Nama : Nindya Tresna Wiwitan
Prodi : DIV Gizi / II A
NIM : P17111171005
TRANSISI EPIDEMIOLOGI MASALAH GIZI
Penyebab kematian utama, kali ini telah bergeser. Yang awalnya penyebab utamanya adalah penyakit degeneratif yaitu karena keturunsa sekarang berubah menjadi penyakit tidak menular. Penyebab dari ini adalah adanya kecenderungan oleh adanya perubahan gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi.
Transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi dan transisi epidemiologi (Henry, 1993). Transisi demografi merupakan akibat adanya urbanisasi, industrilisasi, meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan kedokteran di masyarakat. Hal itu akan berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi yaitu terjadinya perubahan pola kematian terutama akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup produk dan meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit kronik.
Pengertian penyakit degeneratif sendiri adalah penyakit yang terjadi mengiringi proses penuaan seseorang saat bertambahnya usia. Penyebab penyakit ini sering tidak diketahui terjadi karena adanya sifat pembawa yaitu dari gen, oleh karena itu disebut penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), badan lembaga kesehatan dari PBB, terdapat hampir sekitar 17 juta orang meninggal dunia akibat penyakit degeneratif setiap tahun (Depkes RI, 2005). Upaya pencegahan dari penyakit degeneratif ini, yaitu dengan mengatur pola konsumsi makan agar penyakit itu tidak terjadi pada keturunan bawah-bawahnya.
Penyakit Degeneratif berkolerasi dengan bertambahnya usia seseorang. Yang membahayakan, golongan penyakit ini bisa menyerang mendadak tanpa terlihat gejala-gejala sebelumnya. Jika diusut lebih lanjut, golongan penyakit degeneratif terkait erat dengan pola makan yang kurang sehat. Beberapa penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif misalnya diabetes melitus, stroke, jantung koroner, osteoporosis, asam urat, dan hiperlipidemia (kolesterol dan lemak tinggi). Biasanya bila orang terkena penyakit tersebut, maka generasi berikutnya juga terkena penyakit tersebut. Faktor resiko penyebab penyakit tersebut antara lain pola malan yang tidak sehat, kurangnya akivitas fisik, serta konsumsi rokok. Saat ini dapat dikatakan faktor dari luar memiliki potensi lebih tinggi untuk menimbulkan penyakit degeneratif dibandingkan faktor dari dalam (faktor genetika atau keturunan).
Di zaman globalisasi ini, terjadi perubahan gaya hidup, sosial ekonomi, meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif sepeti jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya yang dibarengi dengan ketidaktahuan faktor risiko penyebab penyakit yang seharusnya bisa dicegah.
Namun, seiring berkembangnya zaman ternyata ada beberapa penyakit yang meningkat prevalensinya. Penyakit ini disebut juga penyakit tidak menular atau yang biasa disingkat PTM. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak ditularkan dan tidak ditransmisikan kepada orang lain dengan bentuk kontak apapun. Ada beberapa penyakit PTM yang tidak lagi diakibatkan oleh bawaan, namun diakibatkan oleh sikap manusia yang memiliki gaya hidup yang kurang baik. Penyakit tidak menular, khususnya penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes merupakan ancaman utama bagi kesehatan danperkembangan manusia saat ini.
Di negara WHO SEARO (South East Asia Regional Office) termasuk Indonesia pada tahun 2000 dilaporkan 52 persen penyebab kematian adalah akibat PTM, 9 persen akibat kecelakaan dan 39 persen akibat Penyakit Menular (PM) serta penyakit lainnya. Ini berarti di negara berkembang terjadi pergeseran penyebab kematian utama yaitu menjadi penyakit tidak menular (Bonita, 2001).
Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, Indonesia menghadapi masalah triple burden diseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, kejadian re-emerging diseases dan new emerging diseases yang masih sering terjadi, dan di sisi lain kejadian PTM cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Menurut profil Penyakit Tidak Menular WHO tahun 2011, di Indoesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Penyakit Tidak Menular (PTM) dikenal juga sebagai penyakit kronis. Perkembangan penyakit tersebut tidak ditularkan dari orang ke orang, namun terjadi akibat keadaan tubuh manusia itu sendiri, biasanya penyakit tidak menular ini umumnya lambat dan membutuhkan durasi yang panjang. Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dibetes mellitus, dan cedera. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyebab kematian terbesar adalah penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus (World Medical Association, 2015)
Penyebab adanya penyakit tidak menular muncul karena dua faktor, yaitu yang disebut faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut menurut Khandelwal, 2015 adalah:
Merokok
Efek berbahaya dari merokok terhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui.Selain itu, paparan asap rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempat-tempat umum menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau menyumbang sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta pada tahun 2030.
Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun 2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global disebabkan oleh konsumsi alkohol (WHO, 2015). Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh dunia meskipun membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi sosial terkait efek memabukkan, sifat beracun, dan ketergantungan. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri. Secara keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global dan cedera disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life Years, DALYs). Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi alkohol terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang sebelumnya rendah.
