Monday, October 10, 2022

 


Antropometri Gizi Ibu Hamil

Antropometri gizi adalah penilaian status gizi pada ibu hamil. Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan mengambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran.


a. Pertumbuhan linier


Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contohnya:

Panjang badan 


Tinggi  badan ibu hamil < 145 cm menunjukkan ukuran panggul yang kecil sehingga ibu  beresiko melahirkan secara sectio caesaria.  


Lingkar dada


Lingkar dada dapat digunakan untuk mempreduksi fungsi paru-paru dengan cara mengukur perbedaan antara lingkar dada saat menarik nafas maksimal dengan saat menghembuskan nafas. Perbedaan kedua ukuran itu harusnya sekitar 5,5 cm.


Lingkar kepala. 


Ukuran lingkar kepala digunakan untuk memprediksi volume otak. Pada anak-anak volume otak dan lingkar kepala sama-sama meningkat. Sementara, pada orang dewasa volume otak justru menurun tapi lingkar kepala tidak berubah. Namun jika dikelompokkan berdasarkan usia, lingkar kepala memang dapat digunakan untuk memprediksi volume otak. Lingkar kepala normal untuk perempuan dewasa adalah sekitar 53 cm, sedangkan lingkar kepala untuk laki-laki sekitar 58,5 cm.

Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. 


b. Pertumbuhan Massa Jaringan


Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contohnya : 

Berat badan


Penambahan Berat Badan Status Gizi Ibu Sebelum Hamil

Kategori Berat (BMI)

Total Kenaikan BB (Kg)

Penambahan BB




TM I (Kg)

TM II (Kg)


Normal ( BMI 19,8-26)

12,5 – 13

2,3

0,49


Kurus ( BMI < 19,8 )

11,5 – 16

1,6

0,44


Lebih

7 – 11, 6

0,9

0,3


Obesitas ( BMI > 29 )

6




BMI, body mass index

Lingkar lengan atas (LLA)


Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas diukur pada setengah panjang lengan nondominan, nilainya harus lebih dari 23,5 cm. LILA menunjukkan status gizi ibu hamil. LILA < 23,5 cm menunjukkan status nutrisi ibu hamil kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak berkomplikasi pada janin. 

Sumber: Buku Ajar Keperawatan Maternitas,2007


Tebal lemak bawah kulit. 


Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:

Klasifikasi

Laki-laki

Wanita


Lean 

< 8 %

< 13 %


Optimal 

8 – 15 %

14 – 23 %


Slightly overfat

16 – 20 %

24 – 27 %


Fat 

21 – 24 %

28 – 32 %


Obesitas 

 25 %

 33 %


    Sumber. Sirajudin 2012.


Apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan.


Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Umumnya penilaian status gizi biokimia untuk melengkapi penilaian status gizi secara konsumsi pangan dan klinis. 

Darah

Tekanan darah


Hemoglobin

Pada ibu hamil, batas hemoglobin dalam darah adalah 11 g/dL sedangkan pada wanita normal sekitar 12 g/dL. Pada saat kehamilan terjadi penambahan jumlah volume plasma dan massa sel darah merah sehingga Hb menjadi lebih encer. Sebagai akibatnya nilai Hb menjadi turun. Keadaan ini menjadi terlihat nyata pada akhir trimester kedua kehamilan ibu, namun secara perlahan meningkat pada umur kehamilan trimester ketiga. Pengukuran hemoglobin ini dapat mengetahui apakah ibu hamil sedang mengalami anemia atau tidak.









Tekanan Darah

Tekanan sistolik

Tekanan diastolik


Rendah normal Tekanan Darah

110 mmHg

75 mmHg


Normal Tekanan Darah

120 mmHg

80 mmHg


Tinggi normal Tekanan Darah

130 mmHg

85 mmHg


Penyakit Infeksi

Pemeriksaan darah pada ibu hamil dapat juga untuk mengetahui bahwa apakah ibu mengalami penyakit infeksi seperti HIV, Hepatitis dan lain-lain.


Rhesus

Tes rhesus ini perlu dilakuakan untuk mengetahui apakah rhesus keduanya cocok atau tidak. Jika rhesus antara ibu dan janin tidak cocok, maka, akan muncul Penyakit Rhesus pada Bayi yaitu sel-sel darah merah pada janin bisa dirusak oleh antibodinya sendiri. Dan kondisi ini perlu diketahui sejak dini.


