PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memiliki tubuh yang sehat tentu sudah menjadi
kebutuhan dasar setiap individu. Berbagai faktor sangatlah mempengaruhi seorang
individu tersebut dikatakan sehat atau sakit. Salah satu faktor penting adalah
lingkungan. Lingkungan adalah tempat di mana setiap individu tinggal dan
melakukan segala aktivitasnya, bisa juga diartikan sebagai jumlah semua benda
dan kondisi yang ada dalam ruang yang ditempati yang memengaruhi kehidupan
manusia. Lingkungan memang bisa menjadi salah satu tolak ukur tingkat kesehatan
masyarakat. Kesehatan masyarakat terjamin jika kesehatan lingkungan terjadi.
Kesehatan lingkungan bisa terjadi jika adanya keseimbangan ekologi antara
manusia dengan lingkungan agar tercipta status kesehatan yang opimum pula.
Sudah bisa dipastikan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi keadaan masyarakat
itu sendiri, baik sehat atau sakit. Gaya hidup juga timbul dan saling
berkesinambungan dengan tingkat kesehatan masyarakat itu sendiri. Dengan gaya
hidup sehat, lingkungan yang bersih, tentu tingkat kesehatan masyarakat juga
meningkat, begitu sebaliknya.
Menerapkan gaya hidup sehat agar tercipta kesehatan
lingkungan bisa dimulai dengan tindakan-tindakan kecil terlebih dahulu, seperti
mencuci tangan dengan benar sebelum makan. Meskipun terlihat sepele, akibat
yang ditimbulkan salah satunya dapat menjadi penyebab penyakit 'disentri'.
Menurut WHO, lima belas persen penderita
disentri adalah anak-anak usia dibawah lima tahun. Terlihat juga dalam
berbagai survei menyatakan bahwa 0,2-50% penyebab penyakit disentri berkaitan
dengan sanitasi lingkungan. Berdasarkan hasil pemeriksaan rutin spesimen tinja
pasien yang berkunjung ke rumah sakit dengan gejala diare, menunjukkan bahwa
39,6% adalah disentri amuba (salah satu jenis disentri). Di Medan, penyakit
disentri cenderung endemik, dan menunjukkan angka 500 kasus per tahunnya atau
3,2% menderita disentri amuba (RS. Pimgadi Medan). Angka kematian akibat
disentri yang umum terjadi adalah akibat dehidrasi berat, sebanyak 10 penderita
(45,5%) meninggal dari 22 penderita. Dengan angka yang tergolong tinggi,
artinya disentri bukanlah masalah penyakit biasa. Banyak sekali faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit disentri ini, slah satunya faktor lingkungan. Sudah
seharusnya masyarakat mamahami bagaimana melakukan cara pencegahan serta
pengendalian dari penyakit disentri ini. "Lebih baik mencegah, daripada
mengobati,"
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Apa itu penyakit disentri? (identifikasi
masalah kesehatan
kaitannya
dengan lingkungan)
1.2.2
Apa saja faktor-faktor penyebab
timbulnya disentri? (dengan
memperhatikan
simpul simpul paradigma kesehatan lingkungan)
1.2.3
Bagaimana cara pencegahan, pengendalian
dan dampak luas yang
akan
terjadi bila disentri tidak tertangani.
1.3
Tujuan penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui jenis penyakit
disentri beserta kaitannya dengan
kesehatan lingkungan.
1.3.2 Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab dari penyakit disentri dengan mengaitkan
kepada simpul-simpul paradigma kesehatan lingkungan.
1.3.3 Untuk mengetahui
bagaimana melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian
dari penyakit disentri dan dapat mengetahui dampak luas yang akan terjadi bila
penyakit disentri tidak tertangani.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)
dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan
gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
Disentri adalah infeksi pada usus
yang menyebabkan diare yang disertai darah atau
lendir. Diare merupakan buang air besar encer dengan frekuensi yang lebih
sering dari biasanya.
Disentri merupakan penyakit yang sangat umum
terjadi, terutama jenis disentri basiler. Penyakit ini bisa muncul sepanjang
tahun di Indonesia. Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena
selain penyakit ini belum tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga
merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang buruk
dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat penduduknya, bisa
meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini. Selain itu, faktor risiko disentri
yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi pada makanan dan minuman.
