Monday, December 12, 2016

Important Elements of Taare Zameen Par



Important Elements of a Short Story
1. Title     : Taare Zameen Par
2. Character and characteristic
No
Character
Characteristic
1
Ishaan Awasthi
Never give up, hard to learn, and love his family.
Protagonist
2
Yohaan Awasthi (Dada)
Care, smart, sporty, and diligent
Protagonist
3
Nandkishore Awasthi(Papa)
Egoist, grumpy, stubborn, and shy but actually he cared about his family
Antagonist
4
Maya Awasthi (Mama)
Care, Kind, discipline,and care about her family
Protagonist
5
Ram Shankar Nikumbh(Teacher)
Care, kind, strong, smart, diligent and love his student
Protagonist
6
Rajan Damodran (Ishaan’s Friend)
Diligent, kind, smart, and never give up
Protagonist

3. Setting
a. Place  :   
field, home, school, boarding school,headmaster’s room, teacher’s room, bedroom, classroom, tulip school, road
b. Time   :   
morning, afternoon,and evening
c. Weather conditions    :   
sunny and rainy
d. Social conditions          :   
Ihsaan always bullied by the people around him, educated and there are also bridle condition.
e. Mood or atmosphere    :
pathetic,frightening,tighten,sad,but in the end happy.

4. Plot
è Introduction
Ishaan Awasthi, lives with his family. He is an eight-years-old boy who dislikes school and fails every test or exam. His mother, housewife Maya Awasthi frustrated by her inability to educate her son. Ishaan’s father, Nandikishore Awasthi is a successful executive who expects his children to excel.Ishaan’s brother, Yohaan Awasthi is an exemplary scholar and athlete, which Ishaan is frequently reminded of.
è Rising Action
Ishaan child labeled as lazy, mischievous, and an idiot. He excwls in art and poor on academic.
He has a lovely family but his father is hard to accept him.Ishaan also bullied by people around him. He is hard to learn. Ishaan always gets bad score, so his school decide to drop him out. After receiving a particulary poor academic report, Ishaan’s parents send him to a boarding school.
è Climax
Ihsan always bullied by his teachers and his friends in the boarding school.It make him so depressed.There, he sinks into a state of fear and depression, despite being befriended by Rajan who has physically disabled and one of the top students in his class. Ishaan gets worse in the boarding school.He want get his family back.
è Falling action
Ram Shankar Nikumbh, Ishaan’s new art teacher suspects that his dyslexic and helps him to overcome his disability. Nikumbh treat Ishaan practicing reading, After that,Ishaan gets better.he can read and write well.
è Denoument
With his imagination, Ihsaan join paint competition who held by Nikumbh. And the result,Ihsaan is the winner and get award. Ihsaan  become a normal person like the other.His family and  His techer also proud of him. And Ihsaan become a smart child.

5. Conflict 
a. External    : Ishaan vs circumstances
b. Internal    : Ishaan vs himself
6. Theme          : All the kids are special and wonderful. They are like stars on earth; Never give up
7. Point of view :
Omniscient Objective





 


-Nindya Tresna Wiwitan-
     XI MIA 2 / 26

Sunday, December 11, 2016

INDONESIA MERDEKA



BAB V
INDONESIA MERDEKA

smada.jpg

TUGAS SEJARAH
Disusun Oleh :
1.      Ari Ifan Prasetyo                                             (02)
2.      Ashrory Aulia Buana Negara                          (03)
3.      Caroline Fernanda                                           (06)
4.      Khairina Dinda                                                (14)
5.      Nadia Rahayu Lestari                                      (25)
6.      Nindya Tresna Wiwitan                                  (26)
7.      Radhiyah Nur Ilma                                          (28)
8.      Radita Gita Bagiada                                        (29)
9.      Shafira Dzata Shabrina                                    (35)

Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang – Sekolah Unggulan Terpadu (SUT)
SMA NEGERI 2 LUMAJANG
Jalan HOS Cokroaminoto 159 Lumajang (67311)
A. Latar Belakang Kemerdekaan Indonesia
            Pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus tahun 1945 kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dibom oleh sekutu. Hal ini jelas memukul mundur Jepang secara tidak langsung.Akhirnya pada tanggal 14 agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.Berita kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh jepang sendiri.Namun berita ini sampai kepada ketua pergerakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri pada tanggal 15 agustus 1945.Setelah mengetahui hal tersebut, para pemuda segera menemui Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari jajahan Jepang.