Urine

Protein

Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda - tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.





Iodium

Pada ibu hamil yang mengalami kekurangan iodium maka akan kekurangan hormon tiroid, dikhawatirkan bayinya akan mengalami cretenisma, yaitu tinggi badan di bawah ukuran normal yang disertai dengan keterlambatan perkembangan mental dan tingkat kecerdasan (stunting). Ibu hamil dikatakan memiliki asupan yodium kurang jika < 100 (g / L , dikatakan cukup jika kadar yodium 100 - 199 (g / L , dikatakan lebih dari cukup jika kadar yodium 200-299, dan dikatakan lebih jika kadar yodium ≥300 (g / L (Riskesdas, 2013).

Klinis 


Penilaian status gizi secara klinis didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan asupan zat gizi. Sebagai contoh dapat dilihat pada jaringan epitel (supravicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metoda klinis berguna untuk survei klinis secara cepat atau rapid clinical survey untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang, yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (IDN Supariasa, 2001

Pemeriksaan klinis meliputi:

Riwayat medis, yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit untuk mengetahui apakah malnutrisi disebabkan oleh konsumsi makanan atau bukan.

Pemeriksaan fisik, yaitu dengan melihat dan mengamati gejala malnutrisi meliputi sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita). Meliputi pemeriksaan terhadap semua perubahan fisik yang ada kaitannya dengan malnutrisi (kulit atau jaringan epitel, jaringan yang membungkus permukaan tubuh seperti rambut, mata, muka mulut, lidah, gigi, dan kelenjar tiroid).  

Status 

Tanda Kecukupan Gizi


Kulit 

Tidak kusam, cukup lembab, dan tidak kering


Rambut 

Mengkilap, tidak rontok, dan kulit kepala bersih


Mata

Bersih, bersinar, selaput besar berwarna merah, dan tidak ada pendarahan


Muka 

Warna sama dengan leher, cukup lembab, tampak segar dan sehat


Mulut 

Tidak ada luka


Lidah 

Berwarna merah mudah dan permukaannya tertutup papillae, tidak berbintik, dan tidak bergelombang atau nyeri 


Gigi 

Bersih, mengkilap, tidak berlubang, dan tidak ada pendarahan


Kelenjar tiroid

Tidak terjadi pembesaran




Survei Konsumsi Ibu Hamil


Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang di­gunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dan gizi. 

Survei konsumsi makanan Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis gizi yang dikonsumsi.

Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yangsering kali menjadi kekurangan adalah energy protein dan beberapa mineral seperti zatbesi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini perlu tambahan ekstrasebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Ibu hamil dianjurkanmengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makananyang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya (Iraputmasa, 2012)

Pesan Gizi Seimbang Ibu Hamil

Mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak berguna untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan vitamin serta mineral sebagai pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin serta cadangan selama masa menyusui

Membatasi makan makanan yang mengandung garam tinggi untuk mencegah hipertensi karena meningkatkan resiko kematian janin, terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan

Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar 2-3 liter perhari (8-12 gelas sehari)

Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan buang air kecil yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung menuingkat. Paling banyak 2 cangkir kopi/hari

Penambahan Kebutuhan Zat Gizi Saat Hamil

Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:



Jumlah atau Porsi Dalam 1 Kali Makan

Merupakan suatu ukuran atau takaran makan  yang dimakan tiap kali makan



Frekuensi Makan dalam Sehari

Frekuensi Makan Sehari merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali makan utama dan 2 kali makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus sesuai porsi dibawah ini:


JENIS MAKANAN YANG TERSUSUN DALAM 1 HIDANGAN MAKAN

Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan.

Selain menerapkan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu memperhatikan keamanan pangan yang berarti makanan atau minuman itu harus bebas dari cemaran yang membahayakan kehatan.

Cara menerapkan yaitu dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengkonsumsi lebih dari 1 jenis untuk setiap kelompok makanan setiap kali makan akan lebih baik.


 

f. Akibat kekurangan gizi pada ibu hamil

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah,baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu:1)

 

Terhadap ibuGizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi padaibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secaranormal dan mudah terkena infeksi.2)

 

Terhadap persalinanPengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulitdan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelahpersalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.3)

 

Terhadap JaninKekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati,kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum(mati dalam kandungan), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).


