, yaitu Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella dysenteriae. Shigella sonnei merupakan penyebab disentri yang paling umum, sementara Shigella dysenteriae adalah penyebab disentri yang paling parah.

Bakteri shigella yang ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama akibat kebersihan yang tidak terjaga, misalnya:

§     Karena pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air

besar.

§     Jika kita mengonsumsi minuman atau makanan yang terkontaminasi.

§     Apabila kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang terkontaminasi bakteri karena disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.

Jenis disentri yang paling sering terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung selama 5-7 hari dan umumnya berupa:

§      Diare disertai darah.

§      Demam.

§      Mual

§      Muntah.

§      Kram perut.

2.1.2 Disentri Akibat Amoeba

Disentri amoeba atau amoebiasis disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) yang disebut Entamoeba histolytica. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.

Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk ke perut. Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pecah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan infeksi. Mereka bisa membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak).

Kista mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia. Jika standar kebersihan rendah, misalnya tidak ada saluran pembuangan yang higenis, amoeba akan mengontaminasi area sekelilingnya termasuk makanan dan air.

Disentri amoeba umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu seseorang terkena bakteri hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan dan infeksi terjadi. Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:

§     Diare yang disertai darah atau nanah.

§     Sakit perut.

§     Demam dan menggigil.

§     Mual atau muntah.

§     Sakit saat buang air besar.

§     Pendarahan pada rektum.

§     Kehilangan nafsu makan.

§     Penurunan berat badan.

 

Disentri amoeba biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa perawatan klinis, amoeba bisa terus hidup di usus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, meski pengidap tidak lagi mengalami gejalanya. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan penularan dan kambuhnya diare.

 

2.2       Faktor-Faktor Penyebab Disentri

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit disentri ini sampai terjadi penularan bias melalui banyak cara yang akan dikelompokkan sesuai simpul paradigm kesehatan lingkunagn yaitu :

2.2.1        Simpul 1 (Sumber Penyakit)

Penyakit disentri dibagi menjadi 2 kelompok menurut penyebabnya, yaitu:

§  Disentri basiler atau sigelosis yang disebabkan oleh bakteri shigella. Bakteri shigella memiliki 4 jenis, yaitu Shigellasonnei, Shigellaflexneri, Shigellaboydii, dan Shigelladysenteriae. Shigellasonnei merupakan penyebab disentri yang paling umum, sementara Shigelladysenteriae adalah penyebab disentri yang paling parah. Bakteri shigella yang ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama akibat kebersihan yang tidak terjaga. Disentri basiler merupakan jenis disentri yang paling umum terjadi. WHO memperkirakan sekitar 120 juta kasus disentri yang parah termasuk jenis ini dan mayoritas pengidapnya adalah balita.

§  Disentri amoeba atau amoebiasis yang disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica. Parasit Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, parasit tersebut memiliki dua wujud, ialah wujud yang bergerak dan wujud yang tak bergerak. Parasit yang berbentuk tak bergerak tak memunculkan gejala, sedangkan wujud yang bergerak jikalau menyerang dinding usus penderita bias menyebabkan mulas, perut kembung, suhu badan meningkat, juga diare yang mengandung darah dan bercampur lendir, tetapi diarenya tak terlalu sering. Jenis disentri ini biasanya ditemukan di daerah tropis. Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam lambung saat masuk keperut. Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pecah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan infeksi. Mereka bias membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak). Kista mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia.

2.2.2        Simpul 2 (Komponen Lingkungan)

§  Ketika tinggal di perumahan padat atau mengikuti aktivitas kelompok dengan kontak yang dekat dengan orang lain memudahkan penyebaran bakteri dari seseorang ke orang lain.

§  Wabah shigella lebih umum terjadi di pusat penitipan anak, kolam renang umum, panti jompo, penjara, dan barak militer. Tinggal atau berpergian ke negara-negara berkembang juga menyebabkan lebih mudah terkena infeksi shigella dengan sanitasi yang buruk.

§  Dengan persediaan air bersih yang kurang, saluran pembuangan yang tidak memadai seperti tidak higenis, memudahkan terjadinnya penyebaran amoeba, amoeba akan mengontaminasi area sekelilingnya termasuk makanan dan air apabila lingkungan tempat tinggal dekat dengan saluran pembuangan tersebut. Dan juga ketika bertempat tinggal atau berpergian di lingkungan yang padat penduduk, daerah kumuh dimana tinja digunakan sebagai pupuk.

2.2.3        Simpul 3 (Penduduk)

§  Kebiasaan penduduk yang kurang menjaga kebersihan dapat menjadi factor penularan disentri, seperti berawal dari kebasaan mencuci tangan yang buruk, orang lain yang menyentuh benda atau bagian yang disentuh pengidap dan mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi akan tertular apalagi dengan kekebalan tubuh yang rendah juga akan lebih memudahkan terjangkit penyakit disentri.