Disentri disebarkan saat seseorang menelan bakteri
dari kotoran atau jari yang kotor. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk serta
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dapat menyebabkan kondisi ini. Disentri
sering ditemukan di pusat penitipan anak, panti jompo, tempat pengungsian, dan
tempat-tempat lain di mana banyak orang dan sanitasi buruk.
Disentri dapat memiliki beberapa penyebab. Infeksi bakteri
adalah penyebab utama dari disentri. Infeksi tersebut meliputi spesies bakteri
Shigella, Campylobacter, E. coli, dan Salmonella.
2.1.1
Disentri Akibat Bakteri
Bakteri shigella memiliki
4 jenis, yaitu Shigella sonnei, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella
dysenteriae. Shigella sonnei merupakan penyebab disentri yang
paling umum, sementara Shigella dysenteriae adalah penyebab
disentri yang paling parah.
Bakteri shigella yang
ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama
akibat kebersihan yang tidak terjaga, misalnya:
§
Karena pengidap tidak mencuci tangan setelah buang air
besar.
§
Jika kita mengonsumsi minuman atau makanan yang
terkontaminasi.
§
Apabila kita menyentuh benda atau bagian tubuh yang
terkontaminasi bakteri karena disentuh penderita yang tidak mencuci tangan.
Jenis disentri yang paling sering
terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri
basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung
selama 5-7 hari dan umumnya berupa:
§
Diare disertai darah.
§
Demam.
§
Mual
§
Muntah.
§
Kram perut.
2.1.2 Disentri
Akibat Amoeba
Disentri
amoeba atau amoebiasis disebabkan oleh amoeba (parasit bersel satu) yang
disebut Entamoeba histolytica. Penyakit ini biasanya ditemukan
di daerah tropis seperti Indonesia.
Setelah
masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang terlindung dari asam
lambung saat masuk ke perut. Dari perut, kista akan turun ke usus. Dinding
pelapisnya kemudian pecah dan melepaskan amoeba-amoeba yang akan mengakibatkan
infeksi. Mereka bisa membenamkan diri ke dinding usus dan menyebabkan
terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak).
Kista mampu
bertahan hidup di luar tubuh manusia. Jika standar kebersihan rendah, misalnya
tidak ada saluran pembuangan yang higenis, amoeba akan mengontaminasi area
sekelilingnya termasuk makanan dan air.
Disentri
amoeba umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu seseorang terkena bakteri
hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan dan infeksi terjadi.
Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:
§
Diare yang disertai darah atau nanah.
§
Sakit perut.
§
Demam dan menggigil.
§
Mual atau
muntah.
§
Sakit saat buang air besar.
§
Pendarahan pada rektum.
§
Kehilangan nafsu makan.
§
Penurunan berat badan.
Disentri
amoeba biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Tanpa
perawatan klinis, amoeba bisa terus hidup di usus selama berbulan-bulan dan
bahkan bertahun-tahun, meski pengidap tidak lagi mengalami gejalanya. Kondisi
inilah yang dapat menyebabkan penularan dan kambuhnya diare.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Disentri
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya penyakit disentri ini sampai terjadi penularan bias
melalui banyak cara yang akan dikelompokkan sesuai simpul paradigm kesehatan
lingkunagn yaitu :
2.2.1
Simpul 1 (Sumber Penyakit)
Penyakit disentri dibagi menjadi 2
kelompok menurut penyebabnya, yaitu:
§ Disentri basiler atau sigelosis yang
disebabkan oleh bakteri shigella. Bakteri shigella memiliki 4 jenis, yaitu Shigellasonnei, Shigellaflexneri, Shigellaboydii, dan Shigelladysenteriae. Shigellasonnei merupakan
penyebab disentri yang paling umum, sementara Shigelladysenteriae adalah penyebab
disentri yang paling parah. Bakteri shigella yang
ditemukan dalam tinja pengidap dapat menyebar melalui banyak cara, terutama
akibat kebersihan yang tidak terjaga. Disentri basiler merupakan jenis disentri
yang paling umum terjadi. WHO memperkirakan sekitar 120 juta kasus disentri
yang parah termasuk jenis ini dan mayoritas pengidapnya adalah balita.