Ekologi


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, lingkungan biologis, lingkungan fisik, lingkungan sosial di dalam suatu daerah dan waktu tertentu yang mempunyai pengaruh pada status kesehatan. Lingkungan atau ekologi sangat berpengaruh besar dalam status kesehatan manusia, lingkungan yang bersih sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sehat, sedangkan lingkungan yang tidak bersih atau kotor atau kumuh sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sering terserang penyakit.

Keadaan Infeksi

Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu:

a.    Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.

b.     Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penaykit diare, mual/muntah dan pendarahan  yang terus menerus.

c.    Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebuthan akibat sakit (human host) dan parasit yang terdapat dalam tubuh.

Contoh penyakit yang dijumpai dalam tubuh janin ada 3 yang menyebabkan pengaruh teratogenik: (1) Rubella, (2). Sitomegalovirus dan (3). Herpesvirus hominis.


Konsumsi Makanan

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan.

Contoh makanan yang baik untuk ibu hamil adalah telur, produk susu, salmon, ubi, kacang polong, alpukat, dan daging tanpa lemak.


Faktor Budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahyul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah.

Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah:

Pengaruh tradisi 

Sikap fatalistis

Sikap ethnosentris

Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Pengaruh norma

Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan


Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit dan pada tingkat kesehatan. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalanganmasyarakat yang status ekonominya rendah. 

Faktor Sosial Ekonomi ada 2 yaitu :

  Data sosial

Data sosial yang diperlukan adalah:  Keadaan penduduk disuatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi, seks dan geografis)

Data ekonomi

Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan yang terlihat, pengeluaran dan anggaran, Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musiman.


Produksi Pangan

Data yang relevan untuk produksi pangan adalah :

a.    Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli, barter, dll).

b.     Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan serangga dan penyuluhan pertanian).

c.     Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga, kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja).

d.     Peternakan dan periklanan (jumlah ternak seperti kambing, bebek, dll) dan alat penangkap ikan, dll.

e.    Keuangan (modal yang tersedia dan fasilitas untuk kredit).


Fasilitas Kesehatan & Pendidikan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu.

Faktor perilaku yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan antara lain:

Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

 Orang Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)

Sumber-sumber Daya (Resources)

Kebudayaan (Cultures)


Statistik Vital

Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keadaan gizi di suatu wilayah adalah dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan menggunakan statistik kesehatan, dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. Beberapa statistik vital yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan gizi antara lain adalah  angka kesakitan, angka kematian, pelayanan kesehatan, dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi.

Angka Kematian Ibu (AKI)

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.


Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Gambaran AKI di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.




Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari : (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan (6) pelayanan kontrasepsi.


Angka Kesakitan ibu


Kesakitan yg disebabkan oleh 3 hal yaitu patologi, fisiologi dan kontrasepsi (WHO, 1992). Kesakitan yang terjadi saat kehamilan yang disebabkan dengan kesalahan manajemen kehamilan, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan Penyebab: (1) Patologi langsung (2) Patologi tdk langsung (3) Psikologi patologi.


Patologi Langsung : komplikasi patologi saat hamil, melahirkan, masa nifas, biasa samp 42 hari paska persalinan, terjadi akibat intervensi, kelalaian dan atau kesalahan terapi. 

Patologi tidak langsung : kondisi/penyakit yang memperburuk kehamilan seperti TBC.

 Psikologi Patologi : psikosis masa nifas/depresi masa nifas, terjadi akibat intervensi patologi misalnya isolasi, perubahan peran dll.


Berbagi penyakit yang terjadi pada ibu hamil, contohnya :

Perdarahan : akibat kehamilan, persalinan dan masa nifas yang dapat menyebabkan kematian jika tidak diberikan intervensi medis ek transfusi, pemberian oksitosin, plasenta manual

Sepsis : berhubungan dengan ketidakseterilan tindakan, ISR/PMS, dapat dicegah dengan manejemen pencegahan inos

Eklampsia : akibat keracunan kehamilan, peningkatan Tekanan Darah, protein uri, udema. Dapat diidentifikasi pd saat periode kehamilan dengan memonitor tekanan darah, pemeriksaan urin dan pemeriksaan fisik. Pengobatannya obat sedatifa dan anti kejang.