§  Melakukan seks anal juga merupakan factor risiko disentri. Laki-laki gay yang aktif secara seksual yaitu yang melakukan hubungan seks dengan pria memiliki risiko yang lebih besar akibat kontak oral-anal secara langsung atau tidak langsung.

 

2.2.4        Simpul 4 (Sehat/Sakit)

§  Karena disentri adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan, maka mulailah untuk memperhatikan kebersihan lingkungan, tubuh dan tempat tinggal. Disentri juga bias menjadi wabah. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik bagi masyarakat untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan kita sendiri mendapatkan dampak yang baik yaitu keadaan tubuh yang sehat. Karena apabila kita tidak melakukan upaya pencegahan, bahkan dari yang terkecil seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita bias saja mendapatkan dampak sebaliknya yaitu keadaan tubuh yang sakit.

 

2.3.1        Cara Pencegahan, Pengendalian dan Dampak Luas Bila Tidak Tertangani

2.3.2        Cara Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya penyakit disentri dapat melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan sabun atau antiseptik yang berguna untuk membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan yang benar hingga steril menggunakan sembilan langkah yang dianjurkan oleh rumah sakit. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.

Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini bertujuan agar makanan tidak terkena bakteri dan makanan menjadi bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur.

Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri. Secara khusus sebagai berikut :

1.    Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk.

2.    Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.

3.    Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10 menit. Atau gunakan  air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel.

4.    Jangan minum dari air mancur umum

5.    Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.

6.    Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi.

7.    Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar disegel atau botol).

 

2.3.3             Cara Pengendalian

·         Disentri basiler/bakteri

Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Menurut WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin hampir universal terjadi.

Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.

Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.

 

·         Disentri amuba Asimtomatik atau carrier

Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.

2.3.4             Dampak Bila Tidak Tertangani

Penyakit disentri ternyata bisa memicu timbulnya komplikasi, terutama pada mereka yang terlambat memperoleh penanganan. Terlebih jika penderita buang air besar terus menerus, karena akan mengalami dehidrasi yang dapat berujung kematian. 

Penderita disentri dianjurkan untuk terus waspada, karena disentri bisa memicu beberapa komplikasi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini umumnya terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk, dan terutama jika perawatan klinis susah untuk didapatkan. Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

§  Dehidrasi karena kehilangan cairan akibat diare dan muntah-muntah. Ini merupakan kondisi yang bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak. Gejala dehidrasi yang patut diwaspadai adalah kulit menjadi pucat, kaki dan tangan yang dingin, frekuensi buang air kecil yang menurun dibanding biasanya, serta kondisi tubuh melemah.

§  Abses pada hati akibat amoeba yang menyebar hingga ke hati dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk, kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.

Memang tidak semua penderita harus ke dokter jika mengalami disentri, karena biasanya bisa pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tetapi jika Anda mengalami diare berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari, segera konsultasikan kepada dokter agar bisa memperoleh diagnosis dan  pengobatan yang lebih akurat.

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa penyakit disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Penyebab dari penyakit ini terdapat bakteri yang masuk ke tubuh melalui kotoran jari. Hal ini terjadi karena kebiasaan mencuci tangan yang buruk serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Risiko penyebaran disentri amoeba juga akan meningkat pada anak balita usia 2-4 tahun, tinggal di daerah dengan sanitasi buruk, dekat dengan saluran pembuangan,tidak memiliki air yang bersih, perumahan padat dan kumuh, pusat penitipan anak, kolam renang umum, panti jompo, penjara, dan barak militer. Kemudian juga terjadi pada, laki-laki gay yang aktif secara seksual.

Untuk mencegah terjadinya penyakit disentri dapat melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan, menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan.

Untuk melakukan tindakan pengobatan adalah dengan istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Penyakit disentri bisa memicu timbulnya komplikasi, terutama pada mereka yang terlambat memperoleh penanganan. Terlebih jika penderita buang air besar terus menerus, karena akan mengalami dehidrasi yang dapat berujung kematian.

 

 

 

3.2       Saran

Sangat disarankan untuk masyarakat utamanya para orang tua mengetahui tentang penyakit disentri ini. Dengan menghindari risiko-risiko yang telah disebutkan sebelumnya, dan melakukan penanganan sejak dini bila sudah diketahui tanda-tanda penyebab penyakit difteri.

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim,2008.Disentri. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba. Sya’roni A. Hoesadha Y. 2006.

Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri. Diakses dari http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed. Simanjuntak C. H., 1991.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K., 2007.

Https://www.alodokter.com/disentri/penyebab

 

Https://www.autoimunicare.com/penyakit-disentri-dan-penyebab/

 

Https://idtesis.com/pengertian-disentri-dan-penyebab/

https://id.wikipedia.org/wiki/Disentri

https://hellosehat.com/penyakit/disentri/

http://www.alodokter.com/disentri

http://www.alodokter.com/disentri/gejala

http://www.alodokter.com/disentri/penyebab

No comments:

Post a Comment

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...