B. Peristiwa Rengasdengklok
            Peristiwa Rengasdengklok merupakan kejadian penting yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia.Kejadian ini juga menunjukkan konflik dan perbedaan pendapat antarkelompok, terutama golongan tua dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi.Para pemuda berpendapat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang setelah mendengar Jepang menyerah kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan tokoh pemuda segera menemui Moh.Hatta di kediamannya.Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat disebut golongan tua belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tidak lagi tetap akan merdeka.
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah. Pertemuan itu akhirnya memberikan keputusan bahwa kemerdekaan Indonesia hanya berasal dari keputusan bangsa Indonesia sendiri.Namun setelah ditujukan kepada Ir. Sukarno, beliau tidak menyetujuinya.Akhirnya terjadilah peristiwa rengasdengklok yakni penculikan Ir. Sukarno dan Moech.Hatta pada dinihari sekitar pukul 03.00 ke daerah Rengasdengklok para pemuda juga membawa Fatmawati, dan Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh.Hatta ikut serta.Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju Rengasdengklok.Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa.Para pemuda memilih Rengasdengklok dengan pertimbangan bahwa tempat itu dirasa paling aman dari pengaruh asing.Rombongan Ir. Sukarno ditempatkan di Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong.Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut.Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya.Soekarno tidak memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus.Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak.Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh.Hatta tidak ada di tempat.Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.

C. Perumusan Teks Proklamasi
            Setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno segera kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945.Di hotel yang terletak di Jalan Gajah Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan anggota PPKI, tetapi pihak Jepang melarangnya.Dalam keadaan demikian, Achmad Soebardjo membawa rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh.Hatta lalu diantarkan Laksamana Maeda menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto.Akan tetapi, Gunseikan menolak menerima Soekarno - Hatta pada tengah malam. Dengan ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco (Direktur/ Kepala Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor Jenderal Otoshi Nishimura. Tujuannya untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
            Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Soekarno - Hatta di satu pihak dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta bertekad untuk melangsungkan rapat PPKI pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena mereka dibawa ke Rengasdengklok.Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa Jenderal Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada PPKI.Di lain pihak, Nishimura menegaskan garis kebijaksanaan Panglima Tentara ke-XVI di Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Soekarno - Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah Soekarno - Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan soal kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Mereka hanya berharap pihak Jepang supaya tidak menghalang-halangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Maeda.Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta.Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno, Moh.Hatta, dan Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda minta diri untuk beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin Indonesia berunding di rumahnya.Para tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.Kemudian di ruang makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
            Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi sebagai judul pada pukul 03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Soekarno menuliskan: Jakarta, 17 – 8 – 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai penutup.
Pada pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno meminta persetujuan dan tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.Para pemuda menolak dengan alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang.Sukarno mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni Soekarno dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima.Dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.  Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
  • Kata tempoh diubah mendai tempo
  • Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
  • Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Tahun 05 merupakan singkatan dari tahun Jepang (Sumera), yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi.
Pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi.Agar seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan. Timbullah persoalan tentang cara penyebaran naskah tersebut ke seluruh Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi.Namun, Soekarno tidak setuju karena lapangan Ikada merupakan tempat umum yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang.Ia sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Usul tersebut disetujui dan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

D. Detik-detik Proklamasi
Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Imam Bonjol No.1 (sekarang), telah berhasil dirumuskan naskah Proklamasi dan ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Timbul masalah di mana Proklamasi akan dikumandangkan. Sukarni mengusul-kan agar Proklamasi diumumkan di Lapangan Ikada.Namun usul itu ditolak oleh Bung Karno dengan alasan keamanan.Akhirnya dicapai kata sepakat untuk mengumumkan Proklamasi di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.     
Sejak pagi hari Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta telah dijejali oleh massa yang ingin menyaksikan peristiwa paling bersejerah dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Suasana menjadi tegang tatkala para pemuda bersikeras agar segera dibacakan Proklamasi Kemerdekaan desakkan para pemuda dr. Moerwadi memberanikan diri untuk meminta Bung Karno untuk segera membacakan Proklamasi.