Daftar Pustaka:


Par’i Holil dkk. 2017. Penilaian Status Gizi(E-Book)( file:///E:/PENILAIAN-STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf) diakses pada 18 Agustus 2018.

Sona P.2014. Status Gizi Ibu Hamil(https://putusona.wordpress.com/2014/09/02/status-gizi-ibu-hamil/ ) diakses pada 18 Agustus 2018. 

Handayani S. 2014. Hubungan Kadar Yodium Urin dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas MusukiI Kabupaten Boyolali(Naskah Publikasi) (http://eprints.ums.ac.id/39808/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf )diakses pada 19 Agustus 2018.

 Nama : Nindya Tresna Wiwitan

Prodi : DIV Gizi/ IIA

NIM : P17111171005

INTERVENSI GIZI SENSITIF

Intervensi gizi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan untuk menanggulangi masalah gizi. Berikut akan diuraikan beberapa sektor yang ikut andil dan mengatasi dan mengurangi masalah gizi di Indonesia.

BKKBN

Memiliki tujuan yaitu 

Tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus berlanjut s/d tahun 2035

Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup ;

Tersebarnya penduduk secara lebih proporsional .

Dengan Cara :

Keluarga Berencana (Kb)

Yaitu dengan memberikan konseling agar memperhatikan usia ideal perkawinan, usia ideal melahirkan, jarak ideal melahirkan, dan jumlah ideal anak yang dilahirkan. Yaitu dengan cara mengatur kehamilan yang diinginkan, menurunkan AKB dan AKI, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB, meningkatkan keikutsertaan pria dan Promosi ASI Eksklusif.

Upaya Bkkbn Dalam Turut Menurunkan Angka Kematian Ibu (Aki)

menurunkan TFR dan ASFR usia 15-19 

meningkatkan kesertaan ber-KB dan peningkatan pemakaian MKJP 

menurunkan unmet need melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB

 intensifikasi promosi dan konseling kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi 

peningkatan kapasitas bidan dalam hal konseling kesehatan reproduksi, APN, dan rujukan, serta jaminan ketersediaan bidan di desa (kerja sama dengan Kemkes)

 pendewasaan usia perkawinan 

peningkatan kegiatan promotif – preventif

kerja sama dengan Kemkes melalui BOK Puskesmas

BPOM

Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan:

BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

Pemerintah

Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK, yang terdiri dari K/L, mitra pembangunan, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra pembangunan. Kegiatan utama pemerintah yang memiliki peran sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator meliputi kegiatan dari proses inisiasi dasar-dasar Gerakan 1000 HPK (dasar hukum dan dokumen pendukung) hingga pelaksanaan dan evaluasi Gerakan 1000 HPK. Rincian kegiatan pemerintah diuraikan pada tabel berikut :


No



Jangka Pendek (18 Bulan)



No



Jangka Menengah (36 bulan)




























1



Menetapkan Perpres Gerakan 1000

1



Mobilisasi sumber dana dalam APBN dan






HPK





APBD, termasuk PPP dan CSR dan mitra












pembangunan internasional


2



Menyusun Naskah Akademik

2



Melakukan evaluasi pencapaian tujuan dan












sasaran dan pelaksanaan kegiatan


3



Menyusun Kerangka Program SUN

3



Meningkatkan kemitraan dengan mitra












pembangunan


4



Menyusun Pedoman Perencanaan

4



Meningkatkan kemitraan dengan dunia






Program SUN





usaha


5



Sosialiasi Gerakan 1000 HPK tingkat

5



Meningkatkan kemitraan dengan Lembaga






nasional dan di daerah





Kemasyarakatan


6



Penyusunan kerangka monitoring

6



Meningkatkan kerjasama dalam rangka






dan evaluasi





sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan












kegiatan antar K/L


7



Pertemuan berkala Gugus Tugas

7



Meningkatkan kerjasama dalam rangka






Nasional





sinkronisasi perencanaan dan












pengganggaran antar Pusat dan Daerah


8



Pertemuan berkala Tim Teknis Gugus

8



Melakukan replikasi program/model yang






Tugas





terbukti efektif


9



Menyusun laporan berkala tentang

9



Advokasi kepada legislatif dan eksekutif






kemajuan Gerakan 1000 HPK














10



Menjaga kesinambungan pelaksanaan












Gerakan 1000 HPK








11



Mengintegrasikan Gerakan 1000 HPK pada












RPJMN 2015 – 2019








12



Menyusun laporan tahunan kemajuan












Gerakan 1000 HPK kepada Presiden



Organisasi Kemasyarakatan

Tugas organisasi kemasyarakatan adalah memperkuat mobilisasi, advokasi, komunikasi, riset dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat untuk menangani kekurangan gizi.