§ Disentri amoeba atau amoebiasis yang disebabkan oleh amoeba
(parasit bersel satu) bernama Entamoeba histolytica. Parasit
Entamoeba hystolytica hidup dalam
usus besar, parasit tersebut memiliki dua wujud, ialah wujud yang bergerak dan
wujud yang tak bergerak. Parasit yang berbentuk tak bergerak tak memunculkan
gejala, sedangkan wujud yang bergerak jikalau menyerang dinding usus penderita
bias menyebabkan mulas, perut kembung, suhu badan meningkat, juga diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, tetapi diarenya tak terlalu sering. Jenis disentri ini biasanya ditemukan di daerah
tropis. Setelah masuk lewat mulut, amoeba-amoeba membentuk kista yang
terlindung dari asam lambung saat masuk keperut. Dari perut, kista akan turun
ke usus. Dinding pelapisnya kemudian pecah dan melepaskan amoeba-amoeba yang
akan mengakibatkan infeksi. Mereka bias membenamkan diri ke dinding usus dan
menyebabkan terbentuknya abses kecil dan ulkus (tukak). Kista mampu bertahan
hidup di luar tubuh manusia.
2.2.2
Simpul 2 (Komponen Lingkungan)
§ Ketika tinggal di perumahan padat
atau mengikuti aktivitas kelompok dengan kontak yang dekat dengan orang lain
memudahkan penyebaran bakteri dari seseorang ke orang lain.
§ Wabah shigella lebih umum terjadi di pusat penitipan anak, kolam renang
umum, panti jompo, penjara, dan barak militer. Tinggal atau berpergian ke
negara-negara berkembang juga menyebabkan lebih mudah terkena infeksi shigella dengan sanitasi yang buruk.
§ Dengan persediaan air bersih yang
kurang, saluran pembuangan yang tidak memadai seperti tidak higenis, memudahkan
terjadinnya penyebaran amoeba, amoeba akan mengontaminasi area sekelilingnya
termasuk makanan dan air apabila lingkungan tempat tinggal dekat dengan saluran
pembuangan tersebut. Dan juga ketika bertempat tinggal atau berpergian di
lingkungan yang padat penduduk, daerah kumuh dimana tinja digunakan sebagai
pupuk.
2.2.3
Simpul 3 (Penduduk)
§ Kebiasaan penduduk yang kurang
menjaga kebersihan dapat menjadi factor penularan disentri, seperti berawal
dari kebasaan mencuci tangan yang buruk, orang lain yang menyentuh benda atau
bagian yang disentuh pengidap dan mengonsumsi makanan dan minuman yang
terkontaminasi akan tertular apalagi dengan kekebalan tubuh yang rendah juga akan
lebih memudahkan terjangkit penyakit disentri.
§ Melakukan seks anal juga merupakan
factor risiko disentri. Laki-laki gay yang aktif secara seksual yaitu yang
melakukan hubungan seks dengan pria memiliki risiko yang lebih besar akibat
kontak oral-anal secara langsung atau tidak langsung.
2.2.4
Simpul 4 (Sehat/Sakit)
§ Karena disentri adalah penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya kebersihan, maka mulailah untuk memperhatikan
kebersihan lingkungan, tubuh dan tempat tinggal. Disentri juga bias menjadi
wabah. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik bagi masyarakat untuk
bertanggung jawab menjaga lingkungan kita sendiri mendapatkan dampak yang baik
yaitu keadaan tubuh yang sehat. Karena apabila kita tidak melakukan upaya
pencegahan, bahkan dari yang terkecil seperti menjaga kebersihan lingkungan
sekitar kita bias saja mendapatkan dampak sebaliknya yaitu keadaan tubuh yang
sakit.
2.3.1
Cara
Pencegahan, Pengendalian dan Dampak Luas Bila Tidak Tertangani
2.3.2
Cara
Pencegahan
Untuk
mencegah terjadinya penyakit disentri dapat melakukan program PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Cara
mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan sabun
atau antiseptik yang berguna untuk membersihkan kuman atau bakteri yang ada di
tangan. Mencuci tangan yang benar hingga steril menggunakan sembilan langkah
yang dianjurkan oleh rumah sakit. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air
besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
Langkah
selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini bertujuan
agar makanan tidak terkena bakteri dan makanan menjadi bersih dan sehat untuk
dikonsumsi. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat
makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar
tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan
diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk ,karena bakteri
dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur.
Jadi,dapat
disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang dapat dicegah.
Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri. Secara khusus sebagai berikut :
1. Disentri
tersebar karena kebersihan yang buruk.
2. Cuci
tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain/anak.
3. Bila
Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10 menit.
Atau gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau
botol yang masih dalam kondisi bersegel.