Pola Makan yang Buruk
Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan sayuran. Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan darah dan risiko kardiovaskuler secara keseluruhan. Diperkirakan bahwa mengurangi asupan garam dari konsumsi rata-rata 9-12 gram per hari menjadi 5 gram per hari memiliki dampak besar pada tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Orang yang kurang aktif secara fisik memiliki 20%-30% peningkatan faktor risiko penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yan setidaknya melakukan aktivitas fisik selama 150 menit per minggu, atau setara seperti yang direkomendasikan WHO 18,19 Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, kanker payudara, dan kanker kolon. Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan control berat badan. Empat perilaku umum diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik)menyebabkan gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kadar kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit tidak menular.
Peningkatan Tekanan Darah
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke hemoragik. Dikatakan dalam beberapa kelompok usia, setiap kenaikan 20/10 mmHg tekanan darah, mulai dari 115/75 mmHg meningkatkan risiko dua kalilipat terkena penyakit kardiovaskuler. Selain penyakit jantung koroner, iskemik, dan stroke, komplikasi peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, dan gangguan penglihatan.Mengontrol tekanan darah sampai kurang dari 140/90 mmHg dikaitkan dengan penurunankomplikasi kardiovaskuler.
Kelebihan Berat Badan
Obesitas memiliki efek metabolik yang buruk pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan diabetes mellitus tipe 2 terus meningkat seiring dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). IMT yang meningkat juga meningkatkan risiko kanker payudara, kanker kolon, kanker prostat, kanker endometrium, kanker ginjal, dan kanker hati. Untuk mencapai kesehatan optimal, IMT rata-rata untuk populasi dewasa harus berada pada isaran 21-23 kg/m2, sedangkan bagi individu harus menjaga IMT dalam kisaran 18.5-24.9 kg/m2. Terdapat peningkatan risiko penyakit penyerta untuk orang dengan IMT 25-29.9 kg/m2 dan komorbiditas yang parah untuk IMT lebih dari 30 kg/m2.
Kadar Glukosa Darah
Orang dengan diabetes memiliki risiko dua kali lipat terkena stroke. Diabetes juga menyebabkan kegagalan ginjal pada banyak populasi. Amputasi tungkai bawah meningkat 10 kali lebih umum pada orang dengan diabetes. Diabetes juga merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan. Prevalensi hiperglikemi bergantung pada kriteriadiagnostik epidemiologi, dikatakan nilai gula darah puasa ≥7.0 mmol/L (126 mg/dL) sudah cukup untuk mendiagnosis diabetes.
Peningkatan Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Secara umum, sepertiga dari penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi. Kolesterol yang tinggi diperkirakan menyebabkan 2.6 juta kematian (4.5% dari total kematian) dan 2.0% dari total DALYs. Untuk mengurangi dampak dari PTM pada individu dan masyarakat, diperlukan pendekatan komprehensif dari semua sektor, termasuk kesehatan keuangan, pendidikan, pertanian, perencanaan, dan lain-lain. Berbagai penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait, ditargetkan dengan kebijakan kesehatan formal dan informal dari inisiatif pemerintah. Temuan kunci telah menggaris bawahi efektivitas kebijakan pemerintah dalam mencegah penyakit tidak menular.
Oleh karena itu, saat ini Indonesia memiliki beban penyakit yang tidak bisa dibiarkan. Penyakit tidak menular ini harus dicegah dan diobati agar tidak terjadi kembali. Setiap orang hendaknya mulai memberlakukan kebiasaan gaya hidup sehat dan menerapkan pola makan sehat di kehidupan sehari-hari. Mengingat faktor resiko utama penyebab penyakit adalah gaya hidup yang kurang tepat dan pola makan yang tidak sehat. Dengan ini, diiringi usaha dibtuhkannya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut, sehingga jumlah penyakit tidak menular di Indonesia mengalami penuruan
DAFTAR PUSTAKA
W. Henry Mosley, Jose Luis Bobadilia, Dean T Jamisson. The Health Transition Implication for Health Policy in Developing Countries dalam Disease Control Priorities in Developing Countries. Oxford Medical Publication, 1993.
Anies. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular: Solusi Pencegahan Aspek Perilaku & Lingkungan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2003.
World Medical Association, Inc; 2015 [diakses tanggal 29 Agustus 2018]. Tersedia dari: http://www.wma.net/en/20activities/30 publichealth/10noncommunicabledisease s/index.html
Bonita R, de Courten M. Dwiyer T et al, 2001. The WHO Stepwise Appproach to Surveillance (STEPS) of NCD Risk Factors, Geneus: World Health Organization.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2005. Susenas 2004 Substansi Kesehatan, Jakarta : Badan Litbangkes.
Vaibhav Khandelwal. Global Intervention for Prevention and Control of Noncommunicable Diseases. International Journal of Medical Science and Public Health. 2013;2(4):780-784.
World Health Organization; 2015 [diakses tanggal29 Agustus 2018]. Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs349/en/
Kabupaten Kudus. (2012). Penyakit Degeneratif. (online) http://www.rsudkudus.com/gizi-dan-penyakit-degeneratif/. Diakses tanggal
Handajani, Andianti.,dkk. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif Di Indonesia. (online) http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80689&val=4892&title. Diakses tanggal
No comments:
Post a Comment