Mitra Pembangunan/ Organisasi PBB

Mitra pembangunan bertugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif dan spesifik melalui harmonisasi keahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD, SCN (Standing Committee on Nutrition).

Kementrian Pertanian

Peran Kementerian Pertanian dalam penanganan stunting difokuskan pada basic causes dan underlying causes. Melalui terobosan kebijakan untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus kesejahteraan petani, kementerian pertanian telah berhasil mewujudkan swasembada di berbagai komoditas. Penanganan stunting memerlukan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Salah satunya harus didukung  akses yang memadai terhadap keanekaragaman (diversifikasi).

Untuk meningkatkannya, Kementerian Pertanian mengembangkan program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera atau dikenal dengan program “Bekerja”.  Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan akses masyarakat kepada pangan yang beragam melalui pengembangan lahan pekarangan untuk produksi sayuran; usaha peternakan rumah tangga; tanaman hortikultura dan tahunan; dan kelembagaan usaha tani secara berkelompok.  Melalui program ini, rumah tangga miskin ditingkatkan kapasitasnya untuk mengelola usaha yang dapat meningkatkan pendapatannya.

Program lainnya  adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Kawasan Mandiri Pangan (KMP), dan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). KRPL bertujuan untuk optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga serta pendapatan secara berkelanjutan.

Badan Ketahanan PanganStrategi yang akan ditempuh Badan Ketahanan Pangan yaitu : 

( Melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam penyusunan kebijakan

ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan, dan keamanan pangan segar 

Mendorong pengembangan cadangan pangan, sistem distribusi pangan, penganekaragaman konsumsi dan pengawasan keamanan pangan segar 

Mendorong peran serta swasta, masyarakat umum, dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan pengawasan keamanan pangan segar 

Menyelenggarakan program aksi pemberdayaan masyarakat dalam memecahkan permasalahan ketahanan masyarakat 

Mendorong sinkronisasi pembiayaan program aksi antara APBN, APBD dan dana masyarakat 

Memecahkan permasalahan strategis ketahanan pangan melalui koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. Strategi Badan Ketahanan Pangan diimplementasikan melalui :

 ( pemantapan ketersediaan pangan, penanganan kerawanan dan akses pangan;

 ( pemantapan system distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan; 

( percepatan penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; ( penajaman keamanan pangan segar; dan 

( penguatan kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Perlindungan perempuan adalah segala upaya yang ditujukan untuk melindungi perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya dengan memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.

Gerakan Sayang Ibu yang selanjutnya disebut GSI adalah gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI) karena hamil, bersalin dan nifas serta penurunan angka kematian bayi (AKB).

Kecamatan Sayang Ibu adalah kecamatan yang telah mempunyai satuan tugas (satgas) GSI dan melaksanakan program GSI secara terorganisir dan didukung oleh desa dan kelurahan Siap Antar Jaga (SIAGA).

Desa dan kelurahan SIAGA adalah desa dan kelurahan yang memiliki sistem pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir serta penanggulangan komplikasi serta proses rujukan menghadapi persalinan bagi ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Suami SIAGA adalah kondisi kesiagaan suami dalam upaya memberikan pertolongan dalam merencanakan dan menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas terhadap istrinya.

Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan yang selanjutnya disebut PPEP adalah program strategis peningkatan kualitas hidup dan pemenuhan hak ekonomi perempuan melalui peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dalam upaya mengurangi beban biaya kesehatan dan pendidikan keluarga miskin.

Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera yang selanjutnya disebut P2WKSS adalah program terpadu peningkatan peran perempuan yang mempergunakan pola pendekatan lintas bidang pembangunan secara terkoordinasi untuk meningkatkan kualitas keluarga.

Menteri Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

Penyelenggaraan Litbang (Riset) Penyelenggaraan riset difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan RPJPN tahun 2005-2025 yaitu: (1) pangan dan pertanian; (2) energi, energi baru dan terbarukan; (3) kesehatan dan obat; (4) transportasi; (5) telekomunikasi, informasi dan komunikasi (TIK); (6) teknologi pertahanan dan keamanan; dan (7) material maju.