4. Jangan
minum dari air mancur umum
5. Jangan
makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.
6. Jangan
makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi.
7. Jangan
makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng
benar disegel atau botol).
2.3.3
Cara
Pengendalian
·
Disentri basiler/bakteri
Prinsip dalam
melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah atau memperbaiki
dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan
elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan
rehidrasi oral. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk
menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah,
cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit.
Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet
Diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang dari 5kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Menurut WHO,
bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan antibiotika. Jika
setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan selama 5
hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin
hampir universal terjadi.
Kuman
Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji
resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan
dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan
trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5
hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler
karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata
berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
Dosis
siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari sedangkan
azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5
hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap anak-anak dan
wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae
tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan
dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
·
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier
Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali
perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin
500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat
: Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg
empat kali selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis
ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari
selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500
mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.
2.3.4
Dampak
Bila Tidak Tertangani
Penyakit disentri ternyata bisa memicu timbulnya komplikasi,
terutama pada mereka yang terlambat memperoleh penanganan. Terlebih jika
penderita buang air besar terus menerus, karena akan mengalami dehidrasi yang
dapat berujung kematian.
Penderita
disentri dianjurkan untuk terus waspada, karena disentri bisa memicu beberapa
komplikasi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Hal ini umumnya terjadi di daerah
dengan sanitasi yang buruk, dan terutama jika perawatan klinis susah untuk
didapatkan. Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
§ Dehidrasi karena
kehilangan cairan akibat diare dan muntah-muntah. Ini merupakan kondisi yang
bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak. Gejala dehidrasi yang patut
diwaspadai adalah kulit menjadi pucat, kaki dan tangan yang dingin, frekuensi
buang air kecil yang menurun dibanding biasanya, serta kondisi tubuh melemah.
§ Abses pada hati akibat amoeba yang menyebar hingga ke hati
dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk, kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.
Memang tidak
semua penderita harus ke dokter jika mengalami disentri, karena biasanya bisa
pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tetapi jika Anda mengalami diare
berdarah atau berlendir yang berlangsung lebih dari beberapa hari, segera
konsultasikan kepada dokter agar bisa memperoleh diagnosis dan pengobatan
yang lebih akurat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa penyakit disentri
adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai darah atau lendir. Penyebab dari penyakit ini terdapat bakteri yang masuk ke tubuh melalui
kotoran jari. Hal ini terjadi karena kebiasaan mencuci
tangan yang buruk serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Risiko penyebaran disentri amoeba juga akan meningkat pada anak balita usia 2-4 tahun, tinggal
di daerah dengan sanitasi
buruk, dekat dengan saluran pembuangan,tidak memiliki air yang bersih,
perumahan padat dan kumuh,
pusat penitipan anak, kolam
renang umum,
panti jompo, penjara, dan barak militer. Kemudian juga terjadi pada, laki-laki
gay yang aktif secara seksual.
Untuk mencegah terjadinya penyakit
disentri dapat melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari
yang paling penting,yaitu mencuci tangan, menutup rapat-rapat tempat
menyimpan makanan.
Untuk melakukan
tindakan pengobatan adalah dengan
istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi
dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Penyakit disentri bisa memicu timbulnya
komplikasi, terutama pada mereka yang terlambat memperoleh penanganan. Terlebih
jika penderita buang air besar terus menerus, karena akan mengalami dehidrasi
yang dapat berujung kematian.
3.2 Saran
Sangat
disarankan untuk masyarakat utamanya para orang tua mengetahui tentang penyakit
disentri ini. Dengan menghindari risiko-risiko yang telah disebutkan
sebelumnya, dan melakukan penanganan sejak dini bila sudah diketahui
tanda-tanda penyebab penyakit difteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008.Disentri. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri_Amuba.
Sya’roni A. Hoesadha Y. 2006.
Buku Ajar Penyakit
Dalam.FKUI:Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri. Diakses dari http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed.
Simanjuntak C. H., 1991.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III
. Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K., 2007.
Https://www.alodokter.com/disentri/penyebab
Https://www.autoimunicare.com/penyakit-disentri-dan-penyebab/
Https://idtesis.com/pengertian-disentri-dan-penyebab/
https://id.wikipedia.org/wiki/Disentri
https://hellosehat.com/penyakit/disentri/
http://www.alodokter.com/disentri
No comments:
Post a Comment