E. Kebahagiaan Rakyat Atas Kemerdekaan Indonesia
             Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia Berita Proklamasi Kemedekaan Indonesia cepat bergema ke berbagai daerah. Rakyat menyambut dengan antusias. Karena alat komunikasi terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak secepat di Jakarta.. Para wartawan juga menyebarkan berita proklamasi melalui media cetak, seperti surat kabar, selembaran, dan penerbitan lainnya.
            Euforia revolusi negara mulai melanda negeri ini. Para pasukan Jepang sering kali meninggalkan wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukannya ke daerah pinggir guna menghindari konfrontasi.Antara tanggal 3-11 September 1945, para pemuda di Jakarta mengambil alih kekuasaan atas stasiun-stasiun kereta api, sistem listrik, dan stasiun pemancar radio tanpa mendapat perlawanan dari pihak Jepang. Pada akhir bulan September, instalansi penting di daerah Jawa juga sudah berada di tangan para pemuda Indonesia. Surat-surat kabar dan majalah Republik bermunculan di berbagai daerah. Aktivitas kelompok sastrawan bernama “Angkatan 45” mengalami masa puncaknya pada zaman revolusi. Banyak pemuda yang bergabung dalam badan perjuangan. Para mantan prajurit PETA dan Heiho membentuk kelompok yang paling disiplin. Laskar Masyumi dan Barisan Hizbullah menerima banyak pejuang baru dan bergabung dalam kelompok bersenjata Islam lainnya yang disebut Barisan Sabilillah yang kebanyakan dipimpin para Kiai. Tanggal 3 September, pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel di Manggarai.Tanggal 5 September, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasi.Tanggal 11 September, seluruh radio berhasil dikuasi Republik, sehingga tanggal itu dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
            Para pemuda memprakarsai diadakannya rapat raksasa di Lapangan Ikada (sekarang Monas). Presiden Soekarno sudah dihubungi dan bersedia menyampaikan pidato dalam rapat raksasa yang diadakan tanggal 19 September 1945 untuk memperingati sebulan kemerdekaan Indonesia. Bermula dari ketidakpuasan rakyat terhadap sikap Jepang yang belum mengakui Negara Republik Indonesia. Kondisi itu mendorong rakyat untuk membentuk pemerintahan baru dan mengambil langkah nyata. Ketidakpuasan rakyat bertambah ketika pasukan sekutu mendarat di Kemayoran tanggal 8 September 1945. Rakyat dengan tertib berdatangan ke Lapangan Ikada membawa poster dan bendera Merah Putih, bertekad untuk mengisi kemerdekaan, dan menunjukan kepada dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia bukan atas bantuan Jepang, tapi merupakan tekad seluruh rakyat Indonesia. Melihat tekad rakyat yang menggelora, pemerintah mengadakan sidang kabinet. Setelah itu diputuskan Presiden Soekarno dan Moh. Hatta dan para menteri untuk datang ke Lapangan Ikada. Tanggal 19 September 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku AlamVIII mengirim ucapan selamat kepada Presiden Soekarno danWakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh tersebut.
            Ucapan selamat yang diterima Soekarno dan Hatta menyiratkan bahwa Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku AlamVIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu. Untuk mempertegas sikapnya, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku AlamVIII, pada 5 September 1945, mengeluarkan amanat sebagai berikut : 1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara Indonesia. 2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat. 3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden. Amanat Sri Paku AlamVIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hanya kata “Sri Sultan Hamengkubuwono IX” diganti dengan “Sri Paku AlamVIII” dan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” diganti dengan “Negeri Paku Alaman”.
Di Surabaya, memasuki bulan September 1945, terjadi perebutan senjata di gudang Don Bosco. Rakyat Surabaya juga merebut Markas Pertahanan Jepang di JawaTimur, serta Pangkalan Angatan Laut di Ujung sekaligus merebut pabrik- pabrik di sana. Orang Inggris dan Belanda yang datang langsung berhubungan dengan Jepang. Mereka menginap di HotelYamamoto (Hotel Oranye). Pada 19 September 1945, seorang bernama Ploegman dibantu kawan-kawannya mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atas HotelYamamoto. Residen Sudirman segera memperingatkan Ploegman untuk menurunkan bendera tersebut. Peringatan itu tidak ditanggapi, sehingga rakyat Surabaya menyerbu HotelYamamoto. Mereka memanjat atap hotel, menurunkan bendera Merah Putih Biru, merobek bagian warna birunya, kemudian mengibarkannya kembali sebagai bendera Merah Putih. Dengan berkibarnya bendera Merah Putih di atas HotelYamamoto, para pemuda itu satu per satu meninggalkan HotelYamamoto dengan penuh semangat dan tetap menjaga kewaspadaan.
           



LAMPIRAN
https://jagoips.files.wordpress.com/2013/01/pdatoproklamasibungkarno.png?w=186
anaa.jpg
mma.jpg     index.jpg
B. Menganalisis Terbentuknya NKRI
1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden
Kelengkapan-kelengkapan...
mama.jpg     nnnx.jpg


                                                                                           
DAFTAR PUSTAKA
1.      http ://social-belajar.blogspot.co.id/2015/03/peristiwa-rengasdengklok-lengkap-dan.html?m=1
2.      http ://jagosejarah.blogspot.co.id/2014/09/peristiwa-rengasdengklok.html?m=1
3.      hhtp ://www.ilmusiana.com/2015/07/peristiwa-rengasdengklok-latarbelakang.html?m=1

KATALOG MENU BALITA

  KATALOG A.       Nasi -Nasi merah -Nasi tim - Nasi tim beras merah - Bubur nasi B.       Ayam -Bola-bola ayam kuah -Siomay...