Di bidang kesehatan akan dibangun Pusat Genomik Indonesia, penelitian penyakit tropis untuk menghasilkan: (1) Vaksin penyakit HIV; (2) Vaksin demam berdarah; dan (3) Obat penyakit TBC;

Untuk mendukung ketahanan pangan, riset difokuskan pada pencarian bibit unggul tanaman pangan yang mampu tumbuh subur di lahan sub-optimal seperti lahan kering masam, rawa lebak, rawa pasang surut, rawa gambut, lahan kering iklim kering;

BPJS

UU BPJS menentukan bahwa, “BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan”. Jaminan kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian/lembaga, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, dan pemerintah daerah melakukan penyusunan rencana kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat setiap tahun anggaran

Penyusunan rencana kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) difokuskan untuk mencapai 6 (enam) tujuan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, yaitu: a. peningkatan aktivitas fisik; b. peningkatan perilaku hidup sehat; c. penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; e. peningkatan kualitas lingkungan; dan f. peningkatan edukasi hidup sehat.

Badan Standarisasi Republik Indonesia

Keamanan pangan menjadi sesuatu hal yang sangat penting dewasa ini. Mengingat banyaknya produk pangan yang beragam jenis yang diproduksi baik dalam dan luar negeri. Untuk itu pemerintah perlu membuat rantai pangan secara terpadu untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak aman dan membahayakan kesehatan.

Sertifikasi merupakan salah satu pengakuan terhadap kinerja pemenuhan persyaratan standar. Adapun penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah bentuk peran Pemerintah untuk membendung produk-produk pangan yang tidak bermutu baik produksi dari dalam negeri ataupun produk berasal dari impor.

Sertifikasi produk pangan telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang Pangan, Undang-Undang Perikanan dan lainnya. Standar produk dan proses pengolahan serta prinsip keamanan pangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembinaan mutu. Uu no 18 / 2012 misalnya, tentang Pangan, Pemerintah berperan menyelenggarakan keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu.
































DAFTAR PUSTAKA

Siregar Abidinsyah. 2016. Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dalam Mendukung Keluarga Sehat. Jakarata. [Online] pada (http://www.depkes.go.id) pada tanggal 4 Sepetember 2018

Kontributor. 2018. Terobosan Kementrian Pertanian dalam Menanggulangi Stunting.[Online] tabloidsinartani.com pada tangal 4 September 2018

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN INDONESIA. 2017.TUGAS UTAMA BPOM.Jakarta. [Online] (https://www.pom.go.id/new/view/direct/job) pada tanggal 4 September 2018

Profil Badan Ketahanan Pangan. [Online]http://bkp.pertanian.go.id pada tanggal 4 September 2018

Republik Indonesia. 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). 

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.________.Glossary Perlindungan Perempuan. [Online] https://www.kemenpppa.go.id pada tanggal 4 September 2018

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial._____. Fungsi, Tugas, dan Wewenang. [Online] http://www.jamsosindonesia.com diakses pada 4 September 2018

Peraturan Menteri Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019. [Online] https://luk.staff.ugm.ac.id pada tanggal 4 September 2018

BAPPENAS. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT. 2017. [Online] http://ditjenpp.kemenkumham.go.id pada tanggal 4 September 2018

Pusat Pendidikan Pemasyarakatan. 2016. Produk Pangan Wajib Tersertifikasi Mutu dan Aman. [Online]  http://bsn.go.id pada tanggal 4 September 2018

 

 Nama : Nindya Tresna Wiwitan

Prodi : DIV Gizi / II A

NIM : P17111171005

TRANSISI EPIDEMIOLOGI MASALAH GIZI

Penyebab kematian utama, kali ini telah bergeser. Yang awalnya penyebab utamanya adalah penyakit degeneratif yaitu karena keturunsa sekarang berubah menjadi penyakit tidak menular. Penyebab dari ini adalah adanya kecenderungan oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi.

Transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi (Henry, 1993). Transisi demografi merupakan akibat adanya urbanisasi, industrilisasi, meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan kedokteran di masyarakat. Hal itu akan berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi yaitu terjadinya perubahan pola kematian terutama akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup produk dan meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit kronik.

Pengertian penyakit degeneratif sendiri adalah penyakit yang terjadi mengiringi proses penuaan seseorang saat bertambahnya usia. Penyebab penyakit ini sering tidak diketahui terjadi karena adanya sifat pembawa yaitu dari gen, oleh karena itu disebut penyakit degeneratif.

Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), badan lembaga kesehatan dari PBB, terdapat hampir sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap tahun (Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan dari penyakit degeneratif ini, yaitu dengan mengatur pola konsumsi makan agar penyakit itu tidak terjadi pada keturunan bawah-bawahnya.

Penyakit Degeneratif berkolerasi dengan bertambahnya usia seseorang. Yang membahayakan, golongan penyakit ini bisa menyerang mendadak tanpa terlihat gejala-gejala sebelumnya. Jika diusut lebih lanjut, golongan penyakit degeneratif terkait erat dengan pola makan yang kurang sehat. Beberapa penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif misalnya diabetes melitus, stroke, jantung koroner, osteoporosis, asam urat, dan hiperlipidemia (kolesterol dan lemak tinggi). Biasanya bila orang terkena penyakit tersebut, maka generasi berikutnya juga terkena penyakit tersebut. Faktor resiko penyebab penyakit tersebut antara lain pola malan yang tidak sehat, kurangnya akivitas fisik, serta konsumsi rokok. Saat ini dapat dikatakan faktor dari luar memiliki potensi lebih tinggi untuk menimbulkan penyakit degeneratif dibandingkan faktor dari dalam (faktor genetika atau keturunan).

Di zaman globalisasi ini, terjadi perubahan gaya hidup, sosial ekonomi, meningkatnya umur harapan hidup yang berarti  meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif sepeti jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya  yang dibarengi dengan ketidaktahuan faktor risiko penyebab penyakit yang seharusnya bisa dicegah. 

Namun, seiring berkembangnya zaman ternyata ada beberapa penyakit yang meningkat prevalensinya. Penyakit ini disebut juga penyakit tidak menular atau yang biasa disingkat PTM. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak ditularkan dan tidak ditransmisikan kepada orang lain dengan bentuk kontak apapun. Ada beberapa penyakit PTM yang tidak lagi diakibatkan oleh bawaan, namun diakibatkan oleh sikap manusia yang memiliki gaya hidup yang kurang baik. Penyakit tidak menular, khususnya penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan danperkembangan manusia saat ini.

Di negara WHO SEARO (South East Asia Regional Office) termasuk Indonesia pada tahun 2000 dilaporkan 52 persen penyebab  kematian adalah akibat  PTM, 9 persen akibat kecelakaan dan 39 persen akibat Penyakit Menular (PM) serta penyakit lainnya. Ini berarti di negara berkembang terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu menjadi penyakit tidak menular (Bonita, 2001).

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, Indonesia menghadapi masalah triple burden diseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, kejadian re-emerging diseases dan new emerging diseases yang masih sering terjadi, dan di sisi lain kejadian PTM cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di Indoesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.

Penyakit Tidak Menular (PTM) dikenal juga sebagai penyakit kronis. Perkembangan penyakit tersebut tidak ditularkan dari orang ke orang, namun terjadi akibat keadaan tubuh manusia itu sendiri, biasanya penyakit tidak menular ini umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan cedera. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus (World Medical Association, 2015)

Penyebab adanya penyakit tidak menular muncul karena dua faktor, yaitu yang disebut faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut menurut Khandelwal, 2015 adalah:

Merokok

Efek berbahaya dari merokok terhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui.Selain itu, paparan asap rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempat-tempat umum menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau menyumbang sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta pada tahun 2030.

Konsumsi Alkohol

Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan oleh konsumsi alkohol (WHO, 2015). Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat beracun, dan ketergantungan. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri. Secara keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global dan cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life Years, DALYs). Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang sebelumnya rendah.

Pola Makan yang Buruk

Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan sayuran. Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan darah dan risiko kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi asupan garam dari konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki dampak besar pada tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler. 

Kurangnya Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Orang yang kurang aktif secara fisik memiliki 20%-30% peningkatan faktor risiko penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, atau setara  seperti  yang  direkomendasikan WHO 18,19 Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker kolon. Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan control berat badan. Empat perilaku umum diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik)menyebabkan gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kadar kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit tidak menular.

Peningkatan Tekanan Darah

Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke hemoragik. Dikatakan dalam beberapa kelompok usia, setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg meningkatkan risiko dua kalilipat terkena penyakit kardiovaskuler. Selain penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, dan gangguan penglihatan.Mengontrol tekanan darah sampai kurang dari 140/90 mmHg dikaitkan dengan penurunankomplikasi kardiovaskuler.

Kelebihan Berat Badan

Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat seiring dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). IMT yang meningkat juga meningkatkan risiko kanker payudara, kanker kolon, kanker prostat, kanker endometrium, kanker ginjal, dan kanker hati. Untuk mencapai kesehatan optimal, IMT rata-rata untuk populasi dewasa harus berada pada isaran 21-23 kg/m2, sedangkan bagi individu harus menjaga IMT dalam kisaran 18.5-24.9 kg/m2. Terdapat peningkatan risiko penyakit penyerta untuk orang dengan IMT 25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang parah untuk IMT lebih dari 30 kg/m2.

Kadar Glukosa Darah 

Orang dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat terkena stroke. Diabetes juga menyebabkan kegagalan ginjal pada banyak populasi. Amputasi tungkai bawah meningkat 10 kali lebih umum pada orang dengan diabetes. Diabetes juga merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan. Prevalensi hiperglikemi bergantung pada kriteriadiagnostik epidemiologi, dikatakan nilai gula darah puasa ≥7.0 mmol/L (126 mg/dL) sudah cukup untuk mendiagnosis diabetes.

Peningkatan Kadar Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Secara umum, sepertiga dari penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol yang tinggi diperkirakan menyebabkan 2.6 juta kematian (4.5% dari total kematian) dan 2.0% dari total DALYs. Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan masyarakat, diperlukan pendekatan komprehensif dari semua sektor, termasuk kesehatan keuangan, pendidikan, pertanian, perencanaan, dan lain-lain. Berbagai penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait, ditargetkan dengan kebijakan kesehatan formal dan informal dari inisiatif pemerintah. Temuan kunci telah menggaris bawahi efektivitas kebijakan pemerintah dalam mencegah penyakit tidak menular.


Oleh karena itu, saat ini Indonesia memiliki beban penyakit yang tidak bisa dibiarkan. Penyakit tidak menular ini harus dicegah dan diobati agar tidak terjadi kembali. Setiap orang hendaknya mulai memberlakukan kebiasaan gaya hidup sehat dan menerapkan pola makan sehat di kehidupan sehari-hari. Mengingat faktor resiko utama penyebab penyakit adalah gaya hidup yang kurang tepat dan pola makan yang tidak sehat. Dengan ini, diiringi usaha dibtuhkannya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut, sehingga jumlah penyakit tidak menular di Indonesia mengalami penuruan

DAFTAR PUSTAKA

W. Henry Mosley, Jose Luis Bobadilia, Dean T Jamisson. The Health Transition Implication for Health Policy in Developing Countries dalam Disease Control Priorities in Developing Countries. Oxford Medical Publication, 1993.

Anies. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular: Solusi Pencegahan Aspek Perilaku & Lingkungan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2003.

World Medical Association, Inc; 2015 [diakses tanggal 29 Agustus 2018]. Tersedia dari: http://www.wma.net/en/20activities/30 publichealth/10noncommunicabledisease s/index.html

Bonita R, de Courten M. Dwiyer T et al, 2001. The WHO Stepwise Appproach to Surveillance (STEPS) of NCD Risk Factors, Geneus: World Health Organization.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2005. Susenas 2004 Substansi Kesehatan, Jakarta : Badan Litbangkes.

Vaibhav Khandelwal. Global Intervention for Prevention and Control of Noncommunicable Diseases. International Journal of Medical Science and Public Health. 2013;2(4):780-784.

World Health Organization; 2015 [diakses tanggal29 Agustus 2018]. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs349/en/

Kabupaten Kudus. (2012). Penyakit Degeneratif. (online)  http://www.rsudkudus.com/gizi-dan-penyakit-degeneratif/. Diakses tanggal 

Handajani, Andianti.,dkk. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif Di Indonesia. (online) http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80689&val=4892&title. Diakses tanggal